Thursday, November 29, 2007

POSITIF

.
Diwakili dua garis warna biru yang kian menampak dan menajam, maka kehadiran jiwa baru - tepatnya, tanda kehadiran - adalah percikan kebahagiaan tersendiri yang selalu baru dan unik. Juga ketika hal ini bukan lagi yang pertama, atau bahkan bukan pula yang kedua. Ternyata pijar di dalam hati masih sama, meski tentu reaksi yang muncul sudah lebih dewasa.Karena dalam kurun waktu belum genap enam tahun perjalanan kontrak kesepakatan dua anak manusia, peristiwa ini telah menjadi kali keempat. Ya, keempat..

Saat pengalaman pertama, kegembiraan yang meluap-luap membanjiri dan menenggelamkan kesadaran bahwa seindah-indahnya dan seterang-terangnya harapan ia tetaplah sebuah bayangan yang membutuhkan perjalanan waktu untuk membuktikan bahwa ia mampu meretas menjadi kenyataan. Dan nyatanya, saat itu memang terbukti sebaliknya.. Sambil berpelukan dan saling menenangkan meski airmata sendiri tak mau ditahan, rasa kehilangan yang menghempas tiba-tiba membuat amarah memerlukan sasaran yang tak melawan untuk dipersalahkan. Yang terdekat adalah diri sendiri. Lalu muncul kesepakatan tak terucap bahwa kegembiraan yang terlalu, kebanggaan yang dini menyebar, dan kealpaan bahwa kenyataan adalah hari ini bukan esok meski terasa pasti, adalah penyebab utama datangnya kejadian yang tak dinanti.

Maka saat yang kedua datang, perubahan reaksi bagai posisi bandul di ujung ayunan di sisi yang berlawanan dengan ujung sisi lain yang dialami pada saat pertama. Begitu hati-hati, kebahagiaan dan kecemasan tumpang tindih silih berganti dan serasa harus selalu rapat ditutupi. Lalu banyak hal menjadi pamali demi penenang semu diri yang tak mengerti namun merasa harus mencegah segala sesuatu dan tak mau salah lagi. Hingga akhirnya tiba yang dinanti dan kehidupan baru itu muncul bersinar di depan mata menghangatkan dada. Dan terus senantiasa berpendar di dalam jiwa.

Sejenak beberapa saat semuanya terlupa tenggelam dalam keriangan suasana dan ketakjuban pertumbuhan..

Kemudian saat ketiga datang. Tepat sesuai rancangan dan keadaan. Tapi ternyata waktu juga tidak selalu cukup memberi keleluasaan untuk sekedar berpikir mengamati sejarah dan mengambil keputusan. Begitu mendadak kenyataan pahit sekali lagi datang menimpa. Guncangan dan air mata tak terhindar masih ada. Namun perhentian-perhentian dalam perjalanan kehidupan sudah sewajarnya membuahkan kearifan. Atau setidaknya, kesadaran lebih. Bahwa yang tak tercegah memang harus diterima..

Istriku, pagi ini adalah keempat kalinya kita bersama-sama tersenyum lagi berpelukan berbunga-bunga menyaksikan dua garis warna biru yang terang menajam. Kita adalah orang-orang yang percaya bahwa sukma telah ditiupkan sejak saat pertama pertemuan tanpa hiraukan apa kata tulisan-tulisan. Jadi mulai hari ini kita meyakini telah hadir lagi jiwa yang tumbuh dalam rumah kita dan telah menjadi bagiannya. Marilah tanda positif ini kita sambut dengan sikap positif pula. Marilah kita berbahagia sebagaimana memang itu sebenar rasa. Dan waspada. Bersabar hingga saat penantian berakhir dan buah cinta bercahaya tiba dalam pelukan kita. Tentu semua sebaiknya dalam porsi sewajarnya. Bukan untuk mencegah takdir yang tak terduga, hanya untuk kesiapan diri kita sendiri saja saat apapun nanti terjadi.

