.
Korea adalah keajaiban. Seoul adalah kota-kota besar Eropa di Asia. Bahkan mungkin lebih riuh dengan layar-layar monitor di segala penjuru, menggambarkan kemajuan dan inovasi teknologi informasi di sana. Denyut nadi warganya -- yang kebanyakan gemar berdandan rapi dan fancy -- menunjukkan level kesejahteraan dan produktivitas negeri itu. Tetapi tetap saja Korea adalah Asia. Bukan Eropa atau Amerika. Kebanggaan pada budaya leluhur, pola hubungan kerja, etika dalam berkawan dan bersahabat, kesantunan dalam bertamu dan perjamuan, lebih terasa nilai Indonesia. Walau mungkin nilai Indonesia lama.
Bangsa Indonesia telah bertahun merdeka, di saat Korea sedang terlibat perang saudara. Meski hanya berlangsung beberapa lama, kerusakan yang ditimbulkan begitu luar biasa. Bangsa Korea kembali ke titik nol. Tapi dengan visi yang kuat dan niat keras untuk mengubah nasib, penguasa saat itu berhasil memacu rakyatnya untuk bekerja keras dengan kesungguhan dan dengan apa saja kemampuan dan sumber daya yang ada, untuk bersaing di pasar dunia. Dan Korea melesat menjadi keajaiban yang nyata, bukan sekedar yang nampak mata namun rapuh di dalamnya.
Cerita sukses yang disampaikan dengan penuh bangga oleh seorang teman Korea beberapa bulan lalu, kembali teringat setelah membaca artikel berjudul 'Korea Saja Bisa, Apalagi Indonesia" yang ditulis oleh Prof. Koh Young Hun, seorang Indonesianis dan profesor di program studi Melayu-Indonesia, Hankuk University of Foreign Studies, Seoul. Sebuah tulisan yang tajam menyindir, namun disampaikan dengan penuh simpati, menginspirasi, dan menggugah. Ketika tulisan tersebut saya sampaikan kepada teman saya di Korea, berikut jawabannya:
---------------------------
From: Tee K. Chong
To: Daniel
Sent: Tuesday, January 29, 2008 8:18 AM
Subject: Re: Intermezzo - An essay by Prof. Koh Young Hun
Dear Mr. Daniel,
Thanks for your impressive essay. This reminds Koreans as well of our real value which we might have forgotten these days...
Thanks again!
Tee K. Chong
---------------------------
Mungkin jawaban basa-basi. Tapi mungkin pula jujur, sebagai tanda pribadi yang rendah hati dan mawas diri. Yang jelas, artikel tersebut saya simpan untuk sesekali kembali saya baca. Karena kebiasaan saya yang memang gampang lupa..
---------------------------
Mungkin jawaban basa-basi. Tapi mungkin pula jujur, sebagai tanda pribadi yang rendah hati dan mawas diri. Yang jelas, artikel tersebut saya simpan untuk sesekali kembali saya baca. Karena kebiasaan saya yang memang gampang lupa..