Thursday, May 15, 2008

KEMATIANMU

.
De, kenapa siang ini aku terima telepon dari teman kita bahwa kamu telah meninggal dunia?
Apa artinya ini De?
Bukankah belum sebulan yang lalu aku meneleponmu, kutanyakan bagaimana keadaanmu, dan kamu bilang baik-baik saja?
Aku percaya itu De, karena tak ada yang berubah dari suaramu. Masih De yang dulu. Dan jelas kubayangkan segar parasmu meski telah bertahun kita tak bertemu.

Memang aku tak menanyakan penyakitmu. Bukan aku tak mau tahu. Justru aku sangat ingin tahu. Tapi apakah aku salah jika aku merasa tak enak untuk menanyakan langsung kepadamu?
Aku sangat terkejut waktu mendengar kau sakit kira-kira setahun yang lalu. Kucoba mencari informasi yang lebih jelas dari teman-teman yang lain. Semua terkejut. Namun nampaknya semua sama seperti aku: tersentak sebentar lalu mereda dan menghilang di tengah kesibukan masing-masing.

Maafkan aku ya De.. Karena tak ada yang aku lakukan selama kamu sakit.
Kamu yang mengirimi aku kartu Natal setelah beberapa bulan kita saling kenal.
Kamu yang memanggilku dengan nama berbeda dari teman-teman lain biasa memanggilku.
Kamu yang begitu baik kepadaku, saat aku bolos dan ternyata gurunya marah lalu mengadakan ulangan dadakan, kamu membuat dua lembar jawaban dan salah satunya kamu tulis namaku dan nomer absenku.

Hari-hari ini sejak berita kematianmu, kenangan itu muncul kembali dalam ingatanku.
Rasanya belum lama De.. Memang belum lama..
Toh kita masih sering jalan bersama di awal-awal kita sekolah di Bandung.
Dan kita masih sering mendengar kisah masing-masing dari temanku yang mengenalmu dan temanmu yang mengenalku
Akupun merasa kamu tak jauh karena aku bisa menemuimu atau setidaknya menelponmu kapan aku mau.

Tapi sekarang berbeda.. Mau tak mau harus kuyakinkan diriku bahwa sekarang telah berbeda..
Kulihat foto sayu di berita kematianmu.
Sudah sakitkah kamu waktu foto itu diambil, De?
Maafkan aku atas pertanyaanku yang terlambat..

Apakah arti kematian itu, De?
Tahukah kamu bahwa di bawah lapisan-lapisan keimanan yang terus dijejalkan kepadaku, sejatinya aku sungguh-sungguh tak tahu?
Apakah seperti hembusan angin malam yang melintas sekilas di redup taman kota waktu kita tergesa menyeberanginya?
Dingin sejenak lalu hilang entah kemana?
Ataukah seperti pijar api lilin yang begitu bersemangat menjilat-jilat lalu lenyap tanpa jejak saat sumbunya habis terbakar?
Dari ada lalu mendadak menjadi tiada begitu saja?

Aku benar-benar tak tahu.
Namun jika hidup adalah petualangan, dan setiap detik berikutnya adalah selalu petualangan baru yang untuk pertama kali kita alami, mengapa kematian harus mengakhiri petualangan itu?
Kamu beruntung De, karena setidaknya kamu bisa mempersiapkan petualangan barumu.
Dan kematianmu menyadarkanku bahwa setiap orang akan tiba masanya, sadar tak sadar, mau tak mau.
Selamat menikmati petualangan barumu De, aku yakin kamu bisa karena kamu telah menjalani perjalananmu di dunia ini dengan baik.
Aku disini berdoa untukmu. Entah ada atau tidak manfaatnya buatmu.
Tapi hanya itu yang aku mampu.
Dan terima kasih atas pertemanan kita selama ini.

Hidup ini singkat, tak peduli berapa lama kita menjalaninya.
Selamat jalan, De..

Wednesday, May 14, 2008

AKULAH TUHAN ITU

.

Ya Tuhanku
Senantiasa aku berseru
Engkaulah Tuhan yg Maha Besar
Tetapi kebesaranMu
Tak akan kuijinkan melampaui keyakinanku.

Ya Allahku
Aku memohon setiap waktu
Agar Kau tunjukkan jalan yang lurus
Namun jalan itu
Haruslah sama dengan tafsirku

Jika para nabi Kau istimewakan
Dengan Kau peringatkan segera jika berbuat kesalahan
Maka aku melebihi para nabi itu
sebab aku tak pernah salah

Karena telah bulat penuh keyakinanku
Hingga tak ada sedikitpun kemungkinan orang lain lebih benar dari aku
Dan tak ada tempat lagi bagi kebesaranMu
Selain hanya di mulutku

Karena sesungguhnya
Akulah tuhan itu