Kini kita berupaya menjaganya sekuat tenaga sendiri seolah Tuhan tak perlu ada. Dan kita hadapi dan nikmati semua kenyataan atas hasilnya karena kita memang tak berdaya dan bukan apa-apa di hadapan Dia. Lalu kita gunakan senjata syukur dan doa untuk menjembatani keduanya.

Istriku tercinta, selamat hamil lagi ya! Kehamilan yang keempat dan semoga selamat hingga terlahir sempurna anak kita yang kedua :)

Tautan : Bayi, Anakku

Tuesday, November 27, 2007

TAMAN PRASASTI











"Aku dahulu adalah seperti dirimu hari ini, aku hari ini adalah seperti dirimu nanti"

Taman Prasasti, sabtu siang kemarin. Semua foto diambil dan diedit oleh Andi Wibowo. yang lain masih dalam proses katanya..

AGAINST DEATH PENALTY

.












DANIEL! menolak hukuman mati dan mendukung aktivitas untuk menyebarkan dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan upaya penghapusan hukuman mati di Indonesia.

Monday, November 26, 2007

PASRAH

.
Apa yang akan kau putuskan, saat hal-hal yang kau takutkan untuk terjadi, terasa terus berjalan menuju ke arahmu dengan langkah pasti dan tegap berderap seirama denting waktu tak peduli apapun yang kau pikirkan dan kau perbuat?

Setiap detik upaya menghindar dan mencari lubang celah jalan keluar bahkan bagai genderang yang mengatur irama barisan mereka selempang ayunan dan penyemangat untuk melangkah tepat ke arahmu.

Akankah engkau tetap melawan sekuat tenaga membabi buta tanpa hiraukan apa yang akan segera terjadi? Atau menjadi panikkah engkau? Lalu tak kuasa menolak dorongan jiwamu untuk kau panggil Tuhan agar terlibat dalam masalahmu meski di bawah sadar engkau tahu bahwa memang sudah seharusnya Tuhan telah terlibat dari awal sampai akhir tanpa menunggu persetujuanmu?

Lalu kau akan mulai bernegosiasi denganNya. Kau ajukan beberapa permintaan sesuai skenariomu yang menurutmu paling indah, sambil kau tawarkan hal-hal yang bisa kau bayar kepadaNya atas terkabulnya keputusan takdir yang sesuai maumu.


Sejenak aku merasa tenang. Tuhan ada dalam genggaman..


Namun apakah selalu begitu? Negoisasimu denganNya selalu berakhir saling menguntungkan dan terjadi kesepakatan? Bagaimana jika detik berlalu dan gaung derap langkah mereka justru terdengar makin mengeras menutupi samar doa-doa yang kau daras? Ketegaranmu mengupayakan akal dengan pegangan doa ternyata hanya sementara. Dan suara barisan mereka terus menggema dengan arah tak berubah menuju satu titik tujuan yaitu engkau!



Kepanikan yang sejenak mereda datang kembali. Aku bimbang menebak masa depan dan kelanjutan keyakinan awalku tentang doa pada Sang Tuhan namun tetap saja Dia tak berani kutinggalkan..


Lalu kau mulai berdamai dengan ketakutanmu. Perlahan dan dengan hati yang terus memenuh kau upayakan, kau belajar meyakini bahwa takdir Tuhan sedang melaju dan tak ada yang bisa menghindar. Kau telaah satu persatu sambil menguatkan keyakinan bahwa nanti saat terjadi seburuk apapun akan sanggup engkau tanggung karena semua sudah tertulis rapi dan jeli terajah di atas kanvas nasibmu buatan Sang Tuhan, dan kau merasa sah berharap bahwa apapun itu pasti akan berakhir pada terminal keindahan. Sebagaimana keyakinanmu bahwa Tuhan adalah Sang Maha Dalang yang tidak akan menetapkan lakon melebihi kekuatan si wayang.


Kemudian lahirlah kepasrahan. Kekuatan tanpa wujud namun mampu membuang ketakutan terlempar di pinggir jalanan. Dan aku terus melaju dengan tenang..


Kepasrahan, jika tanpa melalui proses perenungan dan pencerahan bisa jadi hanyalah secuil kata indah yang menutupi keputusasaan sebagai makna sebenar. Dan asa yang tak kunjung putus, adalah makna sejati dari kepasrahan akan takdir Tuhan yang sebenar-benarnya tak mampu kau elakkan.

Sementara Tuhan.. Selalu diam tak kunjung kelihatan tak juga menjelaskan namun selalu berhasil dirasai dan dimaknai sebagai Sang Yang Terdalam..


Tuhan, terimalah kekagumanku yang mungkin saja salah..

Friday, November 23, 2007

RAKYAT PENGUSAHA

.
Di ujung pagi pada suatu hari di kota kelahiranku, dari ruang tamu aku mendengar sayup suara berteriak menawarkan dagangan. Aku buka pintu lalu kulihat di luar pagar seorang ibu menawarkan jenang grendul - salah satu jajanan yang selalu aku suka.

Astaga! Wajah yang sama yang kukenal bertahun-tahun silam! Aku tak ingat berapa lama tepatnya malah kurasa dialah orang pertama dan satu-satunya yang aku kenal sebagai penjual jenang grendul. Seorang ibu berkebaya berselendang mengikatkan di punggungnya dagangan dan semua perlengkapannya, termasuk kursi kecil untuk dia duduk saat ritual meramu bubur digelar. Benar-benar wajah yang sama, bahkan tak terbaca perubahan usia. Seingatku ya dari dulu tetap begitu saja.

Eee.. ini yang ragil ya? wah lha kok tau-tau udah jadi bapak-bapak..
Mangga silakan masuk Bu..

Sambil memesan beberapa, aku mulai tak tahan untuk tak mewawancarainya.

Udah berapa tahun ya Bu, dagang jenang grendul?
Duuh.. nggak inget mas.. Lebih kali kalo cuman 30 tahun.

Wah, dulu sepincuk berapa harganya ya Bu? hehehe..
Hahaha.. blas nggak inget saya mas. Pokoknya asal ada untung dan bisa masak lagi ya sudah cukup to.

Emang tiap hari selalu habis?
Ya nggak tentu.. Kalau nggak habis ya besok bikinnya dikurangi. Nanti kalau habis besoknya ditambahi. Gitu aja terus mas.

Untungnya lumayan kan Bu..
Ya nggak tentu mas. Yang jelas selama masih bisa dagang ya dagang. Wong rejeki sudah ada yang ngatur. Iya to mas?

Ya iya Bu.. Nggak cuma rejeki, semua apa-apa juga ada yang ngatur. Tapi ngaturnya gimana kan kita nggak dikasih tahu to Bu. Jadi mau nggak mau ya terpaksa kita lagi yang harus berusaha ngatur sendiri.. hehehe..

Ah masnya ini kok malah bikin pusing. Pokoknya jalani saja sekuatnya kan pasti nanti rejeki datang sendiri.
Iya Bu. Matur nuwun ya..

Saya yang matur nuwun. Pareeng..
Mangga..

Aku perhatikan ibu itu memberesi dagangannya dan berjalan lagi. Lalu tiba-tiba otakku memaksa untuk berfikir. Begitu terkesan aku pada ibu itu hingga hanya tersisa ruang sedikit di kepala untuk menerima sinyal dari lidah tentang nyamannya jenang grendul.

Kesetiaan dan kepasrahannya luar biasa. Bisa jadi mengalahkan para konglomerat dan pengusaha sukses lainnya. Namun mengapa hasilnya berbeda? Tak ada tanda-tanda peningkatan kesejahteraan yang menyolok. Tak ada tanda-tanda usaha yang membaik dan membesar. Ajeg saja. Dan bisa jadi segera surut disapu perubahan jaman.

