Friday, December 28, 2007

LEGENDA SANG PEJUANG

.

Benarkah manusia adalah mahluk ciptaan yang paling cerdas? Yang memiliki akal budi terbaik di antara mahluk-mahluk lain sehingga paling mampu bertahan di muka bumi ini? Film "I am legend" mengingatkan kembali pertempuran panjang sepanjang sejarah antara manusia dengan sejenis mahluk lain yang tak kalah hebat dalam mempertahankan kelangsungan spesiesnya di dunia -- virus. Sampai saat ini virus cacar air dan virus HIV belum juga bisa dikalahkan. Virus rabies telah bermutasi dan kebal terhadap vaksin lama. Syahdan, virus influenza telah membunuh 50 juta jiwa di awal abad ke-20. Jutaan lagi manusia mati demi para virus tersebut berkembang biak dan mencegah kepunahan. Belum lagi virus jenis baru hasil mutasi yang lebih dahsyat.

Kecerdasan - jika kata milik manusia ini boleh diterapkan - adalah salah satu kunci para virus tersebut bertahan. Mulai dari mengatur perilaku host-nya termasuk manusia dengan menyerang susunan syaraf sampai dengan bermutasi untuk beradaptasi dengan lingkungan yang lebih keras. Penderita rabies akan menjauhi cahaya dan air untuk lingkungan tumbuh kembang virus yang lebih nyaman. Air liurnya menetes untuk memudahkan virus generasi baru pindah ke host lain. Penderita cacar air dibuat gatal agar virus yang tersimpan di balik kulit yang melepuh bisa pecah dan menyebar. Bersin adalah salah satu mekanisme yang dirancang oleh para virus supaya bisa terbang dengan kecepatan tinggi ke calon korban yang lain.

Dengan segala kemungkinan yang ada, sangat menarik untuk berfantasi dimana di suatu masa peradaban manusia modern, 90% umat manusia mati terkalahkan oleh virus. 90% dari sisanya berubah menjadi budak virus yang agresif, takut cahaya, dan hanya punya satu tujuan yaitu menyerang mahluk lain untuk menularkan virusnya. Sementara beberapa juta manusia yang imun secara alamiah atau yang belum terserang bersembunyi dan bertahan menanti perubahan. Dan romantisme mesias, agaknya bukan hanya bagian dari sejarah manusia, namun juga pemuas angan-angan dan harapan. Di antara segelintir manusia yang selamat, tersisa 1 orang yang bertahan di ground zero dan berjuang menemukan vaksin yang mampu menyelamatkan umat manusia dari kepunahan.

Di tengah serbuan "virus" dewasa ini -- baik virus penyakit maupun virus-virus kerakusan, kebencian, keserakahan, bahkan virus-virus berbaju putih ideologi, agama, atau atas nama tuhan sekalipun -- dengan kecerdasan yang luar biasa dalam menularkan ke masyarakat, dan dengan gejala yang sama yaitu agresif menyerang dan memusnahkan kelompok lain, takut cahaya, dan menyebar ketakutan, film ini berusaha menggambarkan bahwa orang-orang yang sanggup menghindar dari serbuannya, berkewajiban beradu cerdas dengan sang virus, memperjuangkan dan mempertahankan kebaikan untuk bisa memenangkan perang, meski hasil perjuangan mungkin tidak bisa dinikmati oleh si pejuang melainkan untuk generasi mendatang.

Seperti kata sang legenda Bob Marley, "Orang-orang yang berupaya memperburuk dunia tidak pernah beristirahat satu haripun, maka kita pun jangan pernah berhenti.. untuk terus menerus menerangi kegelapan.."

Tuesday, December 25, 2007

SYUKUR NATAL

.
Syukur alhamdulilah pada hari ini telah lahir dengan selamat TUHAN kami tercinta YESUS KRISTUS. Mohon doa restu semoga kehadiranNya di dunia dapat menjadi teladan bagi kami sekeluarga untuk senantiasa menyebarkan damai dan cinta. Amin.

Kami yang berbahagia,
DANIEL! dan keluarga.


Tautan : Natal

Sunday, December 16, 2007

DOA MOHON PASRAH

.
Tuhan yang bertahta dan meraja di atas segala keberadaan

Aku percaya Engkaulah sang pagi
Yang mempertemukan embun dengan pucuk-pucuk daun

Aku percaya Engkaulah matahari
Yang bersinar mengantar butir-butir air mata pada iringan awan

Aku berserah kepada Engkau sang kilat bersahutan
Yang menebar denting hujan di halaman dan menyebar wangi pepohonan

Aku memuja Engkau malam yang memendar bintang
Cahayanya indah menguak gelap menerobos celah jendela kamar

Tuhan,
Aku pasrahkan takutku kepada Engkau yang menggurat takdir
Karna bukan kehendakku melainkan kehendakMulah yang berjalan

Friday, December 14, 2007

BERTINDAK UNTUK BANGSA

.
Indonesia sedang bersedih. Banyak pejabat tak mampu berhenti korupsi dan memikirkan diri sendiri. Sementara proses pemiskinan terus berjalan. Belum lagi fenomena alam yang menjadi bencana karena pemerintah dan masyarakat tak punya rencana dan kewaspadaan. Lalu rakyat mulai mencari solusi sendiri. Dari mengais rejeki di negeri orang, sampai nekat mengambil jalan pintas meski menentang hati nurani. Dan masih banyak lagi peristiwa-peristiwa yang menjatuhkan harga diri..

Indonesia sedang bersedih. Siapa peduli? Bangsa lain justru melihat kesempatan untuk mengambil keuntungan. Pejabat yang korup dijadikan boneka untuk menguasai kekayaan alam. Produk-produk lokal yang kalah bersaing ditinggalkan pembeli, lalu daya beli lari ke negara-negara yang lebih kreatif dan kompetitif. Larangan terbang maskapai Indonesia ke luar negeri adalah ceruk pasar yang segera diserobot maskapai asing. Budaya yang tak dijaga dibalik nama oleh negara yang lebih bisa melihat potensi. Dan masih banyak lagi..

Indonesia sedang bersedih. Lalu marah dan menyalahkan pihak lain adalah proses yang alamiah. Tetapi apakah tepat sebagai solusi? Bisa jadi. Kalau kemarahan itu membangkitkan harga diri dan harapan. Bahwa kita bersedih karena kita masih merasa utuh sebagai bangsa. Ada saudara yang disakiti membangkitkan empati seluruh keluarga. Ada ketidakadilan di sekitar, kita peduli sebagai sesama warga. Dan jika ada yang dicuri, kita bersama-sama merasa kehilangan. Kemarahan yang disalurkan dengan benar semoga menjadi api kesadaran yang terus membakar dan membesar. Menjadi harapan yang menyemangati untuk menyelesaikan setiap persoalan.

Indonesia sedang bersedih. Dan kesedihan seharusnya menggugah kesadaran. Bangsa-bangsa lain mungkin punya persepsi buruk tentang negeri ini. Sebagian memang karena tingkah kita sendiri, sebagian mungkin direncanakan sebagai bagian dari persaingan. Dan kita tak bisa tidak harus memperbaiki diri. Sambil tak berhenti melawan persepsi yang merugikan. Tentu dengan cara yang elegan. Karena salah cara malah bisa semakin menenggelamkan. Saat negara tetangga memanfaatkan budaya kita untuk promosi pariwisata mereka, kita lawan dengan menumbuhkan kembali rasa memiliki, sambil memperingatkan bahwa cara mereka melawan etika. Saat negara-negara lain menyebarkan ketakutan yang berlebihan, kita lawan dengan mengkampanyekan keindahan yang menggetarkan.

Indonesia sedang bersedih. Akan semakin menyedihkan jika kita hanya diam meratapi. Banyak tindakan nyata yang bisa dilakukan untuk perbaikan. Indonesia bertindak adalah salah satu yang saya acungi jempol.

Tuesday, December 11, 2007

KURBAN

.

Ibrahim mengangkat tangannya yang memegang pisau menganga. Anak yang terikat dihadapannya mungkin tak jelas terproses citra dan jeritnya oleh mata dan telinga. Karena rasa dan pikiran ditutup dan dikosongkan kecuali untuk dengung suara-suara yang terus bergaung sejak beberapa hari silam dan tegas diyakini tanpa tanya itulah Tuhan yang bersabda..

Sepersekian detik kemudian, di sela kilat pisau yang bersiap menghunjam, suara itu datang lagi menggema memukau menghentikan! Hanya kali ini terasa lebih damai dan lembut. "Hentikan Ibrahim.. Sekarang Aku tahu kau mencintai Aku melebihi segala yang kau cinta.. Lepaskan anakmu dan gantilah dengan seekor domba yang sudah Kupersiapkan.."



Cerita keberanian dan pengorbanan yang mencengangkan. Tersebar ke penjuru daerah dan jaman, dari mulut ke mulut lalu diabadikan dalam tulisan. Di loh batu dan kertas-kertas generasi awal.

Kemudian kubayangkan kejadian imaginer beberapa ribu tahun berselang..

"Daniel, sembelih anak sulungmu sebagai tanda kesetiaanmu padaKu"
"Hei.. Suara apa ini? Mendengung serasa memecahkan gendang entah dari mana.. Oh sungguh mengagumkan.. Akan tetapi betapa permintaan tak masuk akal dan mengerikan.."

"Akulah Tuhan yang menuntut kesetiaan iman.."
"Hahaha.. Kuakui kau punya keajaiban.. Menggemakan permintaan di telinga tanpa terlihat mulut yang mengucapkan. Tapi kau bukan Tuhan! Atau mungkin saja, meski jelas bukan Tuhan yang selama ini aku takjubkan"

"Menyembelih anak sendiri untuk membuktikan kesetiaan? Hahaha.. Sudah sering kudengar keanehan atas nama iman kepadaMu. Dan kali ini adalah yang paling bodoh dan menggelikan! Jika Kau memang Tuhan, mengapa Kau tak juga mengenal aku si secuil ciptaan? Atau mengapa tak Kau cabut sendiri nyawanya lalu Kau tersenyum puas melihat aku menderita sementara hanya pasrah yang kubisa karena aku bukanlah tandingan? O ya, mengapa tak Kau cabut nyawaku saja sekalian?
Silakan Kau cari orang lain yang cukup naif untuk menuruti permintaanMu menyembelih anak kandungnya sendiri. Dan Kau juga harus melumpuhkan aku, karena aku akan sekuat tenaga mencegahnya menurutiMu. Kegilaan yang tak akan kuat kutahan.."


Kisah Abraham -- atau Ibrahim -- yang berniat menyembelih anaknya atas permintaan Tuhan, sampai hari ini masih mengguncangkan pikiran dan hatiku. Tuhan beribu tahun yang lalu seharusnya tak perlu beradaptasi dengan waktu untuk tetap sama dengan Tuhan di hari ini. Namun agaknya Dia harus tunduk pada persepsi manusia di masing-masing jamannya. Apa yang hari ini bisa dianggap kelainan jiwa yang sesat, dahulu ternyata adalah bukti kekuatan iman. Meski keduanya dalam namaNya. Aku tak hendak mempertanyakan kebenaran. Dongengkah atau sejarah beratus abad silam. Pencarian kepastian yang absurd kecuali dari kacamata kepercayaan. Aku hanya tertarik pada pembenaran. Bahwa kisah tersebut pantas untuk diabadikan.

Beberapa hari lagi, beribu-ribu kilo daging kambing dan sapi akan dicincang lalu dibagi-bagi. Terutama kepada jutaan saudara-saudara yang bisa dibilang sangat jarang menikmati. Semua orang berpesta. Bergembira dalam suasana ikhlas berbagi menyambut janji Tuhan yang indah membalas kesetiaan. Ingatan menayang rekaman masa kecil, berkumpul bersama teman tertawa mengelilingi api membakar potongan-potongan daging yang bumbunya tak karuan tapi entah mengapa daging yang alot masih saja bisa terasa nikmat dan nyaman. Mendadak aku menjadi malu dan sendirian merasa terkucil. Mengapa keindahan dan kemesraan harus dipertanyakan? Adakah yang perlu diluruskan dari empati dan keikhlasan?

Orang bijak menyimpulkan bahwa ayat tidak berdiri sendiri. Gunakan nurani untuk menafsir teks-teks suci. Lalu kutinggalkan Tuhan sendiri, dan kunikmati misteriNya memberkahi bumi.

Sunday, December 9, 2007

KESEWENANGAN

.
Kesewenangan tampaknya bukan hanya karena kekuatan dan ketakutan. Misi suci yang diyakini, cukup sekali telan lalu berefek mengangkat derajat beberapa level dibanding orang-orang di sekitar, kuat mendasari hingga semua polah menjadi seolah normal dan wajar. Tak perlu dibicarakan tak perlu didiskusikan, semua kebenaran terang benderang tinggal bagaimana memenangkan pertempuran.

