Long week-end kemarin saya manfaatkan untuk mengatur kaset-kaset video rekaman. Untuk mengurutkan dan mencatatnya saya memutar kembali dan menonton kaset-kaset itu. Ternyata, ini adalah kegiatan yang membangkitkan kesan mendalam.
Hal-hal yang sudah lama berlalu serasa muncul kembali dari simpanan ingatan. Saat-saat awal pernikahan, jalan-jalan, acara-acara keluarga, ulang tahun, kelahiran anak, serta peristiwa-peristiwa indah lainnya tergambar lagi di depan mata. Betapa kurusnya saya beberapa tahun yang lalu. Dan betapa gemuknya setelah beberapa bulan hidup teratur. Betapa lucu anak sulung saya di awal-awal kehadirannya di dunia. Betapa ribetnya belajar menjadi orang tua. Mungkin itu yang membuat saya sekarang sulit memarahinya meskipun makin hari makin pintar ia membantah kata-kata saya dan ibunya.
Dalam setiap rekaman peristiwa yang saya tonton bersama istri, kami saling berkomentar tentang hal-hal di seputar kejadian tersebut, baik yang terpapar dalam rekaman itu maupun yang tidak. Dan ini menambah kenikmatan mengulang kembali saat-saat indah itu.
Tapi tiba-tiba saya tersadar, bahwa hidup saya tak selamanya indah seperti rekaman-rekaman tadi. Ada masa-masa sulit, ada saat bertengkar, ada saat kehilangan, ada saat cemas. Sayang sekali saya tak punya rekaman masa-masa sedih itu untuk melengkapi kenangan hidup kami.
"Kalau mau yang lengkap ya minta Tuhan sana." kata istri saya. "Lagian mana mungkin lagi berantem atau lagi bete malah ngrekam pakai handycam. Bisa-bisa malah dibanting tuh kamera. Pokoknya selama kita bisa menikmati saat senang, itu berarti saat sedih sudah lewat."
Hmm.. Mungkin benar juga. Rekaman saat-saat senang menunjukkan bahwa kita mampu melewati saat-saat sedih. Saya jadi teringat puisi "Footprints in the Sand" karya Mary Stevenson yang terkenal itu. Kalau tidak salah saya masih SMP waktu pertama kali membaca dan mengaguminya. Namun baru kali ini saya merasa harus membenarkannya.
Footprints in the Sand
One night I dreamed I was walking along the beach with the Lord.
Many scenes from my life flashed across the sky.
In each scene I noticed footprints in the sand.
Sometimes there were two sets of footprints,
other times there were one set of footprints.
This bothered me because I noticed
that during the low periods of my life,
when I was suffering from
anguish, sorrow or defeat,
I could see only one set of footprints.
So I said to the Lord,
"You promised me Lord,
that if I followed you,
you would walk with me always.
But I have noticed that during
the most trying periods of my life
there have only been one
set of footprints in the sand.
Why, when I needed you most,
you have not been there for me?"
The Lord replied,
"The times when you have
seen only one set of footprints in the sand,
is when I carried you."
Benarkah Engkau yang menggendong kami ya Tuhan? Terima kasih dan jangan bosan..
(Thanks to Mary Stevenson for the inspiring poem)