Apakah ada yang salah dengan kesetiaannya? Sia-siakah kepasrahannya pada Sang Maha Pengatur Rejeki? Aku terngiang jawaban-jawaban 'nggak inget' dan 'nggak tentu' yang sering dia berikan. Andaikan si Ibu punya waktu barang sejenak untuk memahami pola usahanya, struktur biaya dan keuntungan, kriteria pelanggan, dan parameter-parameter ilmu-ilmu bisnis dasar lainnya, bisa jadi dia akan mendapatkan ide bagaimana mengembangkan usaha. Lalu kesetiaan dan kepasrahan membaja sebagai modal dasar utama yang dia dimiliki berubah menjadi senjata hebat untuk mendukung rencana pengembangan bisnisnya.

Dan ibu itu tidak sendiri. Di lingkungan rumah orang tuaku ini saja, bisa kusebut beberapa. Penjual krupuk, tahu, bubur kacang ijo, penjual bakso keliling, ayam tenongan.. Banyak sekali! Dan mungkin hanya satu dari sekian banyak pengusaha-pengusaha super kecil itu yang bisa mengembangkan usahanya.

Para rakyat pengusaha yang menjadi tiang penunjang kehidupan masyarakat, mereka sangat layak mendapat perhatian dan bimbingan. Jadi harus ada yang memulai..

Eits.. jangan jangan jangan! Aku belum bisa.. Mending berhenti mikirnya dan nikmati jenang grendul yang tersisa.. Emang asli nikmat..

Thursday, November 22, 2007

SEDIH

.
Aku sedang sedih
Rasanya nikmat sekali
Seperti memeluk bara api yang tak kunjung mati
Dari bangun tidur sampai terpaksa tidur lagi

Aku sedang dibakar sedih
Pijarnya pas sekali
Tidak menghanguskan
Namun nyerinya nyaman bertahan
Di relung hati di sekeliling otak kiri dan kanan

Aku sedang menikmati sedih
Sambil mencuri jeda mencari arti
Dan terus waspada menjaga diri
Karena jangan sampai terjadi
Nyalanya makin membesar tak terkendali
Hingga berbalik sang sedih yang menikmatiku
Menjilat dan melumat sekujur nalar dan asaku
Lalu saat pijar api sedihku padam tertiup waktu
Aku sudah hilang habis menjadi abu

Aku sedang sedih
Asyik sekali kulakoni
Awas kamu jangan iri

Sunday, November 18, 2007

PALSU

.
Kau pegang tanganku;
Lembut sentuhanmu bukan rasamu

Kau tatap mataku;
Mesra sorotmu bukan hasratmu

Kau cium bibirku;
Hangat kecupmu tidak cintamu

Disisimu aku disini merasa menggebu;
Namun senja hari ini adalah masa lalu

Tak tahuku adakah alasan untuk bertahan;
Selain keindahan selimut kepalsuan

....
....

Jika aku tak lagi mampu menggetarkanmu;
Bukankah seharusnya engkaupun begitu

Jadi mari sepakat kita sama-sama akhiri
Karena masing-masing sendiri lemah tak bernyali
Sebelum kepalsuan yang dipaksa menjadi kebenaran
Semakin hambar dan tertinggal tanpa kesan
Atau bahkan menjelma dalam sebentuk kebencian

....
....

Aku akan menciummu
Terakhir kali segenap jiwa setulus hati
Untuk kuserahkan lagi seluruh rasamu
Dan kuminta kembali segala rasaku

Saturday, November 17, 2007

REBORN

.

Pesan keindahan
Yang dikirim melalui perantaraan para bintang
Dari waktu berjuta tahun silam
Baru kuterima malam ini

Gaung kesadaran
Dari ujung jagad luas
Dimana aku adalah debu yang menempel
Mencapaiku detik ini

Kebenaran adalah cahaya dan gema
Yang melingkupi semesta raya
Dan malam ini
Bayi kesombonganku terbenam tak bernafas di dalamnya

Lahirlah kembali
Bangkit dari mati terajam cemas tanpa makna berarti
Karena kemegahan dan keremangan dunia
Malam ini riuh dan terang
Mengulurkan lembutnya tangan
Menyambut secercah sinar
Menghidupi raga dan jiwa pencerahan

Selamat datang!

Thursday, November 15, 2007

MISTERI

.
Pernahkah kau bayangkan;
Jika alur hidup tak sekedar segaris guratan;
Yang bersambung berkelok naik turun tunduk pada satu persatu pilihan;
Seperti yang selama ini kau yakini tanpa pertanyaan?

Bagaimana jika dua atau bahkan beberapa alurnya bersamaan kau lalui;
Hingga segala rasa sekaligus mampu diresapi;
Jatuh cinta patah hati kemesraan pertengkaran penantian perpisahan dan rasa sepi;
Semua ada dan dinikmati dalam sehela nafas yang seolah kau hidupi?


Wahai semua jiwa-jiwa pelaku dan penggerak alam semesta;
Benarkah engkau berdiri sendiri-sendiri atau manunggal dalam satu sukma;
Tersebar dalam raga-raga kosong tak berdaya?


Atau pernahkah kau memikirkan;
Jika alur hidupmu sama sekali bukan milikmu seperti yang kau banggakan;
Rasa berkuasa atas pilihan dalam dunia yang kau genggam tak lebih dari khayalan;
Seperti wayang dengan dalang jelas nyata namun kau tutup mata dengan layar kesombongan?

Apa artinya segala keputusan yang kau timbang penuh dan mantap kau maknai;
Kalau ternyata telah digariskan sebelumnya tanpa engkau perlu menjadi;
Dan engkaulah robot mainan tanpa emosi didorong takdir sang dalang adi kodrati;
Lalu jatuh cinta patah hati kemesraan pertengkaran penantian perpisahan dan rasa sepi;
Adalah keniscayaan yang tak tersentuh oleh hasrat diri?


Wahai semua jiwa-jiwa pelaku dan penggerak alam semesta;
Benarkah engkau berdiri sendiri-sendiri atau manunggal dalam satu sukma;
Tersebar dalam raga-raga kosong tak berdaya;
Karena dalang tak lagi dalang jika wayang pun memiliki nyawa?



Dimensi ruang dan waktu;
Yang kau jalani hanya mengikuti definisi baku;
Apakah sekedar ilusi agar manusia-manusia mengecap semu arti perjalanan;
Dalam situasi sebenar yang sudah diam selesai final tak ada perubahan?

Hidup adalah misteri;
Tanpa jaminan akan dapat dimengerti;
Bahkan sampai bertemu sang dalang nanti;
Atau malah sudah terjadi?

Tuesday, November 13, 2007

RENDAH DIRI

.
Rendah diri tidaklah sama dengan rendah hati, meskipun keduanya memiliki simtom yang mirip yaitu tidak menonjolkan apa yang ada pada dirinya kepada orang lain. Perbedaan utamanya, rendah hati didasari niat tidak mau membanggakan diri, sedangkan rendah diri adalah karena merasa tidak ada yang bisa dibanggakan dari diri sendiri


Rendah diri terjadi karena menjadikan orang lain sebagai referensi utama tentang keberhasilan, kepandaian, kesuksesan, dan kebahagiaan. Bukan sekedar pembanding atau pemacu semangat, mereka adalah simbol kemenangan sehingga terjadilah perasaan kalah dalam pertandingan semu. Ini menjadi hal yang mempersulit kemampuan melihat diri sendiri, menikmati semua karunia yang telah diterima, dan menjauhkan diri dari pergaulan yang sehat dan wajar, atau memaksa memakai topeng sebelum menghadapi orang lain.


Rendah diri adalah ironi, karena faktor utamanya adalah ketakutan direndahkan oleh orang lain yang dianggap sebagai acuan, yang memicu adanya pagar maya menghambat perjuangan ambisi, tidak berani bersaing, dan tidak percaya pada kemampuan sendiri untuk mencoba. Lalu lingkaran setan terjadi, ketika kegagalan untuk menunjukkan diri segera menjadi umpan balik bagi meningkatnya perasaan rendah diri layaknya bola salju yang terus menggelinding dan membesar, hingga semakin jauh terbenam. Dan semakin tenggelam oleh perasaan.


Rendah diri itu berbahaya. Meskipun ia tidak melanggar hukum sehingga siapa saja boleh merasakannya, dan tak ada seorangpun bisa mencegahnya, namun rendah diri membawa dampak menghilangnya potensi-potensi keragaman keindahan yang belum sempat muncul. Rendah diri bisa membuat gampang menyalahkan orang lain dan keadaan. Ia bisa menimbulkan perasaan iri tanpa juntrungan, memicu pribadi bertopeng dan pencari jalan pintas. Bahkan rendah diri bisa menyebar dan menular bagai wabah ketika akhirnya definisi tentang keberhasilan dan kemenangan menjadi homogen oleh mereka yang memiliki cara pandang sama dan itu-itu saja.


Rendah diri adalah potensi kesombongan. Kala ukuran kesuksesan dilihat dari kulit luar, maka ketika menganggap diri telah mencapai standar tersebut, ia bisa menjadi sombong dan merendahkan orang lain seperti waktu sebelumnya ia merasa direndahkan lingkungannya. Merendahkan diri sendiri maupun merendahkan orang lain, adalah sama-sama bentuk dari rasa tidak berterima kasih atas segala anugerah dari Sang Maha Pengatur.


Rendah diri dilawan dari diri sendiri. Meski mungkin tidak sederhana dan sekali jadi, bahkan perlu merenung dalam dan berkali-kali, namun pada saatnya ia akan menjadi pijar yang menerangi diri dan lingkungan sekitar, yang mungkin saja menyemangati orang lain untuk bersama-sama menyalakan dan menghangatkan diri dengan pijar mereka masing-masing.


Jangan rendah diri. Hidup hanya sekali harus dinikmati dan dijalani dengan penuh percaya diri. Berjuang dan bersyukur tak berhenti.



Nu, thanks udah ngobrol sebentar dan idenya untuk nulis ini ;)

Friday, November 9, 2007

TUHAN

.
Di hari Jumat
Para sahabat sejenak berhenti beraktivitas untuk sholat beribadat
Aku santai lebih panjang nikmat beristirahat

Di minggu pagi hari
Para saudara berdandan rapi memenuhi gereja mendengar kotbah dan kitab suci
Sesekali kuikut duduk terkantuk tapi lebih sering masih lelap bermimpi

Di hari yang sama kalo tak salah
Di sebuah pura di dekat kompleks rumah
Riuh ramai dikunjungi umat menyembah Sang Hyang Widhi alias Gusti Allah
Aku jalan pelan-pelan sambil tengak tengok sebentar lalu lewat sudah

Di masjid di dalam perumahan
Selalu ada saja sekumpulan orang yang khusuk pengajian
Sementara di meja tamu menumpuk undangan
Dari pengurus umat kristiani mengajak sembahyangan
Tenang saja aku sudah siap segudang alasan

Tuhan,
Aku minta maaf karena sering malas mendatangiMu
Mungkin aku kurang mendengar panggilan atau belum dapat hidayah aku tak tahu
Tapi kurasa Kau sendiri juga suka bepergian jadi kita tetap sering bertemu
Di sepanjang jalan-jalan yang kulalu dan tempat-tempat yang kutuju

