.
"Pak, tadi pagi dik Ofa senyum sama mbak Fynca! Soalnya mbak Fynca nyanyi-nyanyi sambil joget-joget!"
Begitu kata anak pertama saya tersenyum riang saat saya baru sampai di rumah.
"Hahaha.. Dik Ofa belum bisa melihat dengan jelas mbak.. Lagian menurut informasi yang Bapak baca di internet, bayi belum bisa mengekspresikan diri dengan tersenyum, sampai dia berumur 2-3 bulan. Jadi itu refleks otot saja.."
Kata saya menjelaskan.
"Ah, kamu ini kebanyakan teori. Kamu nggak liat sendiri sih.. Senyumnya manis banget lho..". Istri saya menimpali.
"Hmm.. Iya sih, maksudku biar Fynca gak keseringan ganggu adiknya aja. Soalnya bayi segitu kan harus banyak tidur. Aku takut diganggu terus sama kakaknya jadi rewel. Lagian aku pernah baca emang begitu kok.."
Sampai di ujung pekan di Minggu pagi itu, saat istri saya mandi dan anak pertama saya sedang bermain sepeda dengan anak tetangga, saya sedang bermain gitar ketika tak sengaja melihat Ofa - bayi saya yang baru berumur 15 hari - tersenyum!
Senyumnya begitu lepas dan segar, memancing dunia di sekitarnya untuk ikut tersenyum bersamanya. Bibir saya tersenyum mengikutinya. Hati saya juga. Apa yang bisa meruntuhkan beban hidup dengan seketika selain senyum cerah seorang bayi tanpa dosa?
Wahai ilmu pengetahuan, sejenak kamu boleh beristirahat. Aku tak peduli dengan penjelasan ilmiahmu. Karena saat ini rasaku sedang berbunga mengalami kekaguman luar biasa kepada senyum bayi dan Dia yang menciptakannya. Hanya dalam kehadiran cinta, aku merasa berhak mengatasnamakan Tuhan untuk mengalahkan logika..
[Selamat datang anakku.. Terima kasih telah memilih kami untuk menjadi keluargamu. Kami yang berbahagia dengan satu anak perempuan, Tuhan lipat-gandakan kebahagiaan itu. Gladys Neofa, perempuan mungil yang lahir hari Jumat tanggal 27 Juni 2008, adalah sang kebahagiaan baru.]