Setelah melalui jaman kediktatoran tunggal, dimana kesewenangan mengatasnamakan stabilitas dan pembangunan, sekarang jamannya kesewenangan yang lebih beraroma spiritual namun kemudian terasa lebih miris menakutkan: atas nama Tuhan. Di televisi ditayangkan, serombongan massa berwajah keras berulang-ulang meneriakkan nama Tuhan, berjalan bergegas dengan satu tujuan: mempertobatkan kaum sesat. Pilihannya adalah patuh atau hancur! Jangan lupa, Tuhan sendiri yang berdiri di belakang semua ini.

Tuhan sang dalang, seharusnya adalah Tuhan yang sama dengan sang pencipta segala hal. Diantaranya adalah kemegahan alam semesta dan manusia-manusia penghuninya dengan berbagai macam jalan pikiran termasuk lingkungan yang membentuknya. Namun apa perlunya memikirkan itu semua? Kekaguman, penghargaan, penghormatan, rendah hati, mawas diri, dan kelembutan budi, apakah hari ini masih menjanjikan sebagai jalan utama menuju kenikmatan setelah kematian? Di era instan dimana teknologi mampu membuat segala hal bisa dijangkau dan diseleksi sesuai keinginan, manusia tak lagi perlu beradaptasi dan bertenggang rasa dengan lingkungan. Tinggal pilih golongan yang sesuai maka itulah makna identitas. Dan sang liyan jangan sampai menyentuh dan menyinggung ego kelompok. Karena ini adalah kunci ketuhanan jaman sekarang.

Dan Tuhan sang dalang agaknya membiarkan semua ini kecuali dengan hukum alamNya yang gamblang tak peduli ideologi. Manusia-manusia yang menjadikan Tuhan sebagai pembenar utama tak pernah mampu membuatNya bersuara. Sedangkan klaim bahwa tindakan mereka mencontoh sang nabi, juga tak bisa bulat diterima karena jelas tak ada saksi mata yang masih hidup hingga di jaman ini dan bisa dimintai klarifikasi. Maka semua adalah kepercayaan. Adalah interpretasi. Oleh karenanya relatif. Sayangnya relativitas hanya bisa dimengerti oleh mereka yang menyadari bahwa pendapatnya setara dengan pendapat orang lain sebagai sesama mahluk ciptaan pencari kesejatian. Tidak melebihi. Di lain pihak, kenyamanan kemutlakan selalu takut kepada perbedaan. Dan ketakutan menghalalkan kesewenangan.

Kembali di televisi. Rombongan massa yang hanya bisa merusak pagar akhirnya menginjak-injak kitab yang dianggap suci oleh kelompok lain, mungkin tahu persis bagaimana rasanya jika sesuatu yang dianggap suci dihinakan sedemikian rupa. Hal itu nampak dari kepuasan yang terpancar dari wajah-wajah mereka hingga sejenak emosi mereda lalu meninggalkan tempat sembari menitipkan beberapa ancaman disertai yel-yel kemenangan. Penonton terdiam. Sebagian mungkin diam-diam membenarkan. Sebagian besar lainnya mungkin tak setuju namun kejadian yang terus berulang menjadikannya hal biasa hingga yang peduli hanya sedikit tersisa. Lalu orang lebih asyik berdebat panjang mengenai perbedaan tafsir untuk memenangkan pendapatnya dan mulai melupakan para korban yang terus berjatuhan.

Rombongan massa yang resah karena keyakinan orang lain, merasa berhak menebar keresahan dengan tindakan brutal. Demokrasi yang sering dimaki sebagai sistem yang muncul dari orang-orang yang menolak Tuhan, diterapkan mentah-mentah sebagai yang merasa berjumlah lebih banyak hingga berhak untuk membungkam yang sedikit. Meski hakekat demokrasi yang dilandasi penghormatan pada hak-hak asasi masing-masing pribadi justru diabaikan.

Kesewenangan tampaknya bukan hanya karena kekuatan dan ketakutan. Namun juga kepicikan. Karena perbedaan tak terhindarkan, maka semua orang pada akhirnya akan merasakan dampaknya. Oleh karenanya harus segera kita lawan. Mulai sekarang.

Thursday, December 6, 2007

PERSEPSI

.
Dokter. Apa yang terlintas di benak saat kata itu terdengar atau terbaca? Bagi saya, segera tergambar kekaguman atas kepandaian dan kemuliaan seorang manusia untuk menjadi penolong tulus bagi sesama yang sedang sakit lemah menderita. Lalu satu lagi : Pemuka agama. Manusia pilihan berbudi pekerti menakjubkan dengan kesadaran dan kebijaksanaan melebihi orang awam. Kepadanya kebimbangan ditanyakan untuk mendapat jawaban mencerahkan tentang kemauan Tuhan. Sedangkan manusia? Untuk yang ini selalu melekat idiom lama yang masih segar bermakna. Manusia adalah tempatnya salah dan lupa.

Dan hari-hari ini, setelah berdiskusi panjang dan mengasyikkan dengan seorang sahabat lama, ada hal yang begitu nyata namun diperlukan waktu sejenak, bahkan beberapa, untuk menyadarinya. Bahwa label tidak selamanya mampu menyatukan predikat dengan si pembawa label. Meski kadang kita terlupa. Meski sang pelaku pun kadang tak merasa.

Sulit sekali dicerna, mendengar cerita tentang seorang dokter yang marah-marah kepada dokter muda karena merasa direbut pasiennya. Lalu menggunakan kekuasaan dan pengaruhnya agar si dokter muda terhalang untuk bekerja. Bahkan sang dokter jumawa juga merasa berhak mendapatkan honor dari hasil kerja si dokter muda. Atau ini yang lebih mengerikan: seorang pemuka agama panutan menikahi siri seorang istri yang bahkan belum resmi bercerai! Terperangah.. Untuk segera mengulang makna itu lagi: manusia adalah tempatnya salah dan lupa..

Tetapi persepsi bukanlah kata-kata kosong belaka. Ia menguasai. Meski pada awalnya kita merasa memperalatnya, namun perjalanan yang tak terduga ternyata menuju kekalahan akal yang memang tak mampu untuk selalu siap berlelah-lelah mempertimbangkan seluruh kemungkinan. Kebenaran menjadi kabur, bahkan kemudian menyatu dengan sang persepsi yang meraja. Karena cerita berikutnya adalah bukti bahwa sistem pun tak mampu mengatasi. Lalu kebenaran adalah fitnah dilihat dari seberang sisi. Sisi mana? persepsi kitalah -- yang biasanya sama dengan presepsi mayoritas -- yang menentukan.

Karena persepsi juga tidak turun dari langit. Ia dibentuk. Melalui proses panjang, melalui atribut dan dandanan, dengan kesadaran maupun tidak. Dan manusia, baginya ketidakpastian dan ketidaktentuan adalah kebodohan. Tak sabar untuk bergegas pada kesimpulan yang digiring oleh refleksi dan asumsi sementara yang segera mengkristal. Meski untuk itu berarti menciptakan kurungan pikiran dengan mencukupkan diri pada informasi yang tak perlu diperbaharui kecuali sejalan dengan alur persepsi yang telah keras mengendap.

Kali ini saya tak mampu mengelak dari kebenaran. Karena ia datang dari seorang sahabat yang berpuluh tahun saya kenal. Namun bagaimana kebenaran yang sejatinya sangat penting ini bisa disebarluaskan? Untuk waspada terhadap kemutlakan persepsi, atau sekedar mengingatkan bahwa semua adalah manusia yang sah untuk sekali-sekali salah dan lupa yang berada di balik semua label? Meski jika label itu adalah tentang dokter, pahlawan, atau pemuka agama sekalipun? Saya berharap untuk dapat selalu percaya pada kalimat bijaksana yang menenangkan bahwa kebohongan mungkin bisa berkuasa, namun hanya atas sementara orang dan tak akan selamanya. Semoga.

Monday, December 3, 2007

SANG PEJABAT

.
Laporan kekayaan seorang pejabat di awal masa tugasnya : Rp 5,3 miliar.

Enam tahun kemudian sejak berikrar untuk menjadi pejabat yang bersih dari korupsi, berikut temuan sementara tentang kekayaannya:
Rumah mewah di Jakarta Selatan dengan nilai sekitar 10 miliar. Rumah mewah di lokasi tak berjauhan masih di Jakarta Selatan, diperkirakan nilai setara. Di dalamnya ditemukan seember uang ditutupi pakaian basah. Lalu sejumlah aset berupa tanah, rumah, dan sejumlah perusahaan (yang tentu saja bergerak di bidang yang sesuai dengan lembaga negara yang dipimpinnya). Sebuah pom bensin di pinggir tol, tanah super luas di Bekasi senilai Rp 20 miliar, sebuah gedung pertemuan di kawasan asri Bogor.
Kemudian di kota kelahiran sang pejabat, rumah dan tanahnya tersebar dengan total luas mencapai 11 ribu meter persegi, dimana salah satunya adalah rumah kuno tradisional yang belum selesai dipugar senilai sekitar Rp 17 miliar. Konon, dipajang kereta kencana seharga Rp 2 miliar..


Bahkan seekor ular pun tahu arti kenyang dan kapan saatnya berhenti makan (Emha Ainun Najib).


Aku membayangkan jika keajaiban memberiku kesempatan untuk bertukar tempat dengan sang pejabat. Mampukah aku tampil beda dengan penuh idealisme menjalankan ikrar jabatan? Atau malah lebih licin mengalahkan segala belut dan tak mampu menghentikan nafsu bagai kecanduan akut? Mungkin pada awalnya terjadi pertempuran nurani yang menarik. Segunung beban moral setara dengan segenggam korupsi. Lalu neraca terus menerus bergeser setelah kenikmatan mulai menyodok menjadi penimbang rasa peringkat pertama. Dan gunungan moral terlalu cepat menjadi rata sementara kenikmatan berlipat-lipat tak juga membuahkan kepuasan. Ketagihan yang meningkatkan kadar kerakusan entah sampai kapan.


Manusia berubah. Dengan pola yang bisa dibaca dari sejarah.


Terdengar kabar sang pejabat mendadak pingsan di persidangan setelah tuntutan 20 tahun hukuman dibacakan. Pengacara mewah teramat mahal namun terkenal banyak akal tergopoh-gopoh menghampiri cemas. Kecemasan tulus atau profesional? Entahlah..

Dan keajaiban tak juga datang. Aku masih tetap tak bertukar tempat menjadi pejabat. Aku yang dididik untuk mencintai negeri ini tetap menjadi aku yang masih berhak marah namun hanya bisa mencemaskan kelakuan para pengambil keputusan. Dan aku tidak pingsan. Hanya baru bangun tidur karena mendengar istri dan anakku bercanda tertawa dan bernyanyi lalu aku ditarik-tarik untuk segera mandi. Pak pejabat, menurut ukuran anda, berapa miliar rupiah yang harus anda bayar untuk membeli sepenggal keriangan hati di pagi hari?

Sunday, December 2, 2007

SALAH PAHAM

.
Seorang pria dengan rambut panjang dikuncir memasuki ruangan. Di pintu masuk dia menengok ke kanan melihat tumpukan makalah lalu diambilnya satu sebelum menuju deretan tempat duduk yang masih lengang. Dipilihnya satu kursi di sudut depan, lalu ditaruh makalah di kursi sebelahnya yang masih kosong.

Selang beberapa waktu saat peserta semakin memenuh, seorang pria setengah baya agak gemuk hitam cepak ikal berjalan agak tergesa menuju tempat duduk di dekat si pria berkuncir segera setelah ia mengambil seberkas makalah di dekat pintu masuk. Lalu sejarak sekitar satu meter dari tempat duduk, pria gemuk itu sejenak berhenti. Sepersekian detik, lalu memutar balik kembali ke arah pintu masuk.

Pria berkuncir menggerakkan tangan tampak spontan mengambil berkas makalahnya yang tergeletak di kursi sebelahnya, untuk ditaruh di atas pangkuannya.

Pria gemuk kembali lagi ke deretan tempat duduk tersebut setelah mengembalikan berkas makalah di tumpukan dekat pintu masuk. Setelah mendekat di kursi sebelah pria berkuncir, pria gemuk itu terlihat tersentak, lalu memandang pria berkuncir, yang ternyata menampakkan kekagetan juga. Keduanya beradu pandang..


#Pria berkuncir.
Masih kurang 15 menit. Aku datang terlalu awal. Tapi tak apa. Sekali-sekali datang lebih awal sambil mengisi waktu dengan bermain game di HP. Makalah dibaca nanti saja..
Wah, bapak gemuk itu kayaknya mau duduk di sebelahku. Bisa gerah nih.. Tapi kalo memang mau ya silakan.. Sebentar aku ambil dulu berkasku ya pak.. jangan didudukin nanti penyet..
Eh, kok malah balik lagi? ya sudah terserah..
Lho kok dateng lagi? Lho kok melotot?

#Pria gemuk.
Untung pas sekali belum terlambat aku.. Nah itu masih ada tempat duduk di depan. Ya sudah situ saja.. Eh, ternyata makalah sudah dibagi di setiap kursi ya.. Ngapain aku ngambil di pintu masuk tadi.. Ya udah aku kembalikan lagi sebentar baru balik lagi..
Eh, kurang ajar! Malah diambil sama si gondrong sialan!


Pria gemuk dan pria kuncir masih berpandangan..
Lalu tiba-tiba tanpa aba-aba keduanya tertawa bersama.
"Hahahaha.. Hahahaha.."
"Maaf Pak, kirain Bapak mau langsung duduk jadi saya ambil makalah saya."
"Hahahaha.. nggak papa nggak papa.. Saya pikir itu makalah buat saya jadi saya balikin lagi yang sudah saya ambil."
"Hahahaha.. "
"Hahahaha.."


----------
Salah paham. Tak terduga namun mudah terjadi. Untungnya mudah pula diklarifikasi. Asal diberi kesempatan. Dan mau memberi.

Saturday, December 1, 2007

NATAL

.
Kelahiran dan munculnya seorang anak manusia -- benar manusia biasa, yang keberadaannya di panggung dunia terikat pada sepotong babak kecil pada lintasan panjang waktu sejarah dan seremah ruang di antero alam semesta -- bulan Desember ini mulai diperingati banyak orang yang masih saja terpesona.

Saat manusia menikmati hubungan yang gampang dan sederhana antara dirinya dengan sesuatu yang mereka beri nama Tuhan Sang Maha Segala, seorang anak manusia menebarkan kesadaran baru bahwa Dia ternyata bahkan jauh lebih sederhana. Allah bisa jadi memang raja atau panglima sedangkan manusia adalah bala tentara perangnya. Atau bisa juga Dia adalah majikan atau mandor yang mengamati polah hamba dan anak buahnya dengan perhitungan ketat dan njlimet sesuai kitab aturan untuk membayar upah maupun hukuman. Namun ketika Allah digambarkannya sebagai raja yang welas asih, orang tua yang berlimpah kasih dan ampunan, gembala yang sungguh bekerja dengan cinta untuk seluruh ternaknya, bahkan Allah adalah pelayan yang mencuci kaki manusia sang tuan, juga Dialah sesungguhnya orang-orang hina musafir kelaparan di sekitar keseharian, maka meresapinya membuat ada yang berdesir di dada. Mengguncang kemapanan dogma yang beku mengendap di kepala.

Lalu awal kesadaran itu semakin menerang saat kematian diri sendiri tidak lagi ketakutan yang harus dihindari demi tujuan pengorbanan untuk kehidupan semua sesama dan sama sekali bukanlah kekalahan. Manusia yang biasa mengukur Tuhan dan kekuasaanNya dari kekuatan dan kejayaan duniawi, perlahan mulai berpaling pada sang korban. Simpati dan empati kian lama makin mewujud menjadi kekaguman dan pencerahan. Bahwa bukan orang lain yang menjadi lawan yang harus dikalahkan, melainkan kesombongan diri dan ego yang sebenarnya sering tak disadari dituhankan.

Saya tidak tahu apa yang dipikirkan oleh para pengikut di awal jaman, saat mereka menyimpulkan bahwa manusia bernama Yesus dari Nasaret adalah Anak Tuhan bahkan Tuhan sendiri yang hadir di dunia. Mereka mungkin tak menyiapkan diri untuk beradu logika ala matematika yang digemari manusia masa kini. Atau juga mungkin tak peduli toh Tuhan juga tidak serta merta bisa dilogika kalaupun Dia tak beranak dan tak berwujud di alam fana ini. Saya hanya bisa memperkirakan bahwa pengalaman dan pencerahan yang membuat mereka berani mengambil kesimpulan dan menjadi dorongan untuk menyebarluaskan.

Lalu ketika kesadaran harus diceritakan dan diargumentasikan melintasi generasi dan jaman, tak ada cara lain yang termudah selain harus disusun menjadi kata perkata. Maka kesadaran berubah menjadi kata dan kata berubah lagi menjadi pengertian baru yang bisa jadi tidak sama atau bahkan sama sekali berbeda makna. Sejarah mencatat bagaimana iman tentang cinta dan pengorbanan yang didogmakan menjadi kata-kata keramat bisa ditafsir menjadi alasan untuk menebarkan kebencian, darah, dan pemaksaan.

Namun manusia mungkin memang tercipta dilengkapi dengan kehausan untuk mencari pencerahan. Selalu ada pergerakan untuk mencari makna kesejatian yang terus mengayun dari satu ujung ke ujung lainnya tanpa menyadari bahwa sejarah terus berulang. Maka momen peringatan memang diperlukan. Untuk sejenak berhenti dan merenungkan kembali arah perjalanan pencarian. Siapakah Tuhan sebenarnya? Atau siapakah kita? Mahluk ciptaan yang terpisah secara eksistensi dari penciptanya? Punya potensi untuk mengingkari dan menyaingiNya meski takdir menentukan selalu kalah? Atau seperti yang diisyaratkan oleh sang pembawa kabar gembira, bahwa segala hal termasuk diri kita berhak memancarkan sinar Tuhan?

Selamat mempersiapkan perayaan Natal bagi yang akan merayakan, memperingati kelahiran Yesus Kristus yang sebenarnya entah kapan karena mungkin waktu itu belum ada kesepakatan penanggalan. Selamat merenungi dan menikmati pengalaman pencerahan di hati kita masing-masing.

Bagi saudara-saudara yang tidak merayakan, semoga tak juga lelah senantiasa mencari dan merenungkan kesejatian, dengan sepenuh penghormatan dari saya. Salam persaudaraan!

Thursday, November 29, 2007

POSITIF

.
Diwakili dua garis warna biru yang kian menampak dan menajam, maka kehadiran jiwa baru - tepatnya, tanda kehadiran - adalah percikan kebahagiaan tersendiri yang selalu baru dan unik. Juga ketika hal ini bukan lagi yang pertama, atau bahkan bukan pula yang kedua. Ternyata pijar di dalam hati masih sama, meski tentu reaksi yang muncul sudah lebih dewasa.Karena dalam kurun waktu belum genap enam tahun perjalanan kontrak kesepakatan dua anak manusia, peristiwa ini telah menjadi kali keempat. Ya, keempat..

Saat pengalaman pertama, kegembiraan yang meluap-luap membanjiri dan menenggelamkan kesadaran bahwa seindah-indahnya dan seterang-terangnya harapan ia tetaplah sebuah bayangan yang membutuhkan perjalanan waktu untuk membuktikan bahwa ia mampu meretas menjadi kenyataan. Dan nyatanya, saat itu memang terbukti sebaliknya.. Sambil berpelukan dan saling menenangkan meski airmata sendiri tak mau ditahan, rasa kehilangan yang menghempas tiba-tiba membuat amarah memerlukan sasaran yang tak melawan untuk dipersalahkan. Yang terdekat adalah diri sendiri. Lalu muncul kesepakatan tak terucap bahwa kegembiraan yang terlalu, kebanggaan yang dini menyebar, dan kealpaan bahwa kenyataan adalah hari ini bukan esok meski terasa pasti, adalah penyebab utama datangnya kejadian yang tak dinanti.

Maka saat yang kedua datang, perubahan reaksi bagai posisi bandul di ujung ayunan di sisi yang berlawanan dengan ujung sisi lain yang dialami pada saat pertama. Begitu hati-hati, kebahagiaan dan kecemasan tumpang tindih silih berganti dan serasa harus selalu rapat ditutupi. Lalu banyak hal menjadi pamali demi penenang semu diri yang tak mengerti namun merasa harus mencegah segala sesuatu dan tak mau salah lagi. Hingga akhirnya tiba yang dinanti dan kehidupan baru itu muncul bersinar di depan mata menghangatkan dada. Dan terus senantiasa berpendar di dalam jiwa.

Sejenak beberapa saat semuanya terlupa tenggelam dalam keriangan suasana dan ketakjuban pertumbuhan..

Kemudian saat ketiga datang. Tepat sesuai rancangan dan keadaan. Tapi ternyata waktu juga tidak selalu cukup memberi keleluasaan untuk sekedar berpikir mengamati sejarah dan mengambil keputusan. Begitu mendadak kenyataan pahit sekali lagi datang menimpa. Guncangan dan air mata tak terhindar masih ada. Namun perhentian-perhentian dalam perjalanan kehidupan sudah sewajarnya membuahkan kearifan. Atau setidaknya, kesadaran lebih. Bahwa yang tak tercegah memang harus diterima..

Istriku, pagi ini adalah keempat kalinya kita bersama-sama tersenyum lagi berpelukan berbunga-bunga menyaksikan dua garis warna biru yang terang menajam. Kita adalah orang-orang yang percaya bahwa sukma telah ditiupkan sejak saat pertama pertemuan tanpa hiraukan apa kata tulisan-tulisan. Jadi mulai hari ini kita meyakini telah hadir lagi jiwa yang tumbuh dalam rumah kita dan telah menjadi bagiannya. Marilah tanda positif ini kita sambut dengan sikap positif pula. Marilah kita berbahagia sebagaimana memang itu sebenar rasa. Dan waspada. Bersabar hingga saat penantian berakhir dan buah cinta bercahaya tiba dalam pelukan kita. Tentu semua sebaiknya dalam porsi sewajarnya. Bukan untuk mencegah takdir yang tak terduga, hanya untuk kesiapan diri kita sendiri saja saat apapun nanti terjadi.

Kini kita berupaya menjaganya sekuat tenaga sendiri seolah Tuhan tak perlu ada. Dan kita hadapi dan nikmati semua kenyataan atas hasilnya karena kita memang tak berdaya dan bukan apa-apa di hadapan Dia. Lalu kita gunakan senjata syukur dan doa untuk menjembatani keduanya.

Istriku tercinta, selamat hamil lagi ya! Kehamilan yang keempat dan semoga selamat hingga terlahir sempurna anak kita yang kedua :)

Tautan : Bayi, Anakku

Tuesday, November 27, 2007

TAMAN PRASASTI











"Aku dahulu adalah seperti dirimu hari ini, aku hari ini adalah seperti dirimu nanti"

Taman Prasasti, sabtu siang kemarin. Semua foto diambil dan diedit oleh Andi Wibowo. yang lain masih dalam proses katanya..

AGAINST DEATH PENALTY

.












DANIEL! menolak hukuman mati dan mendukung aktivitas untuk menyebarkan dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan upaya penghapusan hukuman mati di Indonesia.

Monday, November 26, 2007

PASRAH

.
Apa yang akan kau putuskan, saat hal-hal yang kau takutkan untuk terjadi, terasa terus berjalan menuju ke arahmu dengan langkah pasti dan tegap berderap seirama denting waktu tak peduli apapun yang kau pikirkan dan kau perbuat?

Setiap detik upaya menghindar dan mencari lubang celah jalan keluar bahkan bagai genderang yang mengatur irama barisan mereka selempang ayunan dan penyemangat untuk melangkah tepat ke arahmu.

Akankah engkau tetap melawan sekuat tenaga membabi buta tanpa hiraukan apa yang akan segera terjadi? Atau menjadi panikkah engkau? Lalu tak kuasa menolak dorongan jiwamu untuk kau panggil Tuhan agar terlibat dalam masalahmu meski di bawah sadar engkau tahu bahwa memang sudah seharusnya Tuhan telah terlibat dari awal sampai akhir tanpa menunggu persetujuanmu?

Lalu kau akan mulai bernegosiasi denganNya. Kau ajukan beberapa permintaan sesuai skenariomu yang menurutmu paling indah, sambil kau tawarkan hal-hal yang bisa kau bayar kepadaNya atas terkabulnya keputusan takdir yang sesuai maumu.


Sejenak aku merasa tenang. Tuhan ada dalam genggaman..


Namun apakah selalu begitu? Negoisasimu denganNya selalu berakhir saling menguntungkan dan terjadi kesepakatan? Bagaimana jika detik berlalu dan gaung derap langkah mereka justru terdengar makin mengeras menutupi samar doa-doa yang kau daras? Ketegaranmu mengupayakan akal dengan pegangan doa ternyata hanya sementara. Dan suara barisan mereka terus menggema dengan arah tak berubah menuju satu titik tujuan yaitu engkau!



Kepanikan yang sejenak mereda datang kembali. Aku bimbang menebak masa depan dan kelanjutan keyakinan awalku tentang doa pada Sang Tuhan namun tetap saja Dia tak berani kutinggalkan..


Lalu kau mulai berdamai dengan ketakutanmu. Perlahan dan dengan hati yang terus memenuh kau upayakan, kau belajar meyakini bahwa takdir Tuhan sedang melaju dan tak ada yang bisa menghindar. Kau telaah satu persatu sambil menguatkan keyakinan bahwa nanti saat terjadi seburuk apapun akan sanggup engkau tanggung karena semua sudah tertulis rapi dan jeli terajah di atas kanvas nasibmu buatan Sang Tuhan, dan kau merasa sah berharap bahwa apapun itu pasti akan berakhir pada terminal keindahan. Sebagaimana keyakinanmu bahwa Tuhan adalah Sang Maha Dalang yang tidak akan menetapkan lakon melebihi kekuatan si wayang.


Kemudian lahirlah kepasrahan. Kekuatan tanpa wujud namun mampu membuang ketakutan terlempar di pinggir jalanan. Dan aku terus melaju dengan tenang..


Kepasrahan, jika tanpa melalui proses perenungan dan pencerahan bisa jadi hanyalah secuil kata indah yang menutupi keputusasaan sebagai makna sebenar. Dan asa yang tak kunjung putus, adalah makna sejati dari kepasrahan akan takdir Tuhan yang sebenar-benarnya tak mampu kau elakkan.

Sementara Tuhan.. Selalu diam tak kunjung kelihatan tak juga menjelaskan namun selalu berhasil dirasai dan dimaknai sebagai Sang Yang Terdalam..


Tuhan, terimalah kekagumanku yang mungkin saja salah..

Friday, November 23, 2007

RAKYAT PENGUSAHA

.
Di ujung pagi pada suatu hari di kota kelahiranku, dari ruang tamu aku mendengar sayup suara berteriak menawarkan dagangan. Aku buka pintu lalu kulihat di luar pagar seorang ibu menawarkan jenang grendul - salah satu jajanan yang selalu aku suka.

Astaga! Wajah yang sama yang kukenal bertahun-tahun silam! Aku tak ingat berapa lama tepatnya malah kurasa dialah orang pertama dan satu-satunya yang aku kenal sebagai penjual jenang grendul. Seorang ibu berkebaya berselendang mengikatkan di punggungnya dagangan dan semua perlengkapannya, termasuk kursi kecil untuk dia duduk saat ritual meramu bubur digelar. Benar-benar wajah yang sama, bahkan tak terbaca perubahan usia. Seingatku ya dari dulu tetap begitu saja.

Eee.. ini yang ragil ya? wah lha kok tau-tau udah jadi bapak-bapak..
Mangga silakan masuk Bu..

Sambil memesan beberapa, aku mulai tak tahan untuk tak mewawancarainya.

Udah berapa tahun ya Bu, dagang jenang grendul?
Duuh.. nggak inget mas.. Lebih kali kalo cuman 30 tahun.

Wah, dulu sepincuk berapa harganya ya Bu? hehehe..
Hahaha.. blas nggak inget saya mas. Pokoknya asal ada untung dan bisa masak lagi ya sudah cukup to.

Emang tiap hari selalu habis?
Ya nggak tentu.. Kalau nggak habis ya besok bikinnya dikurangi. Nanti kalau habis besoknya ditambahi. Gitu aja terus mas.

Untungnya lumayan kan Bu..
Ya nggak tentu mas. Yang jelas selama masih bisa dagang ya dagang. Wong rejeki sudah ada yang ngatur. Iya to mas?

Ya iya Bu.. Nggak cuma rejeki, semua apa-apa juga ada yang ngatur. Tapi ngaturnya gimana kan kita nggak dikasih tahu to Bu. Jadi mau nggak mau ya terpaksa kita lagi yang harus berusaha ngatur sendiri.. hehehe..

Ah masnya ini kok malah bikin pusing. Pokoknya jalani saja sekuatnya kan pasti nanti rejeki datang sendiri.
Iya Bu. Matur nuwun ya..

Saya yang matur nuwun. Pareeng..
Mangga..

Aku perhatikan ibu itu memberesi dagangannya dan berjalan lagi. Lalu tiba-tiba otakku memaksa untuk berfikir. Begitu terkesan aku pada ibu itu hingga hanya tersisa ruang sedikit di kepala untuk menerima sinyal dari lidah tentang nyamannya jenang grendul.

Kesetiaan dan kepasrahannya luar biasa. Bisa jadi mengalahkan para konglomerat dan pengusaha sukses lainnya. Namun mengapa hasilnya berbeda? Tak ada tanda-tanda peningkatan kesejahteraan yang menyolok. Tak ada tanda-tanda usaha yang membaik dan membesar. Ajeg saja. Dan bisa jadi segera surut disapu perubahan jaman.

Apakah ada yang salah dengan kesetiaannya? Sia-siakah kepasrahannya pada Sang Maha Pengatur Rejeki? Aku terngiang jawaban-jawaban 'nggak inget' dan 'nggak tentu' yang sering dia berikan. Andaikan si Ibu punya waktu barang sejenak untuk memahami pola usahanya, struktur biaya dan keuntungan, kriteria pelanggan, dan parameter-parameter ilmu-ilmu bisnis dasar lainnya, bisa jadi dia akan mendapatkan ide bagaimana mengembangkan usaha. Lalu kesetiaan dan kepasrahan membaja sebagai modal dasar utama yang dia dimiliki berubah menjadi senjata hebat untuk mendukung rencana pengembangan bisnisnya.

Dan ibu itu tidak sendiri. Di lingkungan rumah orang tuaku ini saja, bisa kusebut beberapa. Penjual krupuk, tahu, bubur kacang ijo, penjual bakso keliling, ayam tenongan.. Banyak sekali! Dan mungkin hanya satu dari sekian banyak pengusaha-pengusaha super kecil itu yang bisa mengembangkan usahanya.

Para rakyat pengusaha yang menjadi tiang penunjang kehidupan masyarakat, mereka sangat layak mendapat perhatian dan bimbingan. Jadi harus ada yang memulai..

Eits.. jangan jangan jangan! Aku belum bisa.. Mending berhenti mikirnya dan nikmati jenang grendul yang tersisa.. Emang asli nikmat..

Thursday, November 22, 2007

SEDIH

.
Aku sedang sedih
Rasanya nikmat sekali
Seperti memeluk bara api yang tak kunjung mati
Dari bangun tidur sampai terpaksa tidur lagi

Aku sedang dibakar sedih
Pijarnya pas sekali
Tidak menghanguskan
Namun nyerinya nyaman bertahan
Di relung hati di sekeliling otak kiri dan kanan

Aku sedang menikmati sedih
Sambil mencuri jeda mencari arti
Dan terus waspada menjaga diri
Karena jangan sampai terjadi
Nyalanya makin membesar tak terkendali
Hingga berbalik sang sedih yang menikmatiku
Menjilat dan melumat sekujur nalar dan asaku
Lalu saat pijar api sedihku padam tertiup waktu
Aku sudah hilang habis menjadi abu

Aku sedang sedih
Asyik sekali kulakoni
Awas kamu jangan iri

Sunday, November 18, 2007

PALSU

.
Kau pegang tanganku;
Lembut sentuhanmu bukan rasamu

Kau tatap mataku;
Mesra sorotmu bukan hasratmu

Kau cium bibirku;
Hangat kecupmu tidak cintamu

Disisimu aku disini merasa menggebu;
Namun senja hari ini adalah masa lalu

Tak tahuku adakah alasan untuk bertahan;
Selain keindahan selimut kepalsuan

....
....

Jika aku tak lagi mampu menggetarkanmu;
Bukankah seharusnya engkaupun begitu

Jadi mari sepakat kita sama-sama akhiri
Karena masing-masing sendiri lemah tak bernyali
Sebelum kepalsuan yang dipaksa menjadi kebenaran
Semakin hambar dan tertinggal tanpa kesan
Atau bahkan menjelma dalam sebentuk kebencian

....
....

Aku akan menciummu
Terakhir kali segenap jiwa setulus hati
Untuk kuserahkan lagi seluruh rasamu
Dan kuminta kembali segala rasaku

Saturday, November 17, 2007

REBORN

.

Pesan keindahan
Yang dikirim melalui perantaraan para bintang
Dari waktu berjuta tahun silam
Baru kuterima malam ini

Gaung kesadaran
Dari ujung jagad luas
Dimana aku adalah debu yang menempel
Mencapaiku detik ini

Kebenaran adalah cahaya dan gema
Yang melingkupi semesta raya
Dan malam ini
Bayi kesombonganku terbenam tak bernafas di dalamnya

Lahirlah kembali
Bangkit dari mati terajam cemas tanpa makna berarti
Karena kemegahan dan keremangan dunia
Malam ini riuh dan terang
Mengulurkan lembutnya tangan
Menyambut secercah sinar
Menghidupi raga dan jiwa pencerahan

Selamat datang!

Thursday, November 15, 2007

MISTERI

.
Pernahkah kau bayangkan;
Jika alur hidup tak sekedar segaris guratan;
Yang bersambung berkelok naik turun tunduk pada satu persatu pilihan;
Seperti yang selama ini kau yakini tanpa pertanyaan?

Bagaimana jika dua atau bahkan beberapa alurnya bersamaan kau lalui;
Hingga segala rasa sekaligus mampu diresapi;
Jatuh cinta patah hati kemesraan pertengkaran penantian perpisahan dan rasa sepi;
Semua ada dan dinikmati dalam sehela nafas yang seolah kau hidupi?


Wahai semua jiwa-jiwa pelaku dan penggerak alam semesta;
Benarkah engkau berdiri sendiri-sendiri atau manunggal dalam satu sukma;
Tersebar dalam raga-raga kosong tak berdaya?


Atau pernahkah kau memikirkan;
Jika alur hidupmu sama sekali bukan milikmu seperti yang kau banggakan;
Rasa berkuasa atas pilihan dalam dunia yang kau genggam tak lebih dari khayalan;
Seperti wayang dengan dalang jelas nyata namun kau tutup mata dengan layar kesombongan?

Apa artinya segala keputusan yang kau timbang penuh dan mantap kau maknai;
Kalau ternyata telah digariskan sebelumnya tanpa engkau perlu menjadi;
Dan engkaulah robot mainan tanpa emosi didorong takdir sang dalang adi kodrati;
Lalu jatuh cinta patah hati kemesraan pertengkaran penantian perpisahan dan rasa sepi;
Adalah keniscayaan yang tak tersentuh oleh hasrat diri?


Wahai semua jiwa-jiwa pelaku dan penggerak alam semesta;
Benarkah engkau berdiri sendiri-sendiri atau manunggal dalam satu sukma;
Tersebar dalam raga-raga kosong tak berdaya;
Karena dalang tak lagi dalang jika wayang pun memiliki nyawa?



Dimensi ruang dan waktu;
Yang kau jalani hanya mengikuti definisi baku;
Apakah sekedar ilusi agar manusia-manusia mengecap semu arti perjalanan;
Dalam situasi sebenar yang sudah diam selesai final tak ada perubahan?

Hidup adalah misteri;
Tanpa jaminan akan dapat dimengerti;
Bahkan sampai bertemu sang dalang nanti;
Atau malah sudah terjadi?

Tuesday, November 13, 2007

RENDAH DIRI

.
Rendah diri tidaklah sama dengan rendah hati, meskipun keduanya memiliki simtom yang mirip yaitu tidak menonjolkan apa yang ada pada dirinya kepada orang lain. Perbedaan utamanya, rendah hati didasari niat tidak mau membanggakan diri, sedangkan rendah diri adalah karena merasa tidak ada yang bisa dibanggakan dari diri sendiri


Rendah diri terjadi karena menjadikan orang lain sebagai referensi utama tentang keberhasilan, kepandaian, kesuksesan, dan kebahagiaan. Bukan sekedar pembanding atau pemacu semangat, mereka adalah simbol kemenangan sehingga terjadilah perasaan kalah dalam pertandingan semu. Ini menjadi hal yang mempersulit kemampuan melihat diri sendiri, menikmati semua karunia yang telah diterima, dan menjauhkan diri dari pergaulan yang sehat dan wajar, atau memaksa memakai topeng sebelum menghadapi orang lain.


Rendah diri adalah ironi, karena faktor utamanya adalah ketakutan direndahkan oleh orang lain yang dianggap sebagai acuan, yang memicu adanya pagar maya menghambat perjuangan ambisi, tidak berani bersaing, dan tidak percaya pada kemampuan sendiri untuk mencoba. Lalu lingkaran setan terjadi, ketika kegagalan untuk menunjukkan diri segera menjadi umpan balik bagi meningkatnya perasaan rendah diri layaknya bola salju yang terus menggelinding dan membesar, hingga semakin jauh terbenam. Dan semakin tenggelam oleh perasaan.


Rendah diri itu berbahaya. Meskipun ia tidak melanggar hukum sehingga siapa saja boleh merasakannya, dan tak ada seorangpun bisa mencegahnya, namun rendah diri membawa dampak menghilangnya potensi-potensi keragaman keindahan yang belum sempat muncul. Rendah diri bisa membuat gampang menyalahkan orang lain dan keadaan. Ia bisa menimbulkan perasaan iri tanpa juntrungan, memicu pribadi bertopeng dan pencari jalan pintas. Bahkan rendah diri bisa menyebar dan menular bagai wabah ketika akhirnya definisi tentang keberhasilan dan kemenangan menjadi homogen oleh mereka yang memiliki cara pandang sama dan itu-itu saja.


Rendah diri adalah potensi kesombongan. Kala ukuran kesuksesan dilihat dari kulit luar, maka ketika menganggap diri telah mencapai standar tersebut, ia bisa menjadi sombong dan merendahkan orang lain seperti waktu sebelumnya ia merasa direndahkan lingkungannya. Merendahkan diri sendiri maupun merendahkan orang lain, adalah sama-sama bentuk dari rasa tidak berterima kasih atas segala anugerah dari Sang Maha Pengatur.


Rendah diri dilawan dari diri sendiri. Meski mungkin tidak sederhana dan sekali jadi, bahkan perlu merenung dalam dan berkali-kali, namun pada saatnya ia akan menjadi pijar yang menerangi diri dan lingkungan sekitar, yang mungkin saja menyemangati orang lain untuk bersama-sama menyalakan dan menghangatkan diri dengan pijar mereka masing-masing.


Jangan rendah diri. Hidup hanya sekali harus dinikmati dan dijalani dengan penuh percaya diri. Berjuang dan bersyukur tak berhenti.



Nu, thanks udah ngobrol sebentar dan idenya untuk nulis ini ;)

Friday, November 9, 2007

TUHAN

.
Di hari Jumat
Para sahabat sejenak berhenti beraktivitas untuk sholat beribadat
Aku santai lebih panjang nikmat beristirahat

Di minggu pagi hari
Para saudara berdandan rapi memenuhi gereja mendengar kotbah dan kitab suci
Sesekali kuikut duduk terkantuk tapi lebih sering masih lelap bermimpi

Di hari yang sama kalo tak salah
Di sebuah pura di dekat kompleks rumah
Riuh ramai dikunjungi umat menyembah Sang Hyang Widhi alias Gusti Allah
Aku jalan pelan-pelan sambil tengak tengok sebentar lalu lewat sudah

Di masjid di dalam perumahan
Selalu ada saja sekumpulan orang yang khusuk pengajian
Sementara di meja tamu menumpuk undangan
Dari pengurus umat kristiani mengajak sembahyangan
Tenang saja aku sudah siap segudang alasan

Tuhan,
Aku minta maaf karena sering malas mendatangiMu
Mungkin aku kurang mendengar panggilan atau belum dapat hidayah aku tak tahu
Tapi kurasa Kau sendiri juga suka bepergian jadi kita tetap sering bertemu
Di sepanjang jalan-jalan yang kulalu dan tempat-tempat yang kutuju

Suatu waktu kulihat wajahMu cerah memandangku ramah
Namun adakalanya kulihat Engkau tengah resah menangis gelisah
Maaf Tuhan jika kemudian sekejab kupalingkan pandangku berpindah arah
Mungkin nanti jika kita semakin akrab aku akan mengikutiMu dan aku Kau jamah

Tuhan,
Maafkan jika aku membuatMu terus menghampiriku
Tapi rasanya aku tak seburuk itu Kau pasti lebih tahu
Jadi sabar ya Tuhan, siapa tahu nanti aku berhasil memantas diri menjadi rumahMu

Siapa tahu?
Bukan aku
Itu tugasMu

Thursday, November 8, 2007

KEPINGAN CINTA

.
Kulihat sekeping cinta
Tergeletak di jalan mungkin jatuh dari langit
Berkilau berpendar langsung kuambil jadi milikku
Bukankah sudah kesepakatan yang memungut paling dulu dialah sang empu?

Kutimang kusayang kurapikan
Lalu kupaskan kepingnya mengisi puzzle jiwaku yang hilang
Aduh asiknya menyusun dan menikmatinya melengkap satu-satu

Aku adalah bocah lelaki kecil yang girang riang
Menemukan mainan seindah pagi seterang bintang
Menjadi dewasa bukan lagi tujuan tak lagi impian
Karena disini hari ini aku menari di atas pelangi entah nyata atau mimpi tak kuhiraukan

Namun tak kusadari entah datang dari mana
Sepasang mata besar berwarna nanar bersinar kasar
Hendak merebut cintaku katanya aku tak ikuti aturan
Dibeber pasal berlembar-lembar lengkap dengan aneka ancaman

Hei siapa kau?!
Mengaku Tuhanpun kulawan apalagi sorotmu memancar setan!
Aku tak takut!
Cintaku tlah menyatu tak kan bisa kau renggut selain bersenjata maut!


Dan tangan kecilnya pucat berkeringat menggenggam cinta erat dibalik tubuh kurus gemetar penat


Kupungut sekeping cinta
Dari jalanan namun kuyakin asalnya dari langit
Kuaku karena kutahu ini memang milikku

Tak ada yang mampu menghadang rasa yang kumiliki
Semua orang pintar berkoar tapi sebenarnya mereka hidup untuk kepuasan pribadi
Lalu mengapa aku tak boleh asik dengan mainan baruku sendiri?


Bocah lelaki itu terus nikmat bersenang-senang
Menari di atas pelangi bersama cintanya dari pagi hingga meremang sinaran bintang
Sementara sepasang mata tak kenal lelah penuh benci mengawasi garang
Menunggu saat tepat terjang menerkam meraih menang

Dan dunia terus berjalan, berbagi benci dan cinta, berbagi cemas dan suka, berbagi akal dan rasa,
berbagi rata sepanjang usia..

KITAB SUCI

.
Ada yang menjaga kesucian kitabnya dengan tak mengubah sedikitpun susunan kata per kata
Ada yang memakai cara sesekali mengubah redaksi untuk menjaga makna

Semua baik, dengan maksud mengenalkan dan menuntun umat pada kesucian yang menjadi tujuan keberadaannya

Namun ada saja, mereka yang telah begitu meyakini kesucian kitabnya, merasa otomatis serta merta dirinya dan semua tingkahnya ikut pula menjadi suci melebihi semua orang lain di dunia

Apa iya?

Monday, November 5, 2007

SAMPAH

.
Dulu piring beling, sekarang styrofoam cantik
Dulu gelas belimbing, sekarang gelas plastik
Dulu sendok bebek, sekarang bebek plastik
Dulu dicuci, dilap, dipakai lagi, sekarang semua SAMPAH

Tak perlu sapu tangan, pakai tissue kering
Tak perlu handuk tangan, pakai tissue basah
Tak perlu popok kain, pakai pempers instan
Tak perlu dicuci, diseterika, lalu dipakai lagi, toh semua SAMPAH

Repot pakai toples kaca, sudah ada wadah plastik
Repot bawa kranjang belanja, sudah ada kantong plastik
Repot bawa termos air, sudah ada minuman plastik
Repot merawat, menyimpan, memakai lagi, untuk apa kan semua SAMPAH

Wah mengerikan juga ya
Jadi saksi perubahan mental manusia
Eh, bukan sekedar saksi, malah pelaku utama
Merasakan kemalasan didukung segenap upaya
Oleh para perekayasa kreatif pencari laba
Namun sayang tak peduli siapa menanggung dampaknya
(Termasuk saya)

Buang sampah di tempatnya, sudah lumayan disiplin saya lakukan
Jadi boleh lah sebel sama mereka yang nyampah sembarangan
Tapi mengurangi jumlah sampah, waduh maaf berat sekali sudah ketergantungan

Gimana ya?

Friday, November 2, 2007

SESAT

.
[#]

Kebenaranku jelas nyata mereka malah memilih buta
Jalanku lapang terang mereka terjang semak ilalang

Orang-orang bodoh bangga tersesat
Tafsirku final tak juga mau sepakat
Tak sudi aku berbagi nama dengan mereka para terhujat

Ini masalah inti!
Melampaui toleransi apalagi setan bernama demokrasi!
Ini fitnah!
Wajib bagiku untuk marah!
Darah mereka halal diretas!
Nyawa mereka sah ditebas!
Lemah imanku jika hatiku tak mau mengeras!

Ayo siapkan bedil dan parang! Siap menyerang!
Melawan kesesatan inilah kesucian perang!

...
...
...


[##]

Wahai para pasukan Tuhan, setidaknya Tuhan dalam sangkar bayangan
Persiapkan kekuatan kalian sebaik mungkin
Hancur dan musnahkan mereka semua
Jangan sampai sedikit juga ada nyawa tersisa
Karena sisa secuilpun
Adalah benih-benih dendam dan kebencian
Kemuakan yang luar biasa
Atas tafsir keindahan dan kepastian yang kau banggakan
Namun kau wujudkan dalam kesewenangan atas nama iman
Yang bisa jadi adalah awal sebab mengapa mereka memilih tak ikut serta
Dalam aliran arusmu yang deras gagah namun kemudian juga menakutkan
Meski menanggung resiko kau ludahi dan kau basmi

Wahai para tentara di jalan nirwana, setidaknya nirwana di atas kertas peta
Pelajari langkahmu sedetail mungkin
Jangan kau tercerai dan tersesat di kerumunan mereka yang kau sesatkan
Karena bukankah kebenaran dan kesesatan hanya masalah angka?
Siapa lebih banyak dia yang berkuasa?

Ya Tuhan pencipta alam semesta dan manusia
Aku merunduk memejam menangis menunggu kehadiranMu menjadi juri yang adil
Bukan nanti bukan besok setelah segalanya hancur sia-sia
hari ini juga tampakkan wajahMu menyelesaikan semua

Tuhan
Apakah permintaanku melebihi takdirMu?
Atau sesat jugakah aku dan kan Kau kirimkan maut untuk membungkamku?


[###]

Toleransi berarti pengakuan adanya penyimpangan;
Mengakui dan menerima keberadaan sang liyan yang beriman menyimpang dari apa yang kita anggap sebagai kebenaran

Iman yang dianggap sesat dan terkadang aneh bahkan lucu menurut diri pribadi punya ukuran
Silakan saja untuk ditentang bahkan dilawan
Namun tidak bisakah tetap beradab dan dalam kerangka menjunjung nilai kemanusiaan?
Karena manusia, apapun yang diimaninya, semua setara untuk diakui dan dihargai sebagai sesama mahluk pencari Tuhan

Wednesday, October 31, 2007

KORUPSI

.
Kau tahu korupsi?
+ Tentu saja! Perilaku hina yang aku benci
Apa itu korupsi menurutmu?
+ Gampang saja. Korupsi adalah mencuri. Titik
Bagaimana bentuk korupsi?
+ Sederhana. Segala penambahan biaya atau pengurangan keuntungan dengan cara yang tidak sah di instansi tempat kita bekerja, dengan maksud untuk dicuri. Titik
Tahukah kau akibat dari korupsi?
+ Jelas. Hilangnya dana dan anggaran yang semestinya untuk rakyat dan bangsa, atau karyawan dan pemilik perusahaan
Kau pernah korupsi?
+ Ah.. Tidak pernah! Aku memerangi korupsi!
Oke. Pernahkan kau membuat orang lain melakukan korupsi? Mulai dari pelicin pengurusan KTP, mencegah tilang, sampai sogokan memperlancar urusan pajak dan proyek-proyekmu?
+ Eee...



:: Seorang pengecut menggunakan segala cara untuk mencapai tujuan, lalu melimpahkan tanggung jawabnya kepada orang lain ::



Kau bilang tidak pernah korupsi?
+ Tidak! Okelah aku memang pernah mendorong orang untuk korupsi. Tapi sebagian besar karena terpaksa meskipun kuakui banyak juga karena kemalasanku. Tapi setidaknya, bukan aku yang korupsi
Apakah kau memang pernah punya kuasa dan wewenang untuk korupsi?
+ Eee.. mungkin tidak. Karena aku menjalankan usahaku mandiri
Baiklah, sekarang kau kuberikan kesempatan dan kekuasaan untuk korupsi!
+ Tidak akan aku manfaatkan! Aku membenci dan memerangi korupsi! Itu berarti tak mungkin aku sendiri melakukan!
Ini aman sekali. Tak akan ada orang yang tahu. Lagipula nilainya bagi negara sama sekali tak seberapa.. Tapi sangat berarti buat dirimu.
Kau bisa beli hal-hal yang selama ini kau mau namun tak mampu. Kau bisa menyenangkan keluarga dan sahabat-sahabat. Negara juga masih untung besar dari prestasimu. Anggap saja ini sedikit bonus atas semangatmu bekerja keras. Biasa laah..
Orang dengan kecerdasan seperti kamu, harusnya dibayar berlipat-lipat lebih besar. Jika negara belum sempat membuat anggaran baru, mau tak mau kau harus pintar .
Negara tidak akan bangkrut, tapi hidupmu meningkat pesat
Nggak usah sering-sering, sekali ini saja. Tak terasa buat negara, namun kau pasti punya uang lebih untuk menyumbang masjid, pura, dan gereja.
+ Eee..


(Hahaha.. lihatlah! jemarinya bergetar.. Otaknya berputar menimbang-nimbang mencari pembenar.. Tak usah lama menunggu sabar.. Sebentar lagi pasti dianggapnya nafsu sebagai kebutuhan yang wajar..)



:: Seorang munafik berteriak menunjuk hidung orang lain, sementara perbuatan sama yang dilakukannya ditutupi serapat-rapatnya ::



Korupsi, tiap hari diteriaki diperangi
Namun ia bukan saja disana, di televisi dan di koran-koran semata
Ia ada disini, di lingkungan sekitar dan terjadi berulang-ulang hingga tak lagi disadari
Lama-lama ia kita benci karena iri kesempatan tak punya dan bagian kita tak lagi ada

Ngeri.. Tapi pelakunya ya kita-kita ini!

Ketika korupsi sudah menjadi budaya, tak ada cara instan untuk mengatasi
Selain dimulai dari masing-masing pribadi dan keluarga sendiri
Dari hal-hal kecil yang harus direnungkan setiap kali
Kalau tidak, tak akan terpotong masyarakat koruptor, pengecut dan munafik dalam alih generasi

Tuesday, October 30, 2007

MASA LALU

.
Semalam aku memimpikanmu
Aroma mawar tajam menyeruak bawah sadar tak kuat kutahan
Kubiarkan kau terbangkanku ke masa lalu
Dalam kehangatan yang nyaman namun miris menyatu menyesaki khayalan

Semalam kunikmati memimpikanmu
Kekalahan kesadaran yang indah dan menguntungkan
Melayang bersama kita tertawa di atas permadani wewangian tak kenal layu
Begitu membara tak peduli silam mimpi tak lagi kenyataan

Hai jiwa masa laluku
Bermimpikah juga kau bersamaku?
Menafikan puncak nirwana melimpah untaian air mata?
Secercah lintasan cinta yang terkadang sejenak berulang bagai de javu?

Aku tak tahu..
Sungguh hasratku namun bertahan aku tak mau
Sebab tlah tuntas lelahku terbiru haru

Masa lalu
Tinggal mimpi sudah berlalu
Hanya ilusi sekedar kilas
Namun selalu meski sesaat mampu menghentikanku
Takut aku akankah selamanya tak sanggup kulepas

Sunday, October 28, 2007

AIRPORT

.
Aku suka airport

Titik pisah dan temu manusia-manusia berbagai penjuru bumi
Berdandan santai rapi seksi terserah pribadi
Wajah kaku jangan ganggu tak peduli apa masing-masing kepala berisi

Aku suka keharuan airport

Segera terasa saat adegan perpisahan tersaksi depan matamu
Kekasih berdekapan tak mau siakan waktu
Ibu terdiam menatap sang ayah memeluk anak satu persatu
Dua sahabat berjabat erat tersenyum lebar lambaikan tangan bertukar janji kapan lagi nanti bertemu

Keharuan yang sama,
Di ruang yang sama,
Di dunia-dunia privat berbatas maya

Aku suka kehangatan airport

Istri penuh sabar dan kakek nenek yang tak tenang
Duduk berdiri menunggu momen kan lekas datang
Untuk senyum mengembang ciuman mesra dan air mata yang tak jadi menetes
Hanyut dalam dekapan cinta menggunung tertahan jarak membendung
Di ujung penantian di pangkal perjumpaan
Manusia-manusia asing saling merangkul kebungahan
Aura menyebar terpancar memarak hawa sekitar
Jerit berlari anak kecil penambah suasana
Semua hangat lalu berlalu tak tau selepas sini apa bahagia kan selalu terbawa

Kehangatan yang sama,
Di ruang yang sama,
Di dunia-dunia privat berbatas maya

Aku suka keharuan dan kehangatan airport

Titik pisah dan temu manusia-manusia berbagai penjuru bumi
Di tengah dunia yang semakin egois ranggas curiga cemas angkuh culas cemburu ganas
Sepotong sisa nyawa peradaban disini berpendar sekilas

Aku suka airport

Istriku nanti kalo aku keluar negara atau sekedar lain kota
Kau datang ke airport jemput aku saat kupulang ya
Memang sedikit repot tapi tak tiap kali kan tak apa
Bawa juga anak kita jangan sampai lupa

Disini, di airport, tempat yang luar biasa
Sesekali ingin juga aku kita jadi pemeran utama

Wednesday, October 24, 2007

PUTUS ASA

.
Pasrah sebelum terjadi
Gagal sebelum ujian
Menyerah sebelum berakhir
Takut sebelum mengerti
Mengerti sebelum mendengar

Memiliki sebelum mencintai
Membenci sebelum mengenal
Prosedur sebelum substansi
Menghakimi sebelum berempati
Beragama sebelum bernurani

Berhenti sebelum mati
Mati sebelum ajal

Tuesday, October 23, 2007

HUTANG

.
Aku berhutang pada bapakku, yang mencintai dan menuntun jalan hidupku
Aku berhutang pada ibuku, yang mencintai dan membesarkanku dengan kesejatian kasih sayang
Aku berhutang pada saudara-saudaraku, yang mencintai dan sedikit banyak beberapa hal dari mereka aku tiru

Aku berhutang pada masa kecil, yang membahagiakan dan membentuk batin
Aku berhutang pada rumah, yang kokoh melindungi dan kepadanya hingga kini aku bertaut
Aku berhutang pada teman-teman, yang mengajari mengenal sesama yang tak lain adalah diri sendiri

Aku berhutang pada guru-guru, yang membekali dengan sabar menjadi apa aku sekarang
Aku berhutang pada sekolah, yang memberi kebanggaan dan rasa memiliki
Aku berhutang pada orang-orang yang memberiku pekerjaan, karenanya aku menjadi produktif dan mampu menerapkan ilmu

Aku berhutang pada agamaku, yang tak kenal lelah melembutkan hati yang sombong dan mengingatkan dimana dan kemana aku kini dan akan berlari
Aku berhutang pada agamamu, yang menjadikan aku mampu lebih mengenal Tuhan melalui banyak pintu

Aku berhutang pada bangsaku, yang memerdekakan dan menjelaskan siapa aku
Aku berhutang pada dunia, sekolah terbesar tanpa ijasah tanpa batas waktu

Aku berhutang pada istriku, yang menyatu dengan diriku menghadapi tantangan dan keindahan hidup
Aku berhutang pada anakku, kepadanyalah seluruh hutang-hutangku akan kubayar

Aku berhutang pada Tuhanku, tak akan kubayar karena Dia tlah jadikan aku tuhan atas jiwaku

KAFIR

.
KAFIR (1)


REM --------------------- God's Basic Program
REM --------------------------------------------
Begin
--For human=1 to total_human_population
----if religion(human)="my religion"
------then goto HEAVEN else goto HELL_DAMN_YOU_KAFIR_AND_BE_BURNT!!!
----endif
--Next
End

---

[Bunda Teresa adalah kafir.. silakan googling..]
______________


KAFIR (2)


Jika aku meyakini semua ideku mampu mewakili agamaku
Jika aku meyakini semua idemu adalah mewakili agamamu
Jika aku menganggap tindakan jahat orang lain adalah karena dorongan agamanya
Jika aku menganggap tindakan baik orang lain adalah semua udang di balik batu
Jika aku berteriak membela yang lemah padahal aku membela nafsu identitasku
Jika aku membenci tetanggaku yang tak tahu-menahu karena dendamku pada agamanya
Jika aku menafsir kitab suciku mendukung kebencianku pada sesama
Jika aku menafsir kitab sucimu menyuruhmu membenciku
Jika aku menutup mata pada kebaikan dan keindahan cinta universal
Jika aku hanya mampu melihat benci dan amarah berkacamata kuda bernama kesombongan

Karena akulah kafir yang menolak kemahaan Tuhan dan mengurungNya dalam tempurung egoku
Dan siapa berani menyerukan itu akan kulawan dengan segenap jiwa raga karena itulah jalan dan tujuan hidupku

Tautan : [A]gama, Sesat, Kitab Suci

Monday, October 22, 2007

SEPEDA MOTOR

.
Dengung berjuta motor riuh merayap jarak
Udara pekat sedap dihisap peduli pengap sesak
Pengendara mobil risih mengumpat
Dihembus sejuk mesin pendingin segar nikmat

Lampu pengatur merah menyala
Motor tak sudi di belakang segera menyela
Nyenggol body sedikit nggak papa nggak kerasa
Sopir memaki motor zigzag nerabas entah kemana

Siapa tahan diam menghadap moncong knalpot
Menyembur racun mobil tak dirawat dari tahun jebot
Coba asap mobilmu sendiri tersalur pipa menrobos kaca lalu kau sedot
Mungkin baru sadar dan malu kau kenapa sewot

Hawa luar biasa mengumbar panas
Dikurung helm dan jaket rapat aduh gila semakin panas
Sekeluarga di atas motor anak tercinta terkulai lemas
Generasi penerus terus menerus dijejal polutan ganas
Apa daya cuma bisa begini yang paling ngepas

Angkutan umum tak manusiawi apalagi nyaman
Sementara solusi pemimpin rakyat tak kunjung kelihatan
Masyarakat harus mencari alternatif sendiri-sendiri
Pemerintah selalu terlambat mana peduli

Duh pemerintah..
Bodoh, lambat, tak peduli, korupsi..
Gawat!

---

[berkeliling naik motor 2 minggu, kulit keling badan gempor 2 kali flu..]

Saturday, October 20, 2007

LITERALISASI RASA

.
#
- dik fynca nggak boleh suka iri dong..
+ iri itu apa sih pak?
- iri itu kalo mbak sarah punya apaaa aja dik fynca ikutan kepingin juga
+ kemarin kan mbak sarah punya boneka baru, tapi dik 'ngka nggak iri soalnya dik 'ngka minta sama ibu susi trus dibeliin juga..
- lha itu yang namanya iri dik!
+ iri itu apa sih pak?

##
- dik fynca jangan suka pamer ya..
+ pamer itu apa sih pak?
- pamer itu kalo punya barang baru terus langsung diceritain ke temen-temennya
+ lha kalo dik 'ngka pengen cerita gimana dong?
- ya cerita aja sama bapak daniel sama ibu susi
+ yaaaa.. kan udah pada tauuu.. ngapain diceritain lagi..
- soalnya kalo cerita sama orang lain itu namanya pamer
+ pamer itu apa sih pak?

###
+ bapak daniel! abis baca koran dirapiin lagi ya! jangan berantakan begini!
- eee.. dik fynca nggak boleh sembrono sama bapak ya..
+ sembrono itu apa sih pak?
- sembrono itu ya ngomong begitu sama bapak.. itu namanya sembrono
+ lha kan bapak juga suka ngomong gitu sama dik 'ngka kalo mainan dik 'ngka berantakan..
- ya kan dik fynca anaknya bapak daniel..
+ ya kan bapak daniel bapaknya dik 'ngka..
- kalo bapak ngomong gitu sama anaknya ya boleh..
+ kalo anak ngomong gitu sama bapaknya?
- nggak boleh! sembrono itu namanya
+ sembrono itu apa sih pak?

####
- udahlah dik! malah jadi mumet nih bapak..
+ mumet itu apa sih pak?

Friday, October 19, 2007

LELAKI

.

Pada kejauhan gelap..


Di pucuk keremangan figur tercetak
Nyala api di kepala melidah riak
Membakar sumbu terendam otak menembus tengkorak

Terlipat pantat di pangkal tungkai
Terurai rambut ribuan helai
Langkah berderap kuat gemulai
Ringkik meruyak sepi nan ramai


Mendekat memecah gelap..


Mulut sedikit terbuka
Taring menyilau tajam menganga
Liur menetes hidung menjaga
Mata tajam tenang waspada

Rongga dada pejal transparan
Jantung memompa sinar pancaran
Tegas menantang aura jantan


Menerang namun tetap gelap..


Samar terdengar genit bisikan
Menyebar cepat laksana dentuman

Mahluk aneh..! Mahluk aneh..!
Mirip kita tapi bukan..

Semua diam
Sejenak berfikir masih diam
Berfikir..
Sejenak..
Lalu sepakat sunyi berlarian
...
...

Semua menuju sang mahluk!
Hasrat memiliki dan dipeluk!

Thursday, October 18, 2007

PEKA

.
Mengapa rasaku kini tak lagi peka?
.....

Menangis anakku melihat televisi
Menayang kisah tentang anak kecil sedih tak beribu lagi
Dimintanya aku memanggil anak itu
Untuk ikhlas rela bersamanya berbagi ibu

Aku terpesona
Sebuah empati murni tiada tara
Meski kusadar anakku belum memahami dan menimbang sepenuhnya
Tetap saja sebuah spontanitas tulus yang luar biasa

Anakku seingatku tak pernah kau kuajari
Mungkin setiap bayi dilahirkan satu paket dengan kelembutan hati
Lalu aku sendirian bertanya
Mengapa rasaku kini tak lagi peka?

Cemas aku membayangkan
Bagaimana dunia mengguncang jiwa belahanku di masa depan
Televisi dan media masa menjejalkan kesedihan sekedar hiburan
Simpati dan berbagi tak lebih dari iklan

Pendidikan mencetak generasi penghapal
Tak peduli kreasi cerdas kritis konsistensi ilmu dan amal
Berlomba-lomba mencetak sertifikat dan kecakapan membual

Agama menjadi pengeras hati tak lagi melembutkan
Makin beragama makin egois setengah mati tak lagi rahmatan
Identitas adalah kunci iman angkuh pembeda dengan sang liyan
Aku dan kamu tak pernah sama dan harus selalu berhadapan
Menguap sudah kepekaan bercermin pada sesama melihat diri sendiri dan Tuhan

Menangis anakku melihat televisi
Menayang kisah tentang anak kecil sedih tak beribu lagi
Lalu cemas aku sendirian bertanya
Mengapa rasaku kini tak lagi peka?

Tuhan jangan Kau diam saja
Tak usah pikirkan aku terlanjur jadi produk jaman apa mau dikata
Tapi setidaknya bantu aku berfikir keras menyelamatkannya

PANGAN

.
Sekitar 7 miliar manusia menghuni bumi
1 miliar diantaranya diterjang kelaparan berjuang hidup mati

Sebagian dari sisanya juga sedang dalam pertempuran
Menyerang pusat-pusat makanan lalu menyerbu klinik-klinik kecantikan

Bermiliar-miliar uang digelontor untuk berlebihan mengenyangkan perut
Kemudian membuang dana berlipat-lipat lagi melawan obesitas kelewat gendut

Tuhan, guyonan ini memang lucu
Tapi aneh sekali selera humorMu
Atau Kau mau menyalahkan aku?

---

[refleksi kotbah yang kudengar dalam rangka hari pangan sedunia]

Wednesday, October 17, 2007

BABEL

.
Mengapa manusia kini berserak-serak tersebar di seluruh penjuru bumi?
Tak saling mengerti bahasa masing-masing lagi?

Mungkin pada awalnya semua satu bahasa dan satu logatnya
Dan dibangun menara menembus langit sebagai tanda
Lambang jumawa bahwa keseragaman bisa dijaga

Lalu mungkin pula Tuhan jadi merasa tak suka
Turunlah Dia ke dunia dan menghancurkan segala rencana
Hingga kesombongan terhenti sementara

Tapi Tuhan menyisakan satu bahasa hati
Begitu indah dan sederhana setiap insan mudah mengerti
Sampai masing-masing kumpulan manusia kembali membangun menara
Panduan peradaban yang tersusun rapi serasa sempurna tertata
Berdiri sendiri-sendiri tak mau saling memahami antar bangsa
Sementara bahasa hati menjadi tak berarti bahkan terkubur terlupa

Kali ini dari langit Tuhan tak kunjung turun
Bisa jadi sudah bosan pakai jurus Kun Fayakun
Dan menyerahkan pada manusia untuk mengatasi sendiri lambat laun

---

(terpesona film BABEL yang kulihat dari DVD bajakan
dapat pinjam dari teman - entah kapan aku kembalikan)

Tuesday, October 16, 2007

KONTEKS

.
Kemarin ini saat anakku berulang tahun yang ke-empat
Tantenya memberi hadiah sepatu baru merah muda berwarna
Sepatu indah anakku bungah dipakainya melompat-lompat
Tapi kaget juga aku setelah tahu betapa mahal barang itu berharga

Aku diam sesaat
Lalu tak tahan aku mulai menebar nasehat

Kau sungguh beruntung sekali anakku
Waktu bapak seusiamu bahkan beberapa tahun lebih tua
Masih banyak teman-teman bapak yang bahkan beli sepatupun tak mampu
Jadi bersekolah dengan telanjang kaki mereka terpaksa

Gantian si cantik terdiam dan serius mukanya
Aku gembira bangga kata-kataku pasti mengena
Sampai kemudian dia bertanya

"Terus kalo gitu siapa yang 'nggendong dari mobil ibunya ke dalam kelas, pak ?"

Sekarang giliranku lagi terhenyak sejenak dan tertawa
Lalu tersadar betapa kita benar-benar berbeda dunia
Ingatanku menggambar jelas masa kecilku penuh bahagia
Berjalan riang tertawa bersama teman menuju gedung sekolah dasar sederhana
Bertembok lusuh berubin kuno berbangku kayu tua seadanya

Kontras benar dengan sekolah anak balita jaman sekarang
Atau playgroup begitu orang-orang biasa bilang
Bangunan cerah meriah beralas karpet berhawa sejuk dari mesin pendingin
Berkonsep international biaya mahal sampai pusing kepala bapaknya dibikin

Aku tersenyum lesu
Anakku nasehatku tak menjangkau duniamu
Dunia masa kini dan masa depan tak terbayang di masa lalu

Namun aku tak peduli
Harus kusampaikan semampuku kuharap engkau kan mengerti
Kuandalkan kecerdasan dan nuranimu untuk memahami
Kau akan pelajari segala hal untuk ketajaman interpretasi
Dan kau lebih tahu bagaimana nanti mengaplikasi

Tiba-tiba terlintas pikiran nakal
Bagaimana jika para penulis kitab suci datang lagi ke dunia sekarang?
Apakah mereka akan tersenyum puas membusung dada dengan tepukan
Atau kaget ternganga tak percaya tak menduga penuh kengerian
Melihat bagaimana tulisan mereka manusia tafsir dan ejawantahkan

Ketika petuah menjadi teks
Dan teks mengering kehilangan konteks..

Saturday, October 13, 2007

HUKUMAN MATI

Kalau hukuman mati dilaksanakan
Maka sama putus asanya kita dengan mereka
Yang membunuh dengan keyakinan
Dan menjadikan Tuhan sebagai tamengnya

Kalau kematian adalah jawaban
Mengapa kehidupan begitu menawan?
Kalau membunuh adalah penyelesaian yang sah
Mengapa keajaiban pertobatan begitu indah?

Manusia yang sadar punya beban tugas yang lebih besar
Aku sendiri tak tahu apa tapi kurasa putus asa bukan hal yang benar
Karena tak tahan aku berimajinasi
Menjadi eksekutor penjagal terpidana mati
Berhati batu menatap wajahnya sambil beraksi
Lalu bercermin wajah yang yang sama kulihat lagi

PUASA

.
Saat akal telah mampu bedakan mana hak mana bukan
Saat itu sesekali puasa diperlukan
Menahan diri dari apa yang sebenarnya sah dinikmati
Mengantar batin ke derajat yang lebih tinggi

Puasa membuka mata nurani
Pada dunia sekitar yang selama ini tak disadari
Disakiti perasaan karena ketidakadilan
Terus menerus dipaksa menyaksikan kesenjangan
Atas nama hak tanpa kepedulian

Puasa harus mengasah empati
Dan empati akan menajam dengan mengalami
Mengalami dan memahami bahwa kecemburuan bukan tanpa alasan
Lalu berbuat semakin banyak bagi sesama yang kekurangan

Baiklah selamat berpuasa dan memenangkan diri
Menjadi tangan Tuhan yang lembut dan tajam hati
Karena dalam diri saudara kita bahkan mereka yang paling hina
Terpancar wajah Tuhan sendiri yang menyapa

Catatan:
Puisi ini bukan untuk orang-orang yang berperilaku buas
Menjadikan puasa sebagai senjata agar kebebasan orang lain berhak mereka rampas
Karena akalnya tak mampu bedakan mana hak mana bukan
Dan tak tahu mengapa nafsu dan cemburu harus ditahan
Sungguh tak mengerti aku apa puasa mereka artikan

Friday, October 12, 2007

ANAKKU

.
Halo salam jumpa!

Perkenalkan aku ini bapakmu
Begitu semua orang bilang karena kau lahir dari perut istriku
Aku sih percaya saja kuyakin kaupun setuju

Antara bapak dan anak selalu ada ikatan batin
Itu juga kata orang tapi sampai detik kamu lahir aku kok belum yakin
Ya sudah kita ngobrol-ngobrol dulu mudah-mudahan rasa itu segera terjalin

Apa kabar anakku?

Sebenarnya dari mana sih asalmu?
Maksudku sebelum kau ada di di rahim ibumu
Aku benar-benar ingin kau beritau
Karena pasti tempatnya tak jauh dari asalku
Dan dimana itu aku tak tau
Terus terang aku lupa setelah aku mengenal dunia
Paling cuma kira-kira dari yang kudengar atau buku-buku filsafat dan agama yang kubaca
Nanti kalo kamu sudah bisa bicara segera kasih tau bapak sebelum lupa ya!

Anakku,

Pertama kali kita bertemu
Aku sebenarnya belum punya perasaan memilikimu
Ya jangan bandingkan aku dengan ibumu
Berbulan-bulan kau diperutnya dan kau tumbuh besar didalamnya
Lha aku cuma mengantar ke dokter sebulan sekali saja
Sambil mendengarkan detak jantungmu ibumu senang aku ikut senang entah kenapa

Kemudian kamu lahir karena ibumu rela mengejan
Sementara aku menunggu diluar tak tau apa yang kucemaskan
Setelah bersih rapi ibumu bahagia menyusui
Aku yang bingung kesana-kesini sok sibuk cari ide apa kamu akan kunamai

Hari berlalu beberapa waktu
Aku bolak-balik menapak jarak menjumpaimu
Maaf ya nak kok rasanya ikatan batin belum datang juga
Yang ada hanya rasa bangga karena sekarang anak aku punya
"Telah datang ke dunia anak kami tercinta" begitu aku menyebar berita

Kadang-kadang aku takut dalam hidupku ada mahluk baru
Tapi aku nikmati saja karena kau memuaskan egoku
Bangga tertawa dipuji wajah mungilmu dari aku kau tiru

Anakku cintaku,

Lama-lama aku mulai menikmati menggendongmu
Sekali-sekali kuganti popokmu kalau kau pipis terserah kapan
Kuperhatikan terus menerus gerakan tubuh dan wajahmu
Senyummu begitu lepas melepas seluruh beban

Kau sentuh pipiku kuelus pipimu juga
Kau mulai berkata-kata tak jelas aku artinya apa
Yang kuyakin kau bahagia dan aku ikut merasa
Betapa hari-hari indah kita lalui bersama
Setiap hal adalah baru dan setiap detik butiran mutiara

Saat sakit atau imunisasi tiba
Senyum dan tawamu hilang sementara
Hatiku iba namun kutabah kau akan semakin kuat melewatinya
Dan kau tumbuh besar sehat ceria

Anakku sayang,

Apa kabar udah makin besar ya sekarang
Setiap hari ada saja tingkah dan ucapanmu membuat heran bercampur senang
Dan perjumpaan bertahun ini membuat aku banyak memikirkan
Akan jadi apa engkau nanti dan apa yang harus kulakukan
Tak terlalu terpikir lagi rasa banggaku meskipun tak pernah terlupakan
Kini kau yang terpenting dalam hidupku menjadi andalan
Melebihi diriku kaulah puncak harapan
Kulakukan apa yang bisa kulakukan demi pertahankan senyuman

Anakku belahan jiwaku,
Tak sadar aku kapan kau tlah mengikatku

Tuesday, October 9, 2007

MORAL (BANGSA)KU KINI

.
lagi duduk di bus, ada nenek-nenek berdiri, mbok ditawari
lagi buka pintu, ada orang mau lewat, mbok dipegangi
ada loket penuh, banyak orang butuh, mbok antri
mau lewat, ada orang duduk berdiri, mbok permisi
lagi di jalan, lampu merah menyala, mbok berhenti
tapi ada tanda dilarang berhenti, mbok jangan pura-pura nggak ngerti

ada keperluan keluarga, bukan urusan kantor, ya pake duit pribadi
kalo bisnis, kerjasama dengan partner, ya yang jujur jangan dicurangi
usaha dagang daging sapi, ya jangan diglonggong atau dicampur daging celeng alias babi
bakmi bakso tahu ikan makanan, ya jangan diformalin meracun saudara sendiri
timbangan takaran dan segala rupa ukuran, ya dijaga standar jangan diganti nggak nambah rejeki

kalo jadi pejabat diberi kepercayaan, mbok ya yang amanah pake nurani nggak korupsi
kalo salah, daripada membela diri pake ngapusi, mbok ya sudah ngaku salah tahu diri

kalo lagi banyak rejeki, jangan lupa orang miskin disantuni
biar banyak iklan bikin semua barang serasa penting dimiliki, kalo belanja pake itungan jangan membuta babi
(walah.. babi disebut lagi..)
kalo bisanya hidup sederhana, tetep dinikmati disyukuri
kalo ada tetangga lebih sukses, ikut senang jangan curiga jangan iri

sesama saudara beda agama, mari saling hormat toleransi
beda pendapat, mari dihargai lha katanya demokrasi

dan masih banyak lagi, perkara besar perkara kecil, semua penting dipikirkan diresapi

para agamawan, jangan cuma dandan rapi mulut manis di TV, bersikap sosial saleh dari hati biar bisa diteladani
aspek moral banyak sekali, jangan dipikir cuma urusan miras seks dan judi
membela agama ya penting, tapi jangan diatur amarah dan hawa dengki
masa iya Tuhan ngajari saling benci? kalo nggak berani nyalahin agama, ya pasti karena salah interpretasi
lagipula namanya juga Tuhan, mana bisa seratus persen kita pahami?
makanya biarpun sudah mantap yakin, janganlah petentang-petenteng merasa benar sendiri
kita semua sama ciptaanNya dan terus mencari, ayo saling kerjasama dan mengasihi

nikmati kerja keras, hindari asal pintas, nabrak kanan kiri bikin orang lain rugi
mulai dari anda dan saya mengubah sikap, pasti kita maju mandiri dan disegani

biarpun ini nasehat usang, tapi kalo diabaikan bangsa kita bisa bubar tak ada lagi

lho.. beneran ini..!

Monday, October 8, 2007

IBU

.
Duh Gusti Allah..
Berat sungguh beban ini adakah sepadan berkah
Saat harus kusaksi buah tubuhku mati bersimbah darah
Pemenuhan janjiMu atas setiaku pasrah

Jubah diundi badan ditelanjangi
Kupikul rasa malunya dan kusangga sendiri
Ratusan cambuk dan dera menggelegar
Daging koyak terkupas darah mengalir segar
Setiap jengkal lukanya adalah pedihku menyebar
Nyeri yang nyata kurasa seluruh raga bergetar

Aku menggigil jeri
Imanku terguncang membentur tembok besi
Namun kukeras wajah terus lemah mendampingi
Bersihkan sisa-sisa mengering dengan airmata membasahi
Harumnya laksana anggur kian menjadi

Lalu paku dipalu menembus kaki dan tangan
Darah jantungku muncrat menyembur tak mau berhenti
Erangnya adalah sejuta gaman
Menusuk sukmaku sekujur nurani

Aku menangis terkuras habis
Hatiku perih remuk merintih
Anakku, bisakah kau kugantikan?
Karena dalam takdir sekedar ibu aku berjalan
Mencintaimu melebihi segala keberadaan

Duh Gusti Allah..
Aku sadar rela berserah
Karena Kau hadir tercurah ruah
Dalam dirinya yang Kau tuah

Namun berat sungguh beban ini adakah sepadan berkah
Saat harus kusaksi buah hatiku mati bersimbah darah
Pemenuhan janjiMu atas setiaku pasrah

Ya..
Aku kini diujung pasrah

Friday, October 5, 2007

DUNIA SEMPURNA

.
Di dunia yang sempurna
Aku adalah sampahnya
Tersingkir di ruang terkunci berkusam kaca jendela

Kuintip di luar sana
Robot-robot tanpa jiwa berlalu lalang
Berbusana bergerak berbicara berpesta rapi tertata
Suasana ramai hiruk pikuk namun hening di saat yang sama

Di dunia yang sempurna
Aku adalah sampahnya
Terbenam dalam tumpukan emosi beraneka
Indah kuresapi namun busuk tercium oleh mereka
Kupunguti satu persatu dan kubasuh hingga cerah berwarna
Mengagumkan bagai pelangi tersusun bunga alami di taman nurani

Namun dunia sempurna tak bisa menerima
Kembali ke hitam dan putih atau kau tak layak disebut warna
Tak ada tempat menyingkirlah ke lain dunia

Di dunia yang sempurna
Aku adalah sampahnya
Tersingkir di ruang terkunci berkusam kaca jendela

Kuintip lagi sudah malam ternyata
Dunia sempurna terpejam menyumpal telinga
Robot-robot berjejer teratur sepanjang mata
Satu persatu membuka topeng dan perisai raga

Astaga kulihat wajah-wajah yang menyeramkan..
Lelah.. marah.. mabuk.. sinis.. takut.. hasrat.. tegang.. mengambang..
Sebagian menggali lubang dan terburu menyalurkan hasratnya
Dan segera ditutup lagi tak kasat ada
Lalu bersama-sama terdiam menjelang fajar dunia sempurna

Aku menikmati wajah-wajah itu
Betapa kita sebenarnya sama
Hanya aku kau singkirkan sementara kau penjara dirimu dalam topeng baja
Hanya kau masih menunggu surga saat aku sedang menikmatinya

Di dunia yang sempurna
Aku adalah sampahnya
Tersingkir di ruang terkunci berkusam kaca jendela
Mengintip pagi dan menyaksikan topeng perisai robot kembali mengurung jiwa

Di dunia yang sempurna
Aku tersingkir karena aku manusia

Thursday, October 4, 2007

CACAR AIR

.
Aku virus cacar air
Mahluk pintar tak akan punah hingga dunia berakhir
Manusia?
Budak rendah yang selalu gagal melawanku beradu pikir

Tubuhnya adalah lahanku beranak cucu
Hasratnya kuatur mengikuti strategiku
Kuhajar sampai mual tak doyan makan dan meriang
Lunglai tak berdaya terbaring lemah terlentang tenang
Saatnya untukku mencetak berjuta-juta generasi mendatang
Mempertahankan jenisku di bumi ini agar tak hilang

Ketika antibodi mulai bangkit
Dibantu antibiotik dari sang tabib sok tau segala penyakit
Aku dan pasukanku sudah siapkan rencana baru
Keluar dan mencari tubuh lain untuk diserbu

Kita bagi ratusan kelompok
Timbul di kulit melepuh brontok
Dalam media fluida terlapis ari
Siap meledak tersentuh jari

Ayo digaruk mahluk lemah!
Tak tahan kau pasti tunduk membantu kurunganku pecah
Tak mampu melawan gatal syaraf kulit gelitikanku bikin resah

Lalu kami siap mengembara
Menempel di kuku bantal kasur kursi dan celana
Atau bahkan melayang-layang di udara jika memang terpaksa

Saksikan kehebatan kami
Bertahan hidup berhari-hari
Sampai saat menghajar manusia datang lagi
Hinggap di raganya dan lahirkan bibit-bibit muda pengganti

Sementara lihatlah bangsa manusia pongah bangga
Menganggap dunia seisinya disiapkan untuk kaumnya
Menganggap dirinya pendatang terakhir yang paling sempurna
Tak sadar tak merasa keberadaannya hanyalah sarana
Yang tercipta bagi kami virus-virus yang akan berkembang dan berkuasa

Manusia mahluk cerdas?
Aku virus cacar air lebih cerdas menolak tegas!
Mari kita buktikan hingga di ujung batas..

[untuk temanku yang baru sembuh dari sakit cacar air.. ]

Wednesday, October 3, 2007

DI TENGAH JALAN

.
Sementara langkah bergegas tak tenang
Mata menatap ujung tak berujung
Bulan purnama bulat menyala
Rupa yang sama beberapa waktu silam

Gamang aku merenung dan bertanya
Mengapa waktu tak sehebat yang kusangka
Jiwa menua
Namun segalanya masih saja sama

Terus dan terus berlari
Membentur hari yang terus kembali
Yang tak kunjung juga membawa mimpi

Sampai kapan semua ini?
Sampai letih terkuras dan jatuh lunglai memacu diri?
Sampai imaji menyurut dan jatuh terinjak kaki realiti?

Sejenak berhenti
Bulan purnama bulat menyala
Rupa yang selalu sama beberapa waktu silam
Wajah orang-orang tercinta
Bergantian tersenyum mesra menghangatkan hati

Aku di tengah jalan
Dan setiap jengkalnya adalah keindahan
Kepingan cinta yang begitu berharga

Sementara langkah bergegas tenang
Mata menatap ujung khayal
Pertemuan mimpi dan kenyataan

Akan terus kujalani
Entah apa itu nanti berarti

Monday, October 1, 2007

[A]GAMA

.
Jangan kau bilang kita sama
Tuhanku melarang aku berfikir sederhana

Jangan kau berani melafalkan doa bersamaku
Tuhanku tak mampu memahami kata-katamu

Jangan kau silaukan mataku dengan kilau perbuatanmu
Tuhanku mengharuskan aku melihat sahadatmu terlebih dulu

Nabimu palsu dan Tuhanmu tak masuk akal
Akalku hanya untuk nabi dan Tuhan yang aku kenal

Tak perlu mengasah nurani mencari dan memahami Tuhan
Dia sang pemilik segenap kekuasaan sudah kuistirahatkan
Dan kukemas kering instan dalam buku panduan


Tuhan!

Beri kekuatan di pihakku seperti yang Kau janjikan
Aku harus menang, Kau tak punya pilihan
Jangan sampai Kau biarkan aku dipermalukan!

Persaingan ini membuat darahku bergolak dan hatiku bengis membatu
Dan kemenangan menggetarkan bibirku menggemakan nama-Mu
Kurang hebat apalagi aku melayani Kamu?

(
Samar-samar kudengar Tuhan tertawa..
KataNya: sudahkah kau gosok gigi?
Mulutmu bau sekali...
)

Wednesday, September 26, 2007

FENOMENA (BENCANA) ALAM

.
Kalau tsunami terjadi di wilayah tak berpenghuni
apakah juga disebut bencana alam?

Kalau gempa bumi terjadi di pulau tak berpenduduk
apakah juga disebut bencana alam?

Kalau sungai meluap setiap musim hujan, dan rumah orang-orang yang tetap tinggal di bantaran kali senantiasa tersapu oleh arusnya
apakah juga disebut bencana alam?

Alam tidak membuat bencana
Alam tidak membangun rumah yang mudah roboh karena gempa atau ombak
Alam tidak menunggu pulau ditinggali manusia sebelum terjadi tsunami atau gunung meletus
Alam tidak bisa dilobi, tidak bisa dinegoisasi
Alam hanya bekerja menurut hukumnya sendiri
Pergeseran lempeng, tsunami, gempa bumi, dan gunung meletus sudah terjadi sejak berjuta-juta tahun sebelum manusia ada di bumi ini

Alam tidak membuat bencana
Manusia sebagai pendatang baru di planet ini yang harus memahaminya
Dan hukum alam bisa dipelajari

Jangan pula salahkan Tuhan
Karena jika Dia memang ada, maka otak dan kemampuan manusia untuk memahami alam pasti datang dari-Nya

Seiring doa untuk para korban bencana
Yang sudah menderita masih pula dituding banyak dosa sehingga layak mendapat hukuman Tuhan
Padahal, yang berdosa adalah kita semua
Yang tidak memanfaatkan kemampuan yang sudah diberi-Nya, untuk bisa mempelajari fenomena alam dan hidup aman di dalamnya.

LAPAR

.
Lapar bisa membangkitkan benci
kepada orang lain yang sedang makan kekenyangan

Lapar bisa menumbuhkan empati
kepada mereka yang selalu lapar tanpa pilihan

Silakan rasakan dulu mana yang sesuai di hati
Tak perlu khawatir, tersedia banyak ayat
yang anggun namun diam pasrah apapun kau beri arti

Tuesday, September 25, 2007

HANTU

.
Aku tersingkir lalu kau hadir
Aku gundah dan terlintas bibirmu merekah
Aku terpesona tak merasa kau menebarnya
Remajaku memuja pada kesempurnaanmu dewasa

Aku terus menggali kau semakin misteri
Aku terus mencari kau semakin menari
Aku terpana kau tersenyum menggoda
Aku cinta mengiba kau hanya tertawa

Hatiku terikat tidakkah kau lihat?
Hasratku menyentuh namun kau terlalu jauh
Lalu ku merayu janganlah kau berlalu

Aku panik karena kau begitu cantik!
Haruskah ku menyerah?
Ah engkau terlalu indah..

Dan aku terus menunggu tanpa kau pernah tau
Karena rasaku nyata walau hadirmu maya

Hantu..
Aku kangen maukah kamu..

Sunday, September 23, 2007

HILANG

.
(Cobalah nikmati keindahannya..)

Sebatang ranting tersamar muram cahaya
Disela dedaunan hijau kuning perisai mata
Oh betapa ranting cerah segar
Bangga cengkeram erat sekuntum mawar
Berpasang raga memuas jiwa
Lintasi musim menyesap sari..

(Namun..Kau rasakah kecemasannya?)

Keabadian adalah harapan semu
Pengisi waktu pelapang rindu
Meski angin kencang sesekali lalu
Kegetirannya mampu kau tutup madu

(Dan tibalah saatnya datang!)

Sanggupkah engkau menghadang pedang?
Yang dihunus pengembara
Dengan senyum mesra mengembang?
Pukau pesona padang tenang
Teguhkanmu tinggalkan gairah petualang
Yang selama ini menjagamu wangi mekar

(Kini cobalah nikmati kenyataan..)

Ranting meranggas pasrah berontak
Rela mengiba pada sang bunga
Tapi kilat libasan tak mau menunggu
Peduli darah dan perih sedih

Meski kau tinggalkan harum jejak
Kucekat lidah menahanmu beranjak
Pahatan takdir terus dipalu
Dan kau bawa kelopakmu terbang menjauh

Sesekali parasmu menoleh dan tersenyum
Taukah engkau setajam pisau?

(Akhirnya..)

Ranting mengering dan melayu
Mendaras doa kepasrahan palsu
Waktu memang benar tak punya nurani
Lara hati tak mampu membuatnya berhenti
Takkan berulang
Dan tak akan pernah pulang..

(Hilang..)

Saturday, September 22, 2007

AMROZY

.
mengapa Amrozy membunuh banyak orang?
- karena kebencian, ego, dan keyakinan bahwa Tuhan yang memberinya hak untuk membunuh dan akan menghadiahi kenikmatan akhirat

mengapa kita tidak perlu membunuh Amrozy?
- karena kita bukan Amrozy!
- karena kita mengagumi dan selalu berharap pada keajaiban pertobatan
- karena kita meyakini membunuh sesama berarti menyerobot hak Tuhan


Tak akan pernah mampu kita memahami kehendak Tuhan sepenuhnya.
tapi setidaknya, hati nurani bisa diandalkan
untuk menuntun disisi mana kita akan berdiri


cegah pembunuhan oleh negara!
tolak hukuman mati!