.
Rendah diri tidaklah sama dengan rendah hati, meskipun keduanya memiliki simtom yang mirip yaitu tidak menonjolkan apa yang ada pada dirinya kepada orang lain. Perbedaan utamanya, rendah hati didasari niat tidak mau membanggakan diri, sedangkan rendah diri adalah karena merasa tidak ada yang bisa dibanggakan dari diri sendiri
Rendah diri terjadi karena menjadikan orang lain sebagai referensi utama tentang keberhasilan, kepandaian, kesuksesan, dan kebahagiaan. Bukan sekedar pembanding atau pemacu semangat, mereka adalah simbol kemenangan sehingga terjadilah perasaan kalah dalam pertandingan semu. Ini menjadi hal yang mempersulit kemampuan melihat diri sendiri, menikmati semua karunia yang telah diterima, dan menjauhkan diri dari pergaulan yang sehat dan wajar, atau memaksa memakai topeng sebelum menghadapi orang lain.
Rendah diri adalah ironi, karena faktor utamanya adalah ketakutan direndahkan oleh orang lain yang dianggap sebagai acuan, yang memicu adanya pagar maya menghambat perjuangan ambisi, tidak berani bersaing, dan tidak percaya pada kemampuan sendiri untuk mencoba. Lalu lingkaran setan terjadi, ketika kegagalan untuk menunjukkan diri segera menjadi umpan balik bagi meningkatnya perasaan rendah diri layaknya bola salju yang terus menggelinding dan membesar, hingga semakin jauh terbenam. Dan semakin tenggelam oleh perasaan.
Rendah diri itu berbahaya. Meskipun ia tidak melanggar hukum sehingga siapa saja boleh merasakannya, dan tak ada seorangpun bisa mencegahnya, namun rendah diri membawa dampak menghilangnya potensi-potensi keragaman keindahan yang belum sempat muncul. Rendah diri bisa membuat gampang menyalahkan orang lain dan keadaan. Ia bisa menimbulkan perasaan iri tanpa juntrungan, memicu pribadi bertopeng dan pencari jalan pintas. Bahkan rendah diri bisa menyebar dan menular bagai wabah ketika akhirnya definisi tentang keberhasilan dan kemenangan menjadi homogen oleh mereka yang memiliki cara pandang sama dan itu-itu saja.
Rendah diri adalah potensi kesombongan. Kala ukuran kesuksesan dilihat dari kulit luar, maka ketika menganggap diri telah mencapai standar tersebut, ia bisa menjadi sombong dan merendahkan orang lain seperti waktu sebelumnya ia merasa direndahkan lingkungannya. Merendahkan diri sendiri maupun merendahkan orang lain, adalah sama-sama bentuk dari rasa tidak berterima kasih atas segala anugerah dari Sang Maha Pengatur.
Rendah diri dilawan dari diri sendiri. Meski mungkin tidak sederhana dan sekali jadi, bahkan perlu merenung dalam dan berkali-kali, namun pada saatnya ia akan menjadi pijar yang menerangi diri dan lingkungan sekitar, yang mungkin saja menyemangati orang lain untuk bersama-sama menyalakan dan menghangatkan diri dengan pijar mereka masing-masing.
Jangan rendah diri. Hidup hanya sekali harus dinikmati dan dijalani dengan penuh percaya diri. Berjuang dan bersyukur tak berhenti.
Nu, thanks udah ngobrol sebentar dan idenya untuk nulis ini ;)
Rendah diri tidaklah sama dengan rendah hati, meskipun keduanya memiliki simtom yang mirip yaitu tidak menonjolkan apa yang ada pada dirinya kepada orang lain. Perbedaan utamanya, rendah hati didasari niat tidak mau membanggakan diri, sedangkan rendah diri adalah karena merasa tidak ada yang bisa dibanggakan dari diri sendiri
Rendah diri terjadi karena menjadikan orang lain sebagai referensi utama tentang keberhasilan, kepandaian, kesuksesan, dan kebahagiaan. Bukan sekedar pembanding atau pemacu semangat, mereka adalah simbol kemenangan sehingga terjadilah perasaan kalah dalam pertandingan semu. Ini menjadi hal yang mempersulit kemampuan melihat diri sendiri, menikmati semua karunia yang telah diterima, dan menjauhkan diri dari pergaulan yang sehat dan wajar, atau memaksa memakai topeng sebelum menghadapi orang lain.
Rendah diri adalah ironi, karena faktor utamanya adalah ketakutan direndahkan oleh orang lain yang dianggap sebagai acuan, yang memicu adanya pagar maya menghambat perjuangan ambisi, tidak berani bersaing, dan tidak percaya pada kemampuan sendiri untuk mencoba. Lalu lingkaran setan terjadi, ketika kegagalan untuk menunjukkan diri segera menjadi umpan balik bagi meningkatnya perasaan rendah diri layaknya bola salju yang terus menggelinding dan membesar, hingga semakin jauh terbenam. Dan semakin tenggelam oleh perasaan.
Rendah diri itu berbahaya. Meskipun ia tidak melanggar hukum sehingga siapa saja boleh merasakannya, dan tak ada seorangpun bisa mencegahnya, namun rendah diri membawa dampak menghilangnya potensi-potensi keragaman keindahan yang belum sempat muncul. Rendah diri bisa membuat gampang menyalahkan orang lain dan keadaan. Ia bisa menimbulkan perasaan iri tanpa juntrungan, memicu pribadi bertopeng dan pencari jalan pintas. Bahkan rendah diri bisa menyebar dan menular bagai wabah ketika akhirnya definisi tentang keberhasilan dan kemenangan menjadi homogen oleh mereka yang memiliki cara pandang sama dan itu-itu saja.
Rendah diri adalah potensi kesombongan. Kala ukuran kesuksesan dilihat dari kulit luar, maka ketika menganggap diri telah mencapai standar tersebut, ia bisa menjadi sombong dan merendahkan orang lain seperti waktu sebelumnya ia merasa direndahkan lingkungannya. Merendahkan diri sendiri maupun merendahkan orang lain, adalah sama-sama bentuk dari rasa tidak berterima kasih atas segala anugerah dari Sang Maha Pengatur.
Rendah diri dilawan dari diri sendiri. Meski mungkin tidak sederhana dan sekali jadi, bahkan perlu merenung dalam dan berkali-kali, namun pada saatnya ia akan menjadi pijar yang menerangi diri dan lingkungan sekitar, yang mungkin saja menyemangati orang lain untuk bersama-sama menyalakan dan menghangatkan diri dengan pijar mereka masing-masing.
Jangan rendah diri. Hidup hanya sekali harus dinikmati dan dijalani dengan penuh percaya diri. Berjuang dan bersyukur tak berhenti.
Nu, thanks udah ngobrol sebentar dan idenya untuk nulis ini ;)