Suatu waktu kulihat wajahMu cerah memandangku ramah
Namun adakalanya kulihat Engkau tengah resah menangis gelisah
Maaf Tuhan jika kemudian sekejab kupalingkan pandangku berpindah arah
Mungkin nanti jika kita semakin akrab aku akan mengikutiMu dan aku Kau jamah

Tuhan,
Maafkan jika aku membuatMu terus menghampiriku
Tapi rasanya aku tak seburuk itu Kau pasti lebih tahu
Jadi sabar ya Tuhan, siapa tahu nanti aku berhasil memantas diri menjadi rumahMu

Siapa tahu?
Bukan aku
Itu tugasMu

Thursday, November 8, 2007

KEPINGAN CINTA

.
Kulihat sekeping cinta
Tergeletak di jalan mungkin jatuh dari langit
Berkilau berpendar langsung kuambil jadi milikku
Bukankah sudah kesepakatan yang memungut paling dulu dialah sang empu?

Kutimang kusayang kurapikan
Lalu kupaskan kepingnya mengisi puzzle jiwaku yang hilang
Aduh asiknya menyusun dan menikmatinya melengkap satu-satu

Aku adalah bocah lelaki kecil yang girang riang
Menemukan mainan seindah pagi seterang bintang
Menjadi dewasa bukan lagi tujuan tak lagi impian
Karena disini hari ini aku menari di atas pelangi entah nyata atau mimpi tak kuhiraukan

Namun tak kusadari entah datang dari mana
Sepasang mata besar berwarna nanar bersinar kasar
Hendak merebut cintaku katanya aku tak ikuti aturan
Dibeber pasal berlembar-lembar lengkap dengan aneka ancaman

Hei siapa kau?!
Mengaku Tuhanpun kulawan apalagi sorotmu memancar setan!
Aku tak takut!
Cintaku tlah menyatu tak kan bisa kau renggut selain bersenjata maut!


Dan tangan kecilnya pucat berkeringat menggenggam cinta erat dibalik tubuh kurus gemetar penat


Kupungut sekeping cinta
Dari jalanan namun kuyakin asalnya dari langit
Kuaku karena kutahu ini memang milikku

Tak ada yang mampu menghadang rasa yang kumiliki
Semua orang pintar berkoar tapi sebenarnya mereka hidup untuk kepuasan pribadi
Lalu mengapa aku tak boleh asik dengan mainan baruku sendiri?


Bocah lelaki itu terus nikmat bersenang-senang
Menari di atas pelangi bersama cintanya dari pagi hingga meremang sinaran bintang
Sementara sepasang mata tak kenal lelah penuh benci mengawasi garang
Menunggu saat tepat terjang menerkam meraih menang

Dan dunia terus berjalan, berbagi benci dan cinta, berbagi cemas dan suka, berbagi akal dan rasa,
berbagi rata sepanjang usia..

KITAB SUCI

.
Ada yang menjaga kesucian kitabnya dengan tak mengubah sedikitpun susunan kata per kata
Ada yang memakai cara sesekali mengubah redaksi untuk menjaga makna

Semua baik, dengan maksud mengenalkan dan menuntun umat pada kesucian yang menjadi tujuan keberadaannya

Namun ada saja, mereka yang telah begitu meyakini kesucian kitabnya, merasa otomatis serta merta dirinya dan semua tingkahnya ikut pula menjadi suci melebihi semua orang lain di dunia

Apa iya?

Monday, November 5, 2007

SAMPAH

.
Dulu piring beling, sekarang styrofoam cantik
Dulu gelas belimbing, sekarang gelas plastik
Dulu sendok bebek, sekarang bebek plastik
Dulu dicuci, dilap, dipakai lagi, sekarang semua SAMPAH

Tak perlu sapu tangan, pakai tissue kering
Tak perlu handuk tangan, pakai tissue basah
Tak perlu popok kain, pakai pempers instan
Tak perlu dicuci, diseterika, lalu dipakai lagi, toh semua SAMPAH

Repot pakai toples kaca, sudah ada wadah plastik
Repot bawa kranjang belanja, sudah ada kantong plastik
Repot bawa termos air, sudah ada minuman plastik
Repot merawat, menyimpan, memakai lagi, untuk apa kan semua SAMPAH

Wah mengerikan juga ya
Jadi saksi perubahan mental manusia
Eh, bukan sekedar saksi, malah pelaku utama
Merasakan kemalasan didukung segenap upaya
Oleh para perekayasa kreatif pencari laba
Namun sayang tak peduli siapa menanggung dampaknya
(Termasuk saya)

Buang sampah di tempatnya, sudah lumayan disiplin saya lakukan
Jadi boleh lah sebel sama mereka yang nyampah sembarangan
Tapi mengurangi jumlah sampah, waduh maaf berat sekali sudah ketergantungan

Gimana ya?

Friday, November 2, 2007

SESAT

.
[#]

Kebenaranku jelas nyata mereka malah memilih buta
Jalanku lapang terang mereka terjang semak ilalang

Orang-orang bodoh bangga tersesat
Tafsirku final tak juga mau sepakat
Tak sudi aku berbagi nama dengan mereka para terhujat

Ini masalah inti!
Melampaui toleransi apalagi setan bernama demokrasi!
Ini fitnah!
Wajib bagiku untuk marah!
Darah mereka halal diretas!
Nyawa mereka sah ditebas!
Lemah imanku jika hatiku tak mau mengeras!

Ayo siapkan bedil dan parang! Siap menyerang!
Melawan kesesatan inilah kesucian perang!

...
...
...


[##]

Wahai para pasukan Tuhan, setidaknya Tuhan dalam sangkar bayangan
Persiapkan kekuatan kalian sebaik mungkin
Hancur dan musnahkan mereka semua
Jangan sampai sedikit juga ada nyawa tersisa
Karena sisa secuilpun
Adalah benih-benih dendam dan kebencian
Kemuakan yang luar biasa
Atas tafsir keindahan dan kepastian yang kau banggakan
Namun kau wujudkan dalam kesewenangan atas nama iman
Yang bisa jadi adalah awal sebab mengapa mereka memilih tak ikut serta
Dalam aliran arusmu yang deras gagah namun kemudian juga menakutkan
Meski menanggung resiko kau ludahi dan kau basmi

Wahai para tentara di jalan nirwana, setidaknya nirwana di atas kertas peta
Pelajari langkahmu sedetail mungkin
Jangan kau tercerai dan tersesat di kerumunan mereka yang kau sesatkan
Karena bukankah kebenaran dan kesesatan hanya masalah angka?
Siapa lebih banyak dia yang berkuasa?

Ya Tuhan pencipta alam semesta dan manusia
Aku merunduk memejam menangis menunggu kehadiranMu menjadi juri yang adil
Bukan nanti bukan besok setelah segalanya hancur sia-sia
hari ini juga tampakkan wajahMu menyelesaikan semua

Tuhan
Apakah permintaanku melebihi takdirMu?
Atau sesat jugakah aku dan kan Kau kirimkan maut untuk membungkamku?


[###]

Toleransi berarti pengakuan adanya penyimpangan;
Mengakui dan menerima keberadaan sang liyan yang beriman menyimpang dari apa yang kita anggap sebagai kebenaran

Iman yang dianggap sesat dan terkadang aneh bahkan lucu menurut diri pribadi punya ukuran
Silakan saja untuk ditentang bahkan dilawan
Namun tidak bisakah tetap beradab dan dalam kerangka menjunjung nilai kemanusiaan?
Karena manusia, apapun yang diimaninya, semua setara untuk diakui dan dihargai sebagai sesama mahluk pencari Tuhan