Monday, December 1, 2008

MENCETAK GENERASI DIGITAL

.

Hari Sabtu pagi, isteri mengajak saya untuk datang memenuhi undangan "Open House" sebuah lembaga pendidikan dasar tak jauh dari rumah. Memang anak saya tahun depan sudah usia sekolah dasar, jadi sekarang waktunya untuk mencari-cari sekolah yang tepat untuknya.

Parkir sudah lumayan penuh ketika kami sampai disana. Dari jauh nampak gedung mewah dan baru yang berdesain futuristik, terasa menyolok dibanding lingkungan perumahan yang masih dalam pembangunan. Dari halaman sudah terlihat suasana hiruk pikuk beberapa stand produk-produk komersial termasuk perbankan menyambut kehadiran kami. Beberapa teman orang tua murid TK juga sudah hadir disana. Setelah ngobrol dan tertawa-tawa sebentar, kami diundang ke lantai 2 untuk mendengarkan presentasi.

Seperti yang saya duga, ini adalah sekolah trend jaman sekarang. Temanya : "Selamat Datang Era Generasi Digital". Seorang bapak bule yang meskipun cukup lancar berbahasa Indonesia namun tetap terasa logat pemain sinetron menjadi salah satu pembicara. Sekolah ini akan menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar. Bahkan para nanny yang menunggui anak sekolah akan diajari bahasa Inggris juga untuk memperlancar proses belajar anak. Ilmu yang diajarkan berbasis teknologi informasi dan komunikasi, lengkap dengan fasilitas tercanggih untuk mendukungnya. Salah satu pelajaran ekstra kurikuler adalah robotika. Dan masih banyak promo-promo hebat lain untuk membuktikan bahwa sekolah ini sanggup mencetak generasi yang siap diserap era digital mendatang. Sedangkan jaminan kualitas adalah kurikulum yang kompatibel dengan sekolah-sekolah negara-negara maju.

Saya tak sanggup mengikuti presentasi sampai selesai karena rasa tak nyaman yang terus meminta untuk sesegera mungkin meninggalkan tempat duduk. Saya tinggalkan isteri saya lalu turun ke lantai dasar gedung tersebut. Di dinding sebelah tangga baru saya lihat beberapa tulisan-tulisan motivasi yang berdesain indah, bercerita tentang sukses, pencapaikan, harapan, visi, dan lain-lain. Tentu saja dalam bahasa Inggris. Desain yang artistik dan cetakannya yang sempurna membuat saya menduga bahwa ini diproduksi oleh motivator terkenal yang sekarang sedang marak di media masa.

Di lantai dasar terlihat beberapa ibu sedang bernegosiasi dengan petugas pendaftaran. Saya menangkap informasi bahwa ibu-ibu itu minta waktu beberapa hari sebelum memutuskan membayar uang gedung, sedangkan petugas mengatakan bahwa mereka akan kehilangan salah satu dari diskon yang berjenjang-jenjang yaitu mulai dari 25% lalu 25% lagi kemudian 10% lagi. Sementara stand perbankan langsung menawarkan berbagai macam produk dari asuransi pendidikan anak sampai dengan kredit konsumtif tanpa agunan.

Suasana yang aneh untuk suatu lembaga pendidikan menurut saya. Namun nanti saya akan dengar beberapa orang tua murid yang juga teman-teman saya, mau tak mau menuruti tawaran pihak sekolah ini karena pertimbangan biaya masuk relatif lebih murah dibanding sekolah internasional sejenis yang sudah beroperasi beberapa tahun di lokasi tak jauh dari kompleks perumahan kami.

Sepulangnya, kami mencoba untuk mencari perbandingan dengan sekolah yang dikelola oleh yayasan yang sudah saya kenal bertahun-tahun silam. Lokasinya agak jauh, tapi bisa melalui jalan pintas dalam kompleks-kompleks perumahan. Suasana relatif sepi. Tak ada acara open house, dan pendaftaran murid baru masih beberapa bulan lagi. Namun beberapa tulisan-tulisan di dinding, yang meskipun tanpa desain yang atraktif dan tampak seperti cetakan asal jadi, mampu menentramkan hati saya. Seperti :"Hormatilah guru-gurumu dan sayangilah teman-temanmu", "Saya malu mendapat nilai jelek. Saya malu untuk mencontek", dan tulisan-tulisan tentang bagaimana cara anak dididik akan menentukan karakter si anak saat dewasa nanti. Di jendela-jendela kelas tanpa AC dengan bangku-bangku sederhana yang sudah kosong dipajang beberapa hasil karya siswanya. Tentang indahnya damai dan toleransi, tentang mengasihi sesama, yang dibuat dengan software komputer namun masih terlihat sentuhan kanak-kanak.

Saya tahu sekolah ini juga tak bebas dari sapuan badai komersialisasi pendidikan jaman sekarang. Namun saya percaya, masih ada nilai-nilai lama yang tegas diajarkan disini. Mungkin benar generasi mendatang adalah generasi robot digital yang memiliki kode binernya masing-masing, dan harus siap menjadi sekerup dan roda gigi dari mesin industri kapitalis yang berorientasi kemajuan tak mengenal kata empati. Bisa jadi nanti adalah jaman dimana kebijaksanaan masa lalu dan jati diri tergilas oleh globalisasi, kemudian moralitas dan spiritualitas tak perlu digali cukup diserahkan pada keajaiban identitas dan buku suci. Tapi sebagai manusia merdeka, saya merasa berhak untuk mengarahkan anak saya menjadi pribadi mandiri, mengenal diri sendiri, dan memiliki hati yang lapang untuk senantiasa mencintai sesama dan bumi.

Monday, October 20, 2008

BERBAGI RAHASIA HIDUP

.
Engkau yang terkasih,
Di seberang khayal gundah yang tak bisa kupahami
Hanya dengan genggaman jari dan usapan hati
Namun marilah kita coba berbagi
Rahasia yang dibisikkan ke setiap sanubari
Dan diterjemahkan dalam rasa yang tak selalu sama

Apakah hidup ini sebenar perjalanan
Jika Tuhan adalah awal dan akhir, alpha dan omega?
Dia yang tak terbatas ruang dan mengatasi waktu
Yang maha nyata dan maha kuasa?

Maka waktu adalah ilusi
Yang dirumuskan manusia untuk membagi
Kemarin hari ini dan esok nanti
Antara kenangan kesadaran dan harapan
Antara yang telah terjadi dan yang belum diketahui

Hukum-hukumNya kita nikmati
Dengan kebanggaan atas nama kehendak bebas
Penuntun langkah menyongsong masa depan
Yang sejatinya adalah sebuah ketetapan
Menjadikannya suratan sejarah tinggal kenangan
Untuk hikmah belajar tapi tak bermakna untuk disesal
Sebab segala pilihan dan peristiwa tak lebih dari kehendak jaman

Kekasih hatiku,
Mengapa engkau tenggelam dalam kesedihanmu?
Yakinkah engkau bahwa sisa hidupmu adalah hari-hari meratapi diri?
Jejak masa lalu jelas sudah terlampaui
Mengertilah bahwa ini bagian dari seluruh jalur petualangan
Tuntas digurat bahkan sebelum kita mengenal kehidupan

Percayalah bahwa penyesalan berkepanjangan tak berguna setitikpun
Selain menyia-nyiakan hadiah rahmat dengan tangisan
Tak akan pernah berubah kepastian hari kemarin dan sisa hari mendatang
Yang telah tunak dituliskan

Engkau sang cinta terindah dalam hidupku,
Bangunlah kini dan kita nikmati misteri yang menakjubkan
Anugerah ketidaktahuan akan hari esok yang melahirkan gairah
Berjalan gagah menguak tirai takdir dalam tiap detik-detik yang terjelajah
Tenang menggeser batas masa lalu menggusur masa depan

Engkau yang tersayang,
Di seberang khayal gundah yang tak kunjung bisa kupahami
Meski dengan segenap genggaman jari dan usapan hati
Kuminta engkau tersenyum bangkit segera
Menikmati indahnya hidupmu bersamaku
Setia berdamai senantiasa menapaki kehendakNya
Hingga tiba saatnya
Kita mampu menyentuh cakrawala di ujung kala

Monday, October 6, 2008

SELAMAT IDUL FITRI, MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN

 

Wisnu-HP [+628131725xxxx]
03/10/2008 13:26
Matur nuwun..Selamat Idul Fitri 1429 H juga, mohon maaf lahir & batin. Semoga Allah menerima amal ibadah kita semua dan mengampuni dosa2 kita. Wisnu dan keluarga..

Harry Meini [+6281184xxxx]
03/10/2008 7:10
Terima Kasih Pak, Daniel. mohon maaf atas segala khilaf dan prasangka. Salam buat keluarga (Harry, Riena & Anak2)

[+628131147xxxx]
02/10/2008 20:37
Matur nuwun,sami2..nggih.menawi wonten lepat..dalem ugi nyuwun pangapunten..

Eddy-Sam [+6281115xxxx]
02/10/2008 7:50
Sama2 maaf,trims,wass

[+62815911xxxx]
02/10/2008 5:52
Sama2 Gus Agung. Terima kasih.

Eddy-WAvES [+6281116xxxx]
02/10/2008 1:33
Terima kasih atas ucapan Selamat "Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1429 H". Mohon maaf lahir dan batin, Salam Kel.Eddy Prayitno.

Prabowo-BN [+628158416xxxx]
01/10/2008 22:17
Pak Daniel dan Kel , terima kasih banyak atas ucapan Idul Fitri kepada saya dan Keluarga. Pada kesempatan ini saya sekeluarga juga mohon dimaafkan lahir dan batin apabila terdapat kesalahan dan kekhilafan.Semoga Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang senantiasa memberikan Rahmat Nya kepada kita semua.Amin.Salam ,Prabowo dan Keluarga

Handoko [+6281185xxxx]
01/10/2008 21:36
Terima kasih saudaraku sahabatku, mohon ma'af lahir dan bathin, salam buat keluarga dirumah. (handoko n kel)

Andut-HP [+62812265xxxx]
01/10/2008 21:18
Terima kasih mas daniel, saya & kel juga minta maaf lahir & batin..

IbrahimMBA [+6281899xxxx]
01/10/2008 20:26
Sama sama maaf ya, smoga puasa dan amalan kt mendapat pahala dan balasan yg berlimpah dr Allah swt, mohon maaf atas sgala salah n dosa, minal aidin walfaidzin

SugengZirlan [+62812995xxxx]
01/10/2008 20:04
???? ???? ?? ????? Amin. semoga kita menjadi orang yang bertakwa. mohon maaf lahir batin. Kel. Sugeng bekasi

WisnuFin [+6281880xxxx]
01/10/2008 20:01
Tiada kata yg sempurna di bln yg suci ini selain memohon maaf atas segala kekhilafan yg telah diperbuat. Selamat Hari Raya Idul Fitri 1429 H. WIsnu & Santhi

[+628569201xxxx]
01/10/2008 18:19
Makasih sdh d maafkan sekeluarga

Ngatidjan-M [+628151000xxxx]
01/10/2008 18:19
Trimakasih, kami sekeluarga juga mohon maaf lahir batin

Fadil [+6281898xxxx]
01/10/2008 17:24
Tiada perbuatan tanpa kesalahan, kan hilang dgn bermaafan. Tiada Syawal tanpa Ramadhan, yg berganti dgn do'a & harapan. Mohon maaf lahir&bathin. Fadhil&kel.

[+62812821xxxx]
01/10/2008 16:50
Tx ya mas.mohon maaf jg atas semua kesalahan

Rudi-Pol [+62815875xxxx]
01/10/2008 15:55
Trima kasih, Tiada pemberian terindah & perbuatan termulia selain saling memaafkan ''SELAMAT IDUL FITRI 1429 H'' Minal Aidzin Wal Faidzin. Rudy Priatna & kel..

[+62811839xxx]
01/10/2008 14:24
Tk, mohon maaf lahir bathin ya

Richard [+62817736xxx]
01/10/2008 14:10
Dihari yg penuh Berkah ini, Mohon dibukakan pintu Maaf atas segala salah dan khilaf. Selamat Iedul Fitri 1429H. Minal Aidin Wal Faizin. "Richard Manurung & Kel"

Nurul [+6281586073xxx]
01/10/2008 13:53
Sami-sami pak daniel

Djadjuli-Br [+628129553xxx]
01/10/2008 13:41
Terima kasih, mohon maaf lahir batin n salam untuk keluarga.

Dewi-HP [+6281310736xxx]
01/10/2008 13:40
Makasih mas daniel ucapan yg sama buat ibu susi

JokoSuyono [+62816733xxx]
01/10/2008 13:38
Thank you Daniel. Salam buat kel.

[+628129495xxx]
01/10/2008 12:03
Terima kasih atas ucapannya pak Daniel. Salam buat keluarga

Pete [+628111492xxx]
01/10/2008 11:37
Kanti kaweningipun manah, hambok bilih wonten catur wicoro lan toto kromo kirang trapsilo ingkang adamel gerahipun penggalih paduko, kulo sabrayat ing dinten Aidil Fitri puniko nyuwun gunging samodro pangaksami. Dalah hangaturaken SUGENG RIYADIN 1429 H ( Anthony lan Keluargo.)

Charlie [+62811101xxx]
01/10/2008 11:05
Mohon Maaf Lahir Bathin jg dr kita sekeluarga.. Charlie, Iga & Rajasa

Tia-Susi [+628161362xxx]
01/10/2008 10:53
Makasih Mas Daniel, maafin kalo aku n Wany ada salah juga ya. Salam u smua keluarga. Love u all. B-)

Erik-HP [+62812866xxxx]
01/10/2008 10:46
Matur nuwun. Mangan kupat duduhe santen,menawi lepat, kulo nyuwun pangapunten. Mangan lalap campur ikan asin,mohon maaf lahir & batin. (Erik & kel)

Dwi-SrgShpyrd [+62812101xxxx]
01/10/2008 10:09
Terima kasih untuk silaturrahim dan Ucapan Selamat Idul Fitri nya. Maaf lahir dan batin. Dwi & kelg.

Agustin [+62815891xxxx]
01/10/2008 10:08
Sami2 Pak Daniel. Mohon maaf lahir dan batin.

Waluya-P[+6281198xxxx]
01/10/2008 10:01
sama2 ya sebaliknya jg begitu, met HARI RAYA IDUL FITRI, dr waluyo & Keluarga

Renny [+628151418xxxx]
01/10/2008 10:00
Mksh ya niel.., maafin kesalahan2ku jg ya

Nita-THP [+62816482xxxx]
01/10/2008 9:49
Sama2, maaf lahir bathin jg.

Maskul-HP [+62812809xxxx]
01/10/2008 9:48
terima kasih om danil

Sutopo-HP [+628151116xxxx]
01/10/2008 9:46
Matur nuwun den bagus. Sing uga akeh khilaf e jg. Maapin ya. 0-0. Shalom.

Raras [+62812909xxxx]
01/10/2008 9:45
"Selamat Idul Fitri 1429 H" Taqobalallahu minna wa minkum. Taqobalallahu yaa karim. Minal 'aidzin wal faidzin. Mohon maaf lahir & batin.~Ràrãs & Kel~

Kunto-MPU [+62816486xxxx]
01/10/2008 9:40
Kulo, Kunto sekeluarga ngaturaken: Naliko kabukak wiwaraning nugroho,binarung takbir angakoso,keparengo ngaturaken kalepatan kawulo,mugi wiyar sih agunging pangaksomo, sugeng riyadin......

[+62856819xxxx]
01/10/2008 9:34
Sama2, Kami juga sekeluarga mengucapkan Slmt Idul Fitri 1 Syawal 1429 H, mohon maaf lahir & batin atas segala kesalahan serta kekhilafan kami. Maryanto dan kel.

EdiWiranto-P[+62812925xxxx]
01/10/2008 9:18
Sami2 mas, kulo sakaluarga menghaturkan mohon maaf lahir man batin.

BudiWinarno [+62816115xxxx]
01/10/2008 9:11
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1429 H Minal Aidzin Wal faidzin Mohon Maaf Lahir & Batin .. Ir. Budi Winarno & Kel.

Suminggir [+62816164xxxx]
01/10/2008 9:08
Sami x 2 matur nuwun

Hasyim-THP [+628138490xxxx]
01/10/2008 8:54
Mohon maaf lahir & bathin, semoga Pak Daniel sekeluarga selalu dalam kebahagian, kesehatan dan kemakmuran juga dalam damai dan kasihNya. Hasyim & Keluarga

[+62812937xxxx]
01/10/2008 8:52
Allahu Akbar 3X !!! Seiring gema takbir kita sambut dg suka cita datangnya 1 Syawal 1429H, namun Bersedih krn bln yg pnh Rachmat & Ampunan ini tlh meninggalkan kita. Selamat Hari Raya Iedul Fitri,Taqoballahu mina Wa Minkum Minal Aidin Wal Faidzin. Mohon Maaf Lahir & Bathin (Sukur Sutrino & Fam)

HestiSMA [+62816194xxxx]
01/10/2008 8:51
sami2 gih, nyuwun pangapunten sedaya kalepatan . . . salam

[+62812815xxxx]
01/10/2008 8:48
Kami sekeluarga mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1429 H. MOHON MAAF LAHIR & BATHIN, salam. -Deni Yulian-

DonnyP-HP [+62812960xxxx]
01/10/2008 8:46
Kami pun sekeluarga mengucapkan: "Minal Aidzin Walfaidzin, mohon maaf lahir batin". Hormat Kami, Kel. Donny Paryana

Edwin-THP [+62812905xxxx]
01/10/2008 8:34
Sami sami mas Daniel, Selamat Idul Fitri 1429H Mohon Maaf Lahir&Batin, Edwin Sudibyo & Kel.

Anik [+62816132xxxx]
01/10/2008 8:34
Pasti dong.. Makasih ya mas :-D

UdaAf-Aussie [+6141682xxxx]
01/10/2008 8:26
Selamat hari lebaran minal aidin wal faizin:-)

Mamo-HP [+6281672xxxx]
01/10/2008 8:23
Mas Daniel, kamipun menghaturkan. Minal aidin wal faidzin. Maaf lahir & batin. Selamat Idul Fitri 1429 H. (Indar Atmoko & Kel.)

AndiBach [+6281188xxxx]
01/10/2008 8:22
Sama2, kami pun sekeluarga mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri, 1 Syawal 1429H, Minal Aidin wal Faidzin, Mohon Maaf Lahir & Bathin, a. bachtiar sirang & peppy.

Anita Chandra [+628151358xxxx]
01/10/2008 8:21
Trmks Daniel..Slamat Idul Fitri..Mohon Maaf Lahir Batin.

Hanief [+62815180xxxx]
01/10/2008 8:16
Taqobalallohu minna wa minkum syiammana wa syiamakum Minal aidin wal faidzin, Mohon maaf lahir & bathin, Selamat Hari Raya Iedul Fitri 1429H. (Hanief & kel )

Wiwit-HP [+62812120xxxx]
01/10/2008 8:14
Terimakasih banyak Daniel, mohon maaf lahir dan batin. Salam untuk teh Susi dan keluarga di rumah. Wiwit&kel. Bandung

Jasman/Anri-B [+62812818xxxx]
01/10/2008 8:11
Trimakasih

Tri-Brimob [+6281814xxxx]
01/10/2008 8:11
Terima kasih Pak, semoga kita semua selalu mendapat perlindungan dari Tuhan Yg Maha Kuasa.

Henita-THP [+62816184xxxx]
01/10/2008 8:07
Terima kasih Daniel, sama2 mohon maaf lahir bathin, dr: Henita dan kel.

Suherlan-B [+6281144xxxx]
01/10/2008 8:06
Terimakasih maaf lahir bathin

Andi-Intra [+6281181xxxx]
01/10/2008 8:02
Trima kasih ya Danil. Maaf Lahir Bathin. Semoga kt slalu dlm lindungannya.Amin..

Estin [+628151947xxxx]
01/10/2008 7:55
Terima kasih,kami skeluarga jg MOHON MAAF LAHIR utk smua ksalahan yg prnah d lakukan. -estin & kel-

Andre [+6281186xxxx]
01/10/2008 7:53
Terima kasih pak Daniel. Salam unt kel juga. Sampai ketemu. Wassalam.

[+62812829xxxx]
01/10/2008 7:53
Matur nuwun mas daniel. Makaten ugi, kulo ngaturaken ingkang sami. Roziq&kel

Ambar [+62812805xxxx]
01/10/2008 7:51
Sama2 tanks yah...

[+6281895xxxx]
01/10/2008 7:51
Sama sama Pak,trima kasih mohon maaf lahir bathin ya

Suharso [+6281112xxxx]
01/10/2008 7:50
Matur nuwun mas.Kulo ugi nyuwun pangapunten sedoyo kalepatan,suharso&kel

[+62888999xxxx]
01/10/2008 7:50
Sama2 Terima kasih pak maaf lahir bathin

[+628138017xxxx]
01/10/2008 7:49
Sami mas Daniel,,,nyuwun gunging pangaksami,,,,Mugi Gusti maringi barokah dateng kito sedoyo..suendro n kel

Nicke [+628137690xxxx]
01/10/2008 7:47
Thanks ya...

[+62217039xxxx]
01/10/2008 7:47
Tks, Kami juga mohon maaf lahir & batin (Mardanil & kel)

Ivan [+6281121xxxx]
01/10/2008 7:46
Matur sembah nuwun mas Agung. Sak wangsulipun, kula ingkang kathah kalepatan inggih nyuwun pangapunten lahir bathos. Ndereaken bingah dumateng mas Agung sekeluarga sedanten. Salam/Ivan+kel.

Didin [+628157482xxxx]
01/10/2008 7:45
Belah ketupat di Hari Raye, dimakan pake opor ayam (uenaaak). Di hari yang fitri ini, kite sekeluarge, mohon maaf lahir dan batin. Rachmadin & keluarge. Selamat Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1429 H.

Jaya-Rita [+62815889xxxx]
01/10/2008 7:44
Thanx . .

[+628151940xxxx]
01/10/2008 7:43
Sama2, om daniel. Semoga bahagia jg bwt om daniel, tante susi, mbak fynca n de ofa. Salam hangattt.. n makasih. :-D

MbakRini [+628138600xxxx]
01/10/2008 7:39
Sami2, matur nuwun sanget

WawanSD-HP [+628158414xxxx]
01/10/2008 7:33
Matur nuwun Gung, aku sekeluarga ugo nyuwun pangapuro. Aku mulih kampung ki.

Heri-Cikas [+62816187xxxx]
01/10/2008 7:31
Sama2.terimakasih

[+6281667xxxx]
01/10/2008 7:27
Terima kasih sama saya keluarga nunung susanto menyampaikan mohon maaf lahir batin dgn tulus semoga Allah mengabulkanNya. Amin

Koko [+62815913xxxx]
01/10/2008 7:23
....pun kulo bales nggih ......(hahahahaha)

[+62811993xxxx]
01/10/2008 7:16
matur nuwun den bagus Agung.......sugeng riyadi ugi lan sugeng prei-an, salam kagem keluargo......

Ari-Intra [+62817988xxxx]
01/10/2008 7:16
Sama sama mas

[+6281112xxxx]
01/10/2008 7:14
Terima kasih maaf lahir batin

Wa'un [+62816197xxxx]
01/10/2008 7:11
Matur nuwun ...sungkem kagem kluarga.

Ervita [+628180891xxxx]
01/10/2008 7:10
Smg kita mendapatkan pahala yg sempurna dr ibadah puasa Ramadhan ini. Utk menjadikan kita FITRAH kembali, mohon MAAFkan kesalahan2 kami. -ika & keluarga-

[+62815835xxxx]
01/10/2008 7:09
Sama2 pak ya,matursuwun

BambangSukardjo [+628151433xxxx]
01/10/2008 7:04
Terimakasih, kami juga mengucapkan : SELAMAT HARI IDUL FITRI 1429H, mohon maaf lahir dan batin. Salam - Bambang Sukardjo & kel.

IsmuP [+62855105xxxx]
01/10/2008 7:04
Nggih matur nuwun Dik

[+628158510xxxx]
01/10/2008 7:02
TRIMA KASIH ATAS PERHATIANNYA DN JUGA KMI SKLARGA MHN MAAF LAHIR BATIN.TQ

[+62812170xxxx]
01/10/2008 6:59
Sama2 mas,trima kasih atas ucapannya

Totok-HP.Jkt [+6281718xxxx]
01/10/2008 6:59
Matur nuwun. Sami2, mugi kita tansah pinaringan berkah & barokah.

Ade-insurans [+62816483xxxx]
01/10/2008 6:56
Doa & Harapan yg sama. Minal aidin wal faidzin. H.Armand Kel & kharismafilm

Begenk [+628592128xxxx]
01/10/2008 6:54
Nuwun. Semoga ke depan lbh baik dan sukses

Alphada [+62812998xxxx]
01/10/2008 6:53
AllahuAkbar 3x ALLAH YG MAHA BESAR LAGI MAHA LUAS KASIH SAYANGNYA terlalu besar dan terlalu luas untuk dibatasi oleh bahasa agama apapun. "mohon maaf lahir dan batin" Alphada & Kel. TerimaKasih

Tiwuk-Likwu [+628132800xxxx]
01/10/2008 6:43
Matur nuwun sami2 Piye anakmu sing keri wis bisa apa Kowe saiki ng Jkt apa Solo ibu wis kondur apa durung

BudiSMA1 [+628131953xxxx]
01/10/2008 6:36
Tangkeping asto sumungkem ing jengku kanan.Sinartan eninging cipto rumasuk ing sanubari,hanyenyadhong rumentahing pangastowo. Minal aidzin wal faidzin (budi p lan kel)

RahmanTMII [+6281675xxxx]
01/10/2008 6:34
Terima kasih, kami juga mohon ma'af, Semoga di Idul Fitri, kita diberikan kekuatan, keselamatan dan kesehatan lahir batin. Amien. /A.Rachman & kel-Jkt.

BambangTHP [+6281692xxxx]
01/10/2008 6:33
Matur suwun mas, semanten ugi dalem sekeluargo mugi dipun paringi pangapunten sedoyo kalepatan.

Fani [+6281199xxxx]
01/10/2008 6:31
Terimakasih, kami sklga juga menyampaikan "mohon maaf lahir dan batin" Wassalam - Fani & kel.

AndriBS [+628138132xxxx]
01/10/2008 6:19
Terima kasih untuk silaturrahim. Mohon maaf lahir dan batin. Semoga Idul Fitri membuat kita lebih amanah, lebih manusiawi dan lebih peduli terhadap sesama. Wass Andri Sudibyo

Hang-TF [+62815889xxxx]
01/10/2008 6:17
Pak Daniel, sama2, mohon maaf lahir bathin ya.

Yusuf-IAe [+62812203xxxx]
01/10/2008 6:05
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1429H, Minal Aidin Wal Faidzin, Mohon Dimaafkan Atas Segala Kesalahan & Khilaf Lahir dan Bathin. **Yusuf Nurdin & Keluarga

Hardi-HP [+6281181xxxx]
01/10/2008 6:04
Matur nuwun mas, sami2 ngaturaken sugeng riyadi

Gunawan-TNI [+62816180xxxx]
01/10/2008 6:02
Trima kasih. Semoga hari yg berbahagia ini. Kita mendapat keberkahan yg lebih baik

Atik(Dini) [+62815802xxxx]
01/10/2008 5:56
Mtr sembah nuwun...nyuwun pangapunten ugi sedoyo lepat kula. Atiek

Bobit-CII [+628521601xxxx]
01/10/2008 5:54
Sami-2, semanten ugi menawi katah kalepatan ingkang disengojo lan mboten njih nyuwun pangapunten kl & klrga

AntokSMA [+62816183xxxx]
01/10/2008 5:48
Matur nuwun kawigatosanipun, kulo dalah keluargo inggih ngaturaken sugeng riyadi lan mugiyo sadoyo kalepatan saget lebur ing dinten riyadi puniko saking kersanipun Gusti ingkang akaryo jagad. Nuwun . Anto)

BambangS-HP [+6281110xxxx]
01/10/2008 5:46
Matur nuwun nyuwun ngapunten ugi bilih wonten kesalahan lan kekhilafan

Satori-HP [+628131400xxxx]
01/10/2008 5:45
Minal aidin walfaidzin..mohon maaf lahir - bathin.. (satori & keluarga)

Paidi [+6281695xxxx]
30/09/2008 17:36
Trim's atas prhtian nya. Smoga anda n klg sehat2 n sukses sll. Gmn kbr Intrasa rana n bpk2 yg lain. Smoga sehat2 aja. Salam dr Paidi P & klg.

Kris Sulisto [+6281819xxxx]
30/09/2008 17:34
Mas Daniel; Kita sekeluarga juga mengucapkan Selamat Hari Raya, Idul Fitri, dn memohon maaf lahir dan bathin ya /wass. Kris Sulisto nd fam

PriSulisto [+6281683xxxx]
30/09/2008 17:30
Inggigh matur nuwun Pak Daniel, sami-sami. Pri Sulisto

Rizal-Autokiki [+628151983xxxx]
30/09/2008 16:13
ASS.WR.WB,jika semua harta adalh RACUN,maka ZAKATLH penawarnya,jika SELURUH UMUR adalh DOSA,maka TOBATLH obatnya,jika 11 BULAN adalh NODA, maka RAMADHANLH PEMUTIHNYA, mohon MA'AF LAHIR DAN BATIN..Syahrizal H keluarga

Kilman [+6281112xxxx]
30/09/2008 15:53
......Terselip khilaf dalam canda, tergores luka dalam tawa. Selamat Hari Raya Idul Fitri 1429 h. Mohon maaf lahir & bathin atas segala salah dan khilaf-(Khilman M & kelg)

Lia [+628131723xxxx]
30/09/2008 14:20
Seputih kapas sebening embun bersihkan raga dari kedengkian aliri jiwa dengan kehangatan wangikan hati dengan saling memaafkan mohon maaf lahir batin.

[+628131554xxxx]
30/09/2008 13:45
Atas nama PP-AMK FSPMI, Kami mengucapkan mohon maaf lahir dan bathin, selamat hari raya Iedul Fitri 1 Syawal 1429H. Jefri .

[+628190507xxxx]
30/09/2008 11:35
Bahagia terasa bila segala khilaf & salah dapat dimaafkan. Walau jemari tak kuasa menjabat, kata menjadi jembatan. MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN (Yulia Anna Surya)

Wednesday, September 3, 2008

DISKUSI PAGI DUA DUNIA

.

Mbak, adiknya jangan dipakein cincin doong.. Kan adiknya belum tau. Tar dimasukin mulut ketelen lho..

Gak papa mbak Fynca bisa beli cincin baru lagi kok...

******

Pak, mbak Fynca mau adik lagi dong..

Lhaa kan udah punya.. Satu juga udah cukup. Adik baru buat yang belum punya adik aja.

Gak mau! Mbak Fynca maunya tambah lagi. Tar kalo bapak pergi kemana gitu yang agak lama, mbak Fynca mau berdoa minta adik sama Tuhan. Trus tau-tau di perut ibu udah ada adik bayi lagi,  bapak pulang-pulang pasti kaget deh.. Hahaha..

(Iya mbak Fynca bener bapak pasti kaget.. Tapi dengan kadar kekagetan yang nggak bisa mbak bayangkan..)

Tuesday, August 26, 2008

TAWARAN BILANGAN FU

.
Monoteisme -- bertuhan satu -- lahir sebelum konsep bilangan nol ditemukan. Maka barangkali satu itu mengandung pengertian dan properti nol. Nol yang berawal dari konsep shunya, ketiadaan, kekosongan, arupa, purna, utuh, tak berbatas, serta kafi. Bilangan satu -- atau nol -- yang dihayati dengan mentalitas metaforis, bukan mentalitas matematis.

Namun kesadaran yang diwariskan mengurungnya menjadi sekedar logika. Yang dipelajari seperti memahami ilmu pasti; tanpa perlu hati. Serba matematis; bukan filosofis. Lalu kebenaran -- dan juga Tuhan -- tak lagi menjadi misteri. Ia ditumpahkan ke tanah menjadi kekuasaan dan kecongkakan. Yang membuat penganutnya merasa lebih tinggi derajatnya dari sang liyan. Yang memaksa para pengikut tunduk taat tak menghargai proses pribadi mencari pencerahan. Seperti menancapkan infus ke dalam tubuh-tubuh para pesakitan untuk memaksa metabolisme instan dan seragam. Dunia akan menjadi tampak teratur, namun kering.

Bilangan Fu memberi tawaran. Sebuah agama baru. Agama dengan keyakinan dan tata cara beribadah yang sama persis dengan masing-masing agama yang dianut sebelumnya. Hanya ditambah dengan laku baru: laku kritis. Kritis berarti tidak membabi buta. Tapi ia juga sama sekali tidak anti, apalagi membenci. Kritis terhadap ajaran-ajaran lain, mampu melihat nilai-nilai luhur pada agama bumi maupun agama liyan. Kritis terhadap agama diri sendiri untuk mencegah kesombongan dan memonopoli kebenaran.

Laku kritis memberi kesadaran untuk tidak hanya memandang ke langit dan hidup demi akhirat. Karena manusia hari ini - dan kelak anak keturunannya - tinggal di dunia. Maka yang utama adalah memelihara alam lingkungan. Demi kelangsungan hidup bumi. Demi kelangsungan hidup anak-anak generasi nanti. Agama-agama nenek moyang yang meyakini bahwa ada penunggu dalam pepohonan, ada penjaga gaib di gunung-gunung, ada penguasa di dasar samudera, harus mampu dilihat lagi secara kritis, bahwa ada nilai kebijaksanaan untuk berhati-hati mengolah alam. Untuk senantiasa menjaga kelestarian dan keseimbangan.

Laku kritis mendakwahkan diri. Namun dengan cara satria dan wigati. Berdialog dengan sopan dan tidak memegahkan diri. Sabar menanggung segala sesuatu. Tidak dengan memaksa dan merusak, seperti cara-cara orang-orang tak beragama yang dikuasai sifat tamak dan sewenang-wenang.

Laku kritis juga menuntut untuk selalu sabar memanggul kebenaran, agar tidak jatuh menjadi ego yang mengalahkan kebaikan. Kritis untuk tidak menganggap kepercayaan orang lain sekedar dongeng dan kemusrikan . Dan sadar bahwa iman diri sendiri juga bisa berarti tak lebih dari tahyul bagi orang lain. Karena kebenaran sejati adalah misteri yang menjadi milik kala depan, bukan kala sekarang. Karena hakikat beragama adalah kebaikan. Maka, kebenaran tak perlu dipaksakan. Ia boleh tertunda esok hari nanti, asalkan kebaikan memenuhi hari ini.

Bilangan Fu menawarkan agama baru. Beranikah saya menjadi mualaf?


[Intisari kreatif dari novel "Bilangan Fu" karya Ayu Utami]

Monday, July 28, 2008

SENYUM 15 HARI

.
"Pak, tadi pagi dik Ofa senyum sama mbak Fynca! Soalnya mbak Fynca nyanyi-nyanyi sambil joget-joget!"
Begitu kata anak pertama saya tersenyum riang saat saya baru sampai di rumah.

"Hahaha.. Dik Ofa belum bisa melihat dengan jelas mbak.. Lagian menurut informasi yang Bapak baca di internet, bayi belum bisa mengekspresikan diri dengan tersenyum, sampai dia berumur 2-3 bulan. Jadi itu refleks otot saja.."
Kata saya menjelaskan.

"Ah, kamu ini kebanyakan teori. Kamu nggak liat sendiri sih.. Senyumnya manis banget lho..". Istri saya menimpali.
"Hmm.. Iya sih, maksudku biar Fynca gak keseringan ganggu adiknya aja. Soalnya bayi segitu kan harus banyak tidur. Aku takut diganggu terus sama kakaknya jadi rewel. Lagian aku pernah baca emang begitu kok.."

Sampai di ujung pekan di Minggu pagi itu, saat istri saya mandi dan anak pertama saya sedang bermain sepeda dengan anak tetangga, saya sedang bermain gitar ketika tak sengaja melihat Ofa - bayi saya yang baru berumur 15 hari - tersenyum!

Senyumnya begitu lepas dan segar, memancing dunia di sekitarnya untuk ikut tersenyum bersamanya. Bibir saya tersenyum mengikutinya. Hati saya juga. Apa yang bisa meruntuhkan beban hidup dengan seketika selain senyum cerah seorang bayi tanpa dosa?

Wahai ilmu pengetahuan, sejenak kamu boleh beristirahat. Aku tak peduli dengan penjelasan ilmiahmu. Karena saat ini rasaku sedang berbunga mengalami kekaguman luar biasa kepada senyum bayi dan Dia yang menciptakannya. Hanya dalam kehadiran cinta, aku merasa berhak mengatasnamakan Tuhan untuk mengalahkan logika..


[Selamat datang anakku.. Terima kasih telah memilih kami untuk menjadi keluargamu. Kami yang berbahagia dengan satu anak perempuan, Tuhan lipat-gandakan kebahagiaan itu. Gladys Neofa, perempuan mungil yang lahir hari Jumat tanggal 27 Juni 2008, adalah sang kebahagiaan baru.]

GERIMIS DI MUSIM PANAS

.

Gerimis ini membuat udara musim panas tidak terlalu menyengat. Begitu kata temanku. Menurutku malah masih bisa dibilang sejuk. Namun mungkin disini sinar matahari yang hangat disambut lebih meriah dibanding di tempat dimana dia selalu muncul sepanjang musim.

Orang-orang berpakaian lebih segar. Banyak gadis-gadis muda dan belia memakai rok mini dan celana super pendek. Tak ada tatapan jalang, meski ada juga sesekali curi-curi pandang mengambil kesempatan. Di masyarakat yang tulus menghormati hak-hak individu, martabat perempuan sangat dihargai jauh diatas hasrat laki-laki. Maka laki-laki terhormat akan merasa malu untuk menunjukkan naluri tak sopannya di muka publik, apalagi menyalahkan pakaian perempuan.

Sepulang kerja, dalam sore yang masih benderang dan bertitik-titik hujan, kami berjalan-jalan berkeliling sambil berpayung satu-satu, melihat keramaian pusat kota dan mencari tempat makan malam.
Kamu orang Indonesia pasti tidak boleh makan babi. Tebak temanku.
Oh, kebetulan saya boleh. Kadang-kadang saya makan daging babi, meski tidak terlalu sering.
Tapi akhirnya kami memilih makan sup ayam ginseng hangat.

Sambil bersantap temanku bercerita tentang pengalamannya berkunjung ke Yaman beberapa bulan sebelumnya. Ia heran melihat orang disana menyantap otak kambing.
Aku tertawa. Apanya yang aneh? Saya juga kadang-kadang makan otak kambing kok.
Gantian temanku yang tertawa. Kamu yang aneh, katanya. Segala sesuatu kamu makan.
Hahaha.. Kami tertawa bersama. Pertemuan dua budaya mengajarkan bahwa kata "aneh" adalah sekedar hal baru, antara yang biasa dan tidak biasa.

Kami lalu melanjutkan perjalanan. Jalan kaki, meskipun melelahkan, adalah sarana transportasi satu-satunya yang menyenangkan untuk melihat keseluruhan suasana pusat kota ini. Dan tak ada alasan untuk malas, jika semua orang melakukan hal yang sama. Pusat kota dimana-mana menurutku terasa sama. Mungkin bedanya hanya pada tingkat kebersihannya. Lampu terang benderang di setiap toko-toko yang menawarkan produknya, tak lupa dilengkapi dengan angka-angka prosentase diskon. Lalu gambar-gambar menu makanan dan harganya dipajang di depan pintu masuk restoran-restoran. Ada pertunjukan musik dan tari modern di beberapa sudut jalan. Aku lebih suka mencoba beberapa makanan yang digelar di kaki lima.

Tanpa terasa waktu sudah menunjuk jam 11 malam waktu setempat. Tempat ini masih ramai. Laki-laki dan perempuan.
Apakah tidak ada kejahatan disini?
Selama ini tidak ada. Tempat ini aman sekali. Asal kamu tidak menyentuh orang, no problem. Kamu tak perlu berurusan dengan pihak keamanan.
Barusan saya menyentuh kepala orang tuh. Tapi orang itu masih anak-anak. Gurau saya.
Menyentuh satu dua kepala anak-anak, no problem. Tapi kalau sudah sepuluh anak atau lebih, itu problem.
Hahaha.. lumayan aneh juga guyonan temanku ini.

Di dekat stasiun bus kami akan berpisah. Setelah saling berjabat tangan dan mengucapkan terima kasih sambil sedikit membungkukkan badan, kami saling melambaikan tangan. Kulihat ia melambaikan tangan sambil memasuki bus kota. Kututup payung untuk sejenak menikmati tetesan hujan di wajah. Di depanku adalah jalan raya yang ramai, namun lancar tanpa kemacetan. Tak heran, karena di bawah jalan raya ini terdapat jalur metro subway untuk mengangkut ribuan orang yang hilir mudik tanpa perlu menjejali jalanan dengan kendaraan pribadi. Ya, jalur metro subway tersedia di bawah hampir sepanjang seluruh jalan raya di kota ini.

Di dalam metro menuju hotel aku membayangkan. Kapan negaraku tercinta, yang hari kemerdekaannya tak jauh beda dengan negara ini, akan punya fasilitas publik yang sangat bermanfaat, rapi, dan bersih seperti ini. Tapi tak ada banyak waktu untuk merenung, karena metro segera berhenti di stasiun terdekat dengan hotel tempatku menginap. Sebelum melangkah keluar, aku tak sengaja beradu pandang dengan seorang perempuan manis yang mungkin baru pulang kerja, terlihat dari cara berpakaiannya. Ia tersenyum. Aku membalas senyumnya sebelum turun dari metro. Sejenak - benar hanya sejenak - aku berharap sore ini adalah suatu sore di tahun-tahun masa mudaku. Belasan tahun yang lalu..

Friday, July 18, 2008

WANTED

.
Apa jadinya jika manusia meyakini bahwa dirinya terpilih untuk menjadi Tuhan bagi manusia lainnya?

Tanda-tandanya tampak begitu nyata. Kode-kode petunjuk yang melampaui batas nalar, kemampuan diri melebihi manusia kebanyakan, kenyataan-kenyataan yang menegaskan, hingga hasil selama ratusan tahun yang tampaknya mampu mewujudkan keseimbangan. Itu semua menjadikan keyakinan penuh, bahwa memang mereka ditakdirkan menjadi tangan takdir bagi manusia lain. Sampai saat tangan itu menjangkau dirinya sendiri..

Seribu tahun yang lalu, sekelompok penenun menemukan kode rahasia adi kodrati pada kain-kain tenunan tentang orang-orang yang kematiannya seolah layak untuk menyeimbangkan dunia. Lalu mereka berkesimpulan bahwa Tuhan telah memilih mereka menjadi eksekutor pencabut nyawa. The Fraternity, nama kelompok itu, menjadi kumpulan pembunuh tangguh atas nama kehendak Tuhan dan tujuan mulia. Hingga akhirnya seribu tahun kemudian, terbongkar fakta bahwa kode telah menuliskan takdir yang menghendaki kematian seluruh anggota kelompok the Fraternity.

Sikap merasa benar dan keyakinan sebagai orang-orang terpilih menjadi wakil Tuhan di dunia membuat mereka meragukan petunjuk bahwa kematian The Fraternity adalah ketetapan Tuhan untuk keseimbangan dunia.

Jadi untuk siapa sebenarnya petunjuk dari langit? Untuk menghakimi orang lain? Atau justru terutama untuk selalu menghakimi diri sendiri? Jika kode Tuhan dipakai untuk menunjuk orang lain maka saat petunjuk itu menuding hidung sendiri mereka yang telanjur merasa lebih benar diantara segenap umat manusia sadar atau tidak sadar akan menjawab: "fuck the code!".


******
Nobar sama Maya dan Iko.
Pas adegan-adegan penuh darah, Maya lebih banyak menunduk. Mungkin nggak suka melihat darah. Mungkin juga pas kebetulan sedang sibuk menikmati popcornnya. :)
Iko, kapan-kapan aku mampir ke workshopnya ya!
Thanks buat semua. Kapan nonton lagi?

Friday, June 6, 2008

FPI: DI MATA SEORANG WARGA NEGARA

.
Jemaah Ahmadiyah telah perpuluh-puluh tahun hidup dengan tenang berdampingan dengan warga negara lainnya.
Meskipun tahun 1980 MUI telah mengeluarkan fatwa tentang kesesatan Ahmadiyah, tak ada organisasi Islam termasuk organisasi besar NU dan Muhamadiyah yang terprovokasi dan merasa berhak untuk menghentikan hak hidup kaum Ahmadiyah di republik ini.

Islam menganggap kafir bagi pemeluk agama lain. Namun dahulu pemakaian istilah kafir sangat jarang disampaikan di ruang publik yang heterogen.

Dan sejak beberapa tahun yang lalu, kehadiran FPI dan beberapa organisasi keagamaan radikal menunjukkan sikap yang sama sekali berbeda.

FPI sering merasa tidak tenang, curiga, dan resah dengan dinamika umat yang menyembah Tuhan dengan cara lain, yang dianggapnya sesat dan kafir.
FPI merasa berhak untuk menghancurkan masjid Ahmadiyah dan membubarkan jemaahnya.
FPI menunjukkan bahwa main hakim sendiri adalah salah satu bentuk pembelaan kepada Islam.
FPI mempertontonkan murka dan kekerasan sebagai bukti kepatuhan kepada Islam.
Islam Indonesia yang santun dan toleran, kini ditampilkan dalam wajah keras dan senantiasa dalam suasana perang.

FPI telah memperkenalkan kepada saya dan seluruh warga bangsa ini, wajah Islam yang jauh berbeda dari yang dulu saya kenal.

Thursday, May 15, 2008

KEMATIANMU

.
De, kenapa siang ini aku terima telepon dari teman kita bahwa kamu telah meninggal dunia?
Apa artinya ini De?
Bukankah belum sebulan yang lalu aku meneleponmu, kutanyakan bagaimana keadaanmu, dan kamu bilang baik-baik saja?
Aku percaya itu De, karena tak ada yang berubah dari suaramu. Masih De yang dulu. Dan jelas kubayangkan segar parasmu meski telah bertahun kita tak bertemu.

Memang aku tak menanyakan penyakitmu. Bukan aku tak mau tahu. Justru aku sangat ingin tahu. Tapi apakah aku salah jika aku merasa tak enak untuk menanyakan langsung kepadamu?
Aku sangat terkejut waktu mendengar kau sakit kira-kira setahun yang lalu. Kucoba mencari informasi yang lebih jelas dari teman-teman yang lain. Semua terkejut. Namun nampaknya semua sama seperti aku: tersentak sebentar lalu mereda dan menghilang di tengah kesibukan masing-masing.

Maafkan aku ya De.. Karena tak ada yang aku lakukan selama kamu sakit.
Kamu yang mengirimi aku kartu Natal setelah beberapa bulan kita saling kenal.
Kamu yang memanggilku dengan nama berbeda dari teman-teman lain biasa memanggilku.
Kamu yang begitu baik kepadaku, saat aku bolos dan ternyata gurunya marah lalu mengadakan ulangan dadakan, kamu membuat dua lembar jawaban dan salah satunya kamu tulis namaku dan nomer absenku.

Hari-hari ini sejak berita kematianmu, kenangan itu muncul kembali dalam ingatanku.
Rasanya belum lama De.. Memang belum lama..
Toh kita masih sering jalan bersama di awal-awal kita sekolah di Bandung.
Dan kita masih sering mendengar kisah masing-masing dari temanku yang mengenalmu dan temanmu yang mengenalku
Akupun merasa kamu tak jauh karena aku bisa menemuimu atau setidaknya menelponmu kapan aku mau.

Tapi sekarang berbeda.. Mau tak mau harus kuyakinkan diriku bahwa sekarang telah berbeda..
Kulihat foto sayu di berita kematianmu.
Sudah sakitkah kamu waktu foto itu diambil, De?
Maafkan aku atas pertanyaanku yang terlambat..

Apakah arti kematian itu, De?
Tahukah kamu bahwa di bawah lapisan-lapisan keimanan yang terus dijejalkan kepadaku, sejatinya aku sungguh-sungguh tak tahu?
Apakah seperti hembusan angin malam yang melintas sekilas di redup taman kota waktu kita tergesa menyeberanginya?
Dingin sejenak lalu hilang entah kemana?
Ataukah seperti pijar api lilin yang begitu bersemangat menjilat-jilat lalu lenyap tanpa jejak saat sumbunya habis terbakar?
Dari ada lalu mendadak menjadi tiada begitu saja?

Aku benar-benar tak tahu.
Namun jika hidup adalah petualangan, dan setiap detik berikutnya adalah selalu petualangan baru yang untuk pertama kali kita alami, mengapa kematian harus mengakhiri petualangan itu?
Kamu beruntung De, karena setidaknya kamu bisa mempersiapkan petualangan barumu.
Dan kematianmu menyadarkanku bahwa setiap orang akan tiba masanya, sadar tak sadar, mau tak mau.
Selamat menikmati petualangan barumu De, aku yakin kamu bisa karena kamu telah menjalani perjalananmu di dunia ini dengan baik.
Aku disini berdoa untukmu. Entah ada atau tidak manfaatnya buatmu.
Tapi hanya itu yang aku mampu.
Dan terima kasih atas pertemanan kita selama ini.

Hidup ini singkat, tak peduli berapa lama kita menjalaninya.
Selamat jalan, De..

Wednesday, May 14, 2008

AKULAH TUHAN ITU

.

Ya Tuhanku
Senantiasa aku berseru
Engkaulah Tuhan yg Maha Besar
Tetapi kebesaranMu
Tak akan kuijinkan melampaui keyakinanku.

Ya Allahku
Aku memohon setiap waktu
Agar Kau tunjukkan jalan yang lurus
Namun jalan itu
Haruslah sama dengan tafsirku

Jika para nabi Kau istimewakan
Dengan Kau peringatkan segera jika berbuat kesalahan
Maka aku melebihi para nabi itu
sebab aku tak pernah salah

Karena telah bulat penuh keyakinanku
Hingga tak ada sedikitpun kemungkinan orang lain lebih benar dari aku
Dan tak ada tempat lagi bagi kebesaranMu
Selain hanya di mulutku

Karena sesungguhnya
Akulah tuhan itu

Tuesday, April 29, 2008

KARTINIKU

.
Kartini adalah inspirasi
Bagi jiwa-jiwa yang selalu gelisah, bertanya, mencari, dan bebas merdeka..
Sweetheart, will you be my Kartini?



Manado dandan Solo, Batak dandan Dayak, Solo dandan Minang. Hiduplah Indonesia Raya..!!



Rasanya waktu latihan nggak pake kesandung gitu tuh??



Biarpun cuma juara favorit III alias juara paling bawah, yang penting pulang bawa piala.. :D

Selamat yaa..!!

Monday, April 28, 2008

TOLERANSI ITU

(Untuk Anis, tanda terima kasih dan balasan atas sharingnya yang indah..)

.
Lebaran pertama pasangan beda agama.

Malam itu, malam lebaran pertama setelah kami menikah, terasa begitu biasa seperti malam-malam sebelumnya. Karena kami tinggal di kompleks perumahan baru yang masih sepi dan masjid terdekat terletak cukup jauh, tak terdengar suara-suara takbir. Tak ada masalah bagi saya, namun istri saya terlihat begitu gelisah. Kemudian ia mengajak untuk berkeliling di sekitar-sekitar kompleks. Mencari suasana, katanya. Saya menuruti saja apa kemauannya. Akhirnya suara takbir kami dengar cukup jelas setelah berjalan sekitar 4-5 km dari rumah.

Saya rasa istri sudah merasa puas saat ia mengajak pulang. Sampai di rumah, suasana sepi kembali menyelimuti. Saya mulai mengantuk lalu masuk kamar sambil membaca bacaan ringan pengantar tidur. Istri tampaknya masih di ruang tengah menonton TV karena saya dengar suara channel TV yang berubah-ubah. Tak lama ia menyusul masuk ke kamar. Tapi bukannya langsung tidur, ia menyetel radio, mencari-cari dan akhirnya menemukan salah satu stasiun radio yang terus menerus mengalunkan gema takbir.

Saya mulai terganggu. Mencari suara takbir di luar rumah, atau bahkan dari TV di ruang tengah, saya masih bisa terima. Tapi ini di kamar, ruang paling pribadi, saya juga harus terpaksa mendengarkannya? Kemana lagi saya harus menghindar? Saya tutup telinga saya dengan bantal, tak peduli apakah istri tersinggung karenanya. Dan begitu ia keluar untuk ke kamar kecil, segera radio saya matikan.

Sekembalinya dari kamar kecil, istri saya marah. Tak tahukah kamu betapa sepinya perasaanku di malam lebaran ini? Belum pernah aku merasakan malam lebaran sekosong ini, dan ketika suara takbir dari radio itu sedikit menenangkanku, malah kau matikan juga? Tidakkah sedikitpun kamu bisa mengerti? Katanya penuh emosi. Saya jawab dengan segera: Kamu mau keluar aku antar. Kamu mau setel TV silakan. Tapi sampai di kamarpun masih kau setel radio, tidakkah itu sudah berlebihan?

Istri saya menangis membelakangi saya yang mendadak merasa sesak dan berkecamuk tak menentu. Tak tahu lagi apakah saya harus tetap merasa benar atau menyesal dan membenarkan kata-katanya. Akhirnya saya mencoba untuk tidur, meskipun sama sekali tak mudah karena suara isak tangis yang tak juga reda. Seperti apa nanti sisa hidup yang akan kujalani? Apakah aku benar-benar siap menghadapinya?

***

Pagi hari saya sudah berdandan rapi lalu duduk di ruang tamu menunggu istri saya yang sedang sholat Id di halaman sport center kompleks perumahan, sambil merenungkan kejadian semalam. Saya merasa sudah cukup banyak bertoleransi. Sebagai orang yang menyembah patung, saya membayangkan suatu saat jika punya rumah sendiri maka saya akan pasang salib di seluruh ruangannya, dan patung Bunda Maria di beberapa sudutnya, sebagaimana dulu di rumah orang tua tempat saya dibesarkan dan selalu merasa aman dalam lindungan Tuhan. Tetapi nyatanya itu tak saya lakukan, hanya ada satu salib kecil di ruang kerja saya. Itu karena saya menenggang perasaan dia. Saya juga selalu mendukung dan menemani sebisanya untuk semua ritual keagamaan yang dia lakukan. Maka jika semalam sesekali saya merasa terganggu, tak perlulah ia sedemikian marah.

Lalu saya mulai memikirkan pengorbanannya untuk bisa menjalani pernikahan seperti ini. Istri saya adalah seorang yang tegar dan rela meninggalkan keluarganya demi keyakinan bahwa keputusan untuk menikah dengan saya adalah keputusan yang benar. Saya yakin bukan sekedar karena cinta, tapi karena keyakinannya bahwa hanya ada satu Tuhan untuk semua, dan Dia yang paling mengetahui niat seseorang. Jelas saya mengagumi dan berdiri di sampingnya. Karena jiwa yang telah bebas tidak bisa dikurung oleh pemahaman manusia-manusia lain dalam hubungannya dengan Sang Pemilik Segala Jiwa.

Saya menjadi malu. Jika saya mengaku sebagai pengikut seorang manusia yang memancarkan cahaya Tuhan, dan Dia sendiri selalu mengingatkan untuk mampu melihat Allah dalam segala hal: dalam diri raja yang bijaksana, orang tua yang welas asih, petani yang tekun, gembala yang penuh cinta, juga pada kaum musafir dan fakir miskin, kemudian bahkan akhirnya saya merasa bisa merasakan kehadiranNya pada patung-patung itu, mengapa saya tidak mampu melihat Tuhan dalam diri istri saya dan gema doa-doa yang memuliakan namaNya?

Saya yang selalu mengaku pluralis dan toleran, pagi ini merasa masih harus banyak belajar tentang toleransi. Dalam ilmu metrologi yang pernah saya pelajari, toleransi berarti kesalahan pengukuran yang masih bisa diterima. Tetapi dalam kasus kami, toleransi seperti itu tidaklah cukup. Diperlukan toleransi tingkat tinggi yang berarti menerima dan menghargai keindahan dari keyakinan orang lain. Sebagaimana sebuah sabda yang seharusnya menjadi dasar pluralisme dan penghormatan tulus: Mereka yang tidak memusuhiKu, maka mereka bersamaKu.

Di pintu pagar saya lihat istri saya baru pulang. Ia tampak cantik sekali dengan celana jeans dan baju lengan panjang warna biru berselempang selendang warna biru muda. Mungkin karena potongan rambutnya yang baru. Mungkin pula karena dia sedang berbahagia. Ia tertawa saat saya minta untuk mencium lutut saya. Kami berpelukan sebentar lalu bersiap-siap mengunjungi rumah orang tuanya, dengan harapan lebaran ini menjadi awal hubungan silaturahmi keluarga yang hangat seperti dulu. Namun jika belum sekarang, mudah-mudahan masih ada lebaran-lebaran mendatang untuk kami coba lagi. Dan ada yang lebih penting. Banyak yang harus kami pelajari dan coba lagi dalam menjalani rumah tangga kami sendiri. Semoga setiap peristiwa adalah pelajaran-pelajaran kecil yang bisa kami lewati untuk semakin mampu menjadi dewasa dan bahagia. Toh, apapun jalan yang kita pilih, hidup seharusnya selalu dibuat indah dan membahagiakan bukan?

Sunday, April 20, 2008

MATEMATIKA DAN KEHIDUPAN

.
Apakah logika matematika mampu menjawab seluruh problematika hidup?

Siang itu sekitar jam satu, anak saya yang belum genap berumur lima tahun baru pulang dari sekolah TK A. Setelah salin baju, segera ia membuka tasnya, mengambil buku, lalu duduk serius di meja belajarnya. Saya yang kebetulan hari itu sedang bekerja di rumah, bertanya apa yang ia kerjakan. Dan saya sungguh terkagum-kagum: anak itu tak sabar ingin mengerjakan PR matematika.

Ibunya menjelaskan, memang anak saya sering terlihat sangat menikmati belajar matematika, melebihi pelajaran-pelajaran lain. Saya tersenyum bangga. Semoga anak ini akan jauh lebih hebat dari orangtuanya.

"Dua ditambah tiga berapa Pak?"
"Eee.. Sebelas!"
"Hahaha.. salah! Lima!"
"Masa sih? Oo.. iya ya.."

"Kalo enam ditambah tiga?"
"Hmm.. Dua belas?"
"Hahahaha.. salah lagi! Sembilan dong yang bener.."
"Bentaaar.. Tujuh.. Delapan.. Sembilan.. Oo iya sembilan.. Hehehe.."
"Hahaha.."

Sewaktu kecil, saya juga termasuk penggemar pelajaran matematika diantara rata-rata teman sekelas. Saya memang menikmati belajar matematika. Mulai dari pelajaran sekolah, sampai buku-buku kakak tentang teka-teki angka dan logika, metode-metode untuk menghitung cepat, game-game tentang matematika, dan lain-lain. Hasilnya juga lumayan. Nilai Ebtanas Murni saya untuk mata pelajaran matematika sepuluh koma nol nol. Meski masih jauh dari level luar biasa, saya sependapat dengan jawaban Will Hunting dalam film Good Will Hunting ketika ia ditanya pacarnya mengapa ia suka memecahkan penurunan rumus-rumus rumit. Jawabnya -- mengambil contoh dari kegemaran sang pacar bermain piano -- ia beranalogi bahwa meski bagi sebagian orang piano hanyalah deretan kayu-kayu berwarna putih dan hitam, bagi pianis dan pemusik ia tampak seperti benda yang merangsang, menggelitik, dan menantang untuk memainkan atau membuat komposisi musik yang indah.

Saya mengalami bahwa kegemaran pada matematika mampu membangkitkan percaya diri. Bahkan waktu itu saya yakin, hidup akan lebih mudah dengan kemampuan logika matematika yang tinggi. Meski hal itu ada benarnya, namun perjalanan waktu menyadarkan bahwa itu hanyalah sebagian kecil dari ilmu kehidupan yang harus dipelajari. Logika matematika belum juga mampu menjelaskan hal-hal seperti sifat-sifat manusia yang begitu beragam, sejarah dan masa depan yang tak pernah terang benderang, keindahan alam semesta, puisi, dan lukisan, atau rasa jatuh cinta dan cemburu yang seringkali tak masuk akal. Logika matematika tak juga sanggup menjabarkan dengan gamblang tentang Tuhan. Tuhan yang berwujud Dewa-Dewa, Tuhan yang beranak maupun tak beranak, Tuhan yang menjadi awal dan akhir dari segala hal. Semua tak ada yang masuk akal jika dibandingkan dengan logika matematika. Kecuali hanya didekati dengan asumsi, kesepakatan bersama, dan terkadang dengan kekuasaan. Entahlah jika nanti akan tiba suatu masa dimana segala aspek kehidupan dan keterkaitannya bisa diuraikan dengan rumus-rumus matematika yang super kompleks. Namun hari ini dan beberapa tahun mendatang, hal itu barulah sekedar imaginasi yang melampaui logika matematika termutakhir.

"Pak, tujuh ditambah tiga berapa? Tahu nggak?"
"Gampaaang.. Dua belas kaaan.."
"Salah! Sepuluh dong! Bapak ini iseng atau beneran nggak tahu sih??"

Hahahaha... Saya benar-benar tertawa geli. Bisa jadi bapakmu ini memang iseng. Tapi jawaban itu bisa benar bila menggunakan sistem bilangan tertentu. Kamu tak akan pernah tahu pikiranku. Masih banyak yang harus kamu pelajari nak. Dan jika nanti logika matematika tak juga mampu menjawab dan memuaskan persoalan-persoalanmu, beri sedikit waktu untuk merenung, meresapi, dan berempati. Hingga muncul jawaban dari hatimu -- entah benar atau salah, entah logis atau tidak, entah permanen atau sementara -- yang akan menuntun perjalanan hidupmu menjadi manusia yang sebenar manusia. Yang konon katanya berbudi, selain berakal.

Thursday, April 17, 2008

IMAGINE


.

bayangkan jika ternyata keyakinan kita sama sekali tidak lebih benar dari mereka
bayangkan jika kebencian kita tak lolos dari kewajiban pertanggungjawaban
apa yang akan kita katakan pada Sang Hakim nanti di pengadilan final?

untuk mereka yang keyakinannya dikriminalkan
oleh saudara-saudara sebangsanya
bahkan juga oleh pemerintahnya

Tuesday, April 15, 2008

HANNY

.
Hanny, teman yang saya kenal di tempat kos saya dulu, adalah seorang waria.

Itu jelas bukan nama sebenarnya. Tapi hanya itu yang saya ingat, sedangkan nama aslinya sudah lupa sama sekali. Badannya tinggi langsing, rambutnya sebahu berwarna terang. Kulitnya langsat khas orang seberang. Payudaranya menonjol seperti perempuan, berdandan dan berpakaian seperti perempuan. Perempuan yang seksi. "Tapi barangku masih ada lho mas.. Masih takut operasi. Bukan takut sama dokter, tapi takut sama nyokap.. hahaha..". Orangnya selalu riang. Keriangan yang membuat saya akhirnya berani ngobrol dengannya, bersama-sama teman kos yang lain. Dengan catatan, tangannya harus tetap di tempat semula, nggak boleh colak-colek. Candaannya yang sering nyerempet-nyerempet, membuat suasana sore di kos selalu meriah. Tampaknya Hanny juga bahagia bila berhasil menyenangkan teman-temannya.

Dulu waktu tinggal di Bandung, saya beberapa kali melihat waria-waria mangkal di Taman Maluku dan di jalan Sumatra. Atau bahkan sering berada dalam satu angkot dari Dago Atas. Tapi saya tak pernah memperhatikan atau mempertanyakan. Hanny yang membuat saya memikirkan tentang waria.

Pada suatu sore, ketika berkesempatan ngobrol berdua, saya bertanya kepadanya, apakah dia nggak mau berusaha mengubah orientasi seksualnya menjadi normal seperti laki-laki kebanyakan. Jawabnya, "Coba mas bayangin.. Yang serius yaa.. Coba bayangkan mas lagi begituan sama aku..". Saya terperanjat dan sedikit menggeser posisi duduk saya menjauhinya. "Kamu jangan ngomong gitu Han.. Geli aku dengernya.. ". Hanny berkata lagi, "Emang gimana perasaannya mas? Geli? Jijik? Eneg? Merinding?". "Ya iyalah.. Kamu kan tahu aku normal." jawab saya. Hanny tersenyum, katanya, "Jadi kalo mas mau tahu kenapa aku nggak mau berubah, ya karena perasaan yang sama persis dengan yang mas bayangkan sekarang..". Saya diam saja. Perasaan merinding masih belum hilang. Terdengar Hanny tertawa, "Tapi mas jangan takut.. Bukan berarti kalau aku suka sesama jenis terus sama semua cowok aku mau. Mas sih bukan tipeku. Nggak level.. hahahaha..". Saya meringis sambil garuk-garuk kepala.

Pernah saya baca dalam jurnal ilmu pengetahuan, bahwa homoseksualitas bisa dikarenakan guncangan psikologis yang hebat. Tapi banyak juga karena faktor genetis, yang berarti memang ada orang-orang yang terlahir membawa sifat homoseksual. Dan karena secara alamiah pasangan sejenis tidak memungkinkan menghasilkan keturunan, maka seleksi alam seharusnya membuat kaum homoseksual akan semakin langka dengan sendirinya karena tak bisa mewariskan sifatnya pada generasi berikutnya. Namun jurnal ilmu pengetahuan hanyalah hasil pemikiran manusia. Ia tidak suci. Tidak seperti kitab-kitab yang diyakini suci sejak dituliskan. Dalam kitab-kitab itu konon disebutkan bahwa homoseksualitas adalah perbuatan dosa yang harus diluruskan, dengan cara bertobat, menikah dengan lawan jenis, lalu beranak pinak. Itu kalau tak mau dicap layak mendapat murka Tuhan.

Saya membayangkan jika hidup dalam dunia paralel, dimana saya yang hanya menyukai lawan jenis ternyata dianggap tidak normal oleh masyarakat luas dan kitab-kitab suci. Sementara orang-orang yang merasa mendapat otoritas jadi wakil Tuhan di dunia itu menjadi semakin kuat, dan merasa berhak memaksa saya untuk berubah atau menimpakan amuk Tuhan melalui mereka. Saya bergidik lagi, sambil bersyukur bahwa Tuhan tidak memberikan cobaan seberat itu kepada saya.

Minggu ini saya membaca tulisan-tulisan yang mengecam seorang ulama karena beliau membela hak-hak kaum homoseksual. Setelah delapan tahun sejak meninggalkan tempat kos itu, kembali saya teringat Hanny.

Friday, April 11, 2008

DUNIA MATRIX

.
Apa makna waktu, jika ia tak lagi membagi peristiwa menjadi kenangan, kenyataan, dan harapan?

Hukum alam adalah hukum tentang keteraturan. Buah apel yang jatuh dari pohon dan lintasan gerak peluru adalah serepih keteraturan yang telah mampu diurai. Akurasinya akan terus meningkat dengan terus mencermati lebih detail faktor-faktor lain yang sedikit banyak mempengaruhi. Viskositas dan perubahan tekanan udara, kepresisian pengukuran konstanta gravitasi, kecepatan awal, sudut elevasi, dan sebagainya.

Kemudian bagaimana peristiwa jatuhnya buah apel dari tangkainya adalah akibat dari akumulasi hukum keteraturan. Tentang peningkatan berat dan kematangan melalui proses faal tumbuhan, kecepatan angin yang menggerakkan buah tersebut lalu menghasilkan gaya inersia yang ditambahkan pada beratnya, proses penuaan dan titik lelah tangkai pengikat yang terlampaui oleh beban, dan beberapa faktor lainnya.

Secuil ilmu akan menggugah kesadaran atas kuasa manusia menyingkap rahasia setiap peristiwa. Diawali dari pertanyaan demi pertanyaan, semua menuju pada satu kesimpulan: hukum alam -- atau hukum Tuhan -- adalah kumpulan rumus-rumus yang membuat segala sesuatu berjalan sedemikian runut, tanpa terkecuali, tanpa anomali. Saksikan keindahan container yang hancur terlipat karena benturan teramat keras. Meski nampak berantakan, dalam adegan lambat akan terlihat bahwa semua adalah proses mekanika, dimana energi impak mendeformasi plastis bagian-bagian container secara serempak. Perhatikan pula bagaimana keputusan seseorang untuk pergi ke kamar kecil, adalah ujung dari mata rantai peristiwa reaksi atas rangsangan terhadap makanan dan minuman yang menyebabkan kandung kemih dipenuhi cairan dan memberikan sinyal ke otak melalui syaraf. Dimana letak pembenar bahwa keputusan untuk buang air adalah pilihan?

Segala sesuatu adalah runtutan sebab akibat. Meski tidak selalu segaris dan paralel, meski kadang saling bertumpukan dan saling berkaitan dalam kompleksitas. Tak ada lagi kebetulan, tak ada lagi kehendak bebas. Tak ada lagi penyesalan, tak ada lagi harapan. Tak ada pilihan, tak ada keteracakan. Semua rahasia terpapar jelas. Semua hal telah selesai, tunak, mutlak, dan diam. Umat manusia adalah boneka-boneka dengan setetes anugerah maya yaitu akal budi dan kuasa yang memabukkan. Pencerahan membuat manusia semakin menjadi Tuhan; jikalau Ia adalah benar penyebab segala awal. Dan sedikit demi sedikit mulai menguak tabir pekerjaanNya: menakjubkan, sekaligus membosankan.




(The Matrix: Trilogy; salah satu trilogi film terbaik sepanjang sejarah umat manusia)

BANTUAN IYUL

.
Iyul, pembantu di rumah saya, pamit berhenti bekerja karena akan menikah.

Malam itu istri saya marah-marah. Gara-garanya Iyul, pembantu rumah kami, mendadak pamit berhenti bekerja karena akan menikah dengan tukang sayur keliling setelah berpacaran hampir setahun. Dulu memang Iyul pernah berjanji baru akan berhenti setelah lebaran tahun ini. Tapi ternyata calon suaminya sudah tidak sabar ingin cepat kawin bulan depan dan diam-diam mereka berdua sudah mengurus surat-suratnya.

"Aku benci banget sama si tukang sayur itu. Soalnya Iyul tuh selalu nurut kalo aku bilangin. Tapi setelah ketemu pacarnya, pasti berubah pikiran. Nyebelin banget tuh tukang sayur!"

Saya diam mendengarkan. Tepatnya, pura-pura mendengarkan. Karena berdasarkan pengalaman, jika terpancing untuk berkomentar, pasti istri akan berbalik memarahi saya. Kamu enak aja ngomong! Kamu kan nggak tahu urusan rumah! Akhirnya saya hanya mengingatkan. Pertama, kita tidak boleh menghalangi hak dia. Dan kedua, perpisahan ini harus baik-baik, mengingat jasa Iyul selama ini kepada keluarga kita.

Istri masih nerocos saat saya mulai memikirkan tentang Iyul. Waktu pertama dia datang, anak saya baru berumur beberapa bulan. Itu kira-kira empat tahun yang lalu. Sebelum mulai bekerja, istri menasehati Iyul agar bekerja dengan rajin dan jujur. Dan ia menjawab, "Iya Bu saya tahu. Saya kan lulusan pesantren.". Dan ternyata itu bukan sekedar jawaban. Selain terbukti bahwa kejujurannya tidak perlu diragukan, ia juga selalu bekerja dengan gembira, terlihat dari hasil pekerjaannya yang rapi bahkan kadang-kadang mengejutkan karena waktu luangnya sering diisi dengan merapikan sudut-sudut dan barang-barang yang sering terabaikan.

Selain itu ia juga suka dengan anak kecil, pintar mengambil hati dan bermain-main dengan anak saya. Meskipun anak sepenuhnya tanggung jawab istri, namun Iyul banyak sekali membantu mengurusi. Tidak seperti anak tetangga yang sering menangis teriak-teriak jika sesekali ditinggal orang tuanya, anak saya gampang sekali ditinggal jika sedang bermain dengan Iyul. Di hari minggu Iyul libur. Tapi hanya sesekali ia keluar rumah berkunjung ke saudaranya atau jalan-jalan dengan temannya. Lebih sering ia di rumah. Membaca atau menulis entah apa. Memang tidak semua saya saksikan sendiri, melainkan cerita dari istri. Tapi saya juga merasakan suasana rumah yang selalu rapi dan sering melihat anak saya bercanda dengan pembantu kami ini.

Kemudian saya membayangkan, jika saya menjalani hidup seperti Iyul. Meskipun saya menyukai pekerjaan saya, pasti akan terasa bahwa segala sesuatu menjadi datar dan membosankan. Seperti berjalan menyusuri rel tak berujung. Oleh karena itu saya sangat memahami ketika seorang tukang sayur mengajaknya menikah dan membina rumah tangga baru, Iyul serta-merta mengiyakan dengan bersemangat. Tawaran petualangan yang menggairahkan! Iyul belum genap berusia 20 tahun. Si tukang sayur juga baru 22 tahun (ini saya lihat dari fotokopi KTP-nya saat istri melakukan fit and proper test). Terasa ada yang aneh, ketika saya sedikit mengkhawatirkan masa depannya. Akankah harapannya tentang kehidupan yang lebih indah, yang disambut dengan penuh hasrat, akan berjalan sesuai rencana? Akankah calon pasangan muda itu berhasil mengatasi dan memahami persoalan-persoalan yang akan muncul dalam mengarungi hidup berumah tangga?

Pagi itu sang calon suami sudah menunggu di depan rumah. Ia akan mengantar Iyul pulang kampung untuk mempersiapkan pernikahan bulan depan. Saya lirik penampilan mas tukang sayur: datang dengan sepeda motor dan menggenggam handphone. Mudah-mudahan ini menggambarkan tingkat kesejahteraannya. Saya lihat Iyul menciumi anak saya, yang tiba-tiba terlihat menjaga jarak. Mungkin anak kecil ini sedang merasakan suasana perpisahan yang belum pernah ia alami. Istri saya berlinang air mata sambil menyalami. (Mengenai istri saya, dia memang cengeng, gampang sekali menangis). Kemudian Iyul berpamitan dan mohon maaf kepada saya jika selama bekerja ia melakukan kesalahan (mendadak terlintas peristiwa bertahun lalu ketika ia merendam handphone baru saya yang ada di kantong celana.. Ah, sudahlah..). Begitu banyak kalimat di mulut yang ingin saya sampaikan, tapi hanya terima kasih dan permintaan agar sering-sering memberi kabar dan menengok anak saya yang saya ucapkan. Saya baru sadar bahwa memang selama ia tinggal disini, saya hampir tidak pernah berbicara dengannya.

Selamat menempuh hidup baru Yul.. Semoga bahagia dan selalu diberkahi Tuhan. Terima kasih atas bantuanmu yang tak terkira selama ini. Dari yang sudah saya ketahui, sampai yang baru saya rasakan setelah kamu pergi (beberapa hari ini saya tidak ganti kaos kaki karena pembantu yang baru tak merasa harus mengganti kaos kaki dekil di sepatu saya dengan kaos kaki bersih..).

Sunday, March 30, 2008

NURANI BERAGAMA

.
Apa yang diajarkan dalam pendidikan agama sekarang ini?

Masihkah disampaikan bahwa saling mengasihi dan menghormati sesama manusia adalah intinya?
Masihkah 'tolong', 'maaf', dan 'terima kasih' adalah kata-kata yang menurut ajaran agama seharusnya paling sering diucapkan?
Masihkah terus-menerus diingatkan, bahwa peka terhadap penderitaan sesama adalah awal dari amal kebaikan yang tak akan dilupakan Tuhan?
Dan masihkah taat beragama berarti menjaga hati dari kebencian, kesombongan, dan nafsu menghakimi?

***

Indonesia sedang dilanda banyak persoalan. Korupsi tak kunjung henti karena integritas pemimpin berada di titik nadir, fenomena alam menjadi bencana tak teratasi, kemiskinan yang membunuh ibu dan anak-anaknya mulai menjadi gejala sosial, dan masih banyak lagi. Kelompok fundamentalis agama sering meneriakkan kesimpulan cepat, bahwa semua adalah hukuman Tuhan karena bangsa ini meninggalkan aturan-aturanNya. Saya mencemaskan diri saya sendiri karena mulai berpikir jangan-jangan mereka benar.

Allahku, ya Allahku, mengapa Engkau meninggalkan bangsaku?


(refleksi pribadi dari sebuah diskusi di satu milis)

Friday, March 28, 2008

WASPADA PERCERAIAN

.
Al dan De bercerai. Pasangan yang kemesraannya membuat iri teman-teman sejak dari kuliah, dan aroma 'til death do us apart'-nya sudah tercium jauh sebelum mereka menikah, akhirnya bersepakat memutuskan berpisah.

De sudah jadi pejabat. Mungkin malu punya suami yang lebih suka jadi pengusaha kecil yang bisnisnya supply dagangan ke pasar-pasar tradisional.

Fa dan Er juga bercerai. Er memutuskan menikah dengan janda selingkuhannya meski Fa sudah berkali-kali memaafkan Er asal dia mau berhenti selingkuh dan kembali ke keluarganya.

Fa terlalu muda dan riang untuk Er yang dewasa dan selalu serius. Mungkin juga karena situasi pekerjaan yang membuat mereka sering berjauhan.

Aku juga punya cerita. Temanku Yo menceraikan Iv begitu saja. Tanpa detail penjelasan. Yo memohon pengertian Iv untuk mau berpisah karena dia sudah capek bertahan pada sesuatu yang kian lama kian disadari bahwa ide yang mendasarinya adalah kekeliruan semata, meski dia tak mampu menjabarkan dengan jelas. Dan Iv menyetujuinya. Bisa jadi karena terpaksa pada awalnya. Tapi kini diapun akhirnya berbahagia setelah berhasil membiarkan kesadaran mencerahkannya. Setidaknya begitu ceritanya kepadaku.

"Kenapa ya kok jadinya pada begitu?"

Demikian pertanyaan teman saya, saat kita ngobrol berdua tentang masa lalu dan hari ini. Mungkin dia sebenarnya bertanya pada dirinya sendiri. Tapi saya merasa perlu menjawab.

"Ya harus gimana lagi.. Perkawinan, sebagaimana keputusan-keputusan lain yang tiap kali harus kita ambil, juga bisa salah. Kita tak akan pernah tahu persis apa masalah mereka. Tapi mungkin mereka sudah sangat yakin akan kesalahan keputusannya lalu menguatkan diri untuk memilih jalan yang dirasa lebih benar. Hidup cuma sekali toh?"

"Bukankah perceraian dibenci? Bahkan ada yang mengharamkan?"

"Mungkin saja. Tapi gimana kalo pasangan kita sudah jelas-jelas nggak berminat lagi dengan kita? Atau sebaliknya? Dan apa gunanya janji akan surga, yang masih berupa harapan tanpa kepastian, sementara neraka yang dihadirkan saat ini begitu nyata?"

Lalu perdebatan-perdebatan kecil terjadi. Kadang-kadang karena memang ada perbedaan pemikiran dan cara pandang terhadap kehidupan dan aturan-aturannya, tapi lebih sering malah prinsip asal beda supaya suasana menjadi lebih riuh.

"Ah, sudahlah.. Bosan aku membicarakan perkawinan nggak ada ujungnya. Yang penting ada keterbukaan sama pasangan, trus hubungan dibawa asyik terus, menurutku sudah cukup. Eh, gimana kalo kita kumpul-kumpul lagi sama temen-temen lama? Kita undang aja ketemuan di Bandung gitu. Setuju nggak?"

"Ayo.. Aku mau banget! Kalo perlu bawa juga pasangan masing-masing biar saling kenal."

"Gak usah! Malah nggak asik!"

"Hmm.. Tanda-tanda nih.."

"Hahaha.."


Pertemuan sore itu lumayan menyegarkan pikiran. Bertemu dan ngobrol dengan teman lama memang selalu membawa kegairahan tersendiri, meski topiknya sedikit menjadi ganjalan dan membuat tercenung. Saya berniat langsung kembali ke Jakarta seusai pertemuan tersebut, saat dering telepon mengagetkan lamunan. Ternyata anak saya yang menelepon.

"Cepet pulang ya Paaak.. Nanti Bapak pasti kaget.. hihihi.."


Sambil berbisik di telepon istri saya menjelaskan bahwa anak saya hari ini berlatih keras melancarkan permainannya 'Ode to Joy' dan 'Good Morning' untuk dipamerkan ke bapaknya. Terbayang wajah anak saya yang bulat dengan mata nakal berkilat. Dan isteri saya yang meski sering tak sabar menghadapi anaknya namun begitu jelas cintanya. Saya tak bisa menggambarkan perasaan apa yang muncul dalam hati, tapi segera saya balik lagi masuk kota untuk membeli oleh-oleh.

"Tumben banget perhatian.. Nggak dipesenin tetep beli oleh-oleh. Biasanya dipesenin aja nggak pernah inget.."

Istri saya mengucapkan terima kasih dengan gaya bercanda. Saya diam saja. Memang biasanya sejauh apapun saya pergi, tak pernah saya membeli oleh-oleh kalau tidak ada pesanan yang jelas. Tapi hari ini saya sedang waspada akan bahaya kehilangan. Dan saya tak mau menunggu itu benar-benar terjadi sebelum bisa menghargai dan mempertahankan apa yang telah saya miliki. Jadi perhatian kecil ini bukan buat kamu. Ini adalah pamrih untuk sedikit menambah sisi baikku. Untuk jadi sekedar tambahan bahan pertimbangan, jika nanti -- aku belum bisa membayangkan apa itu tapi tetap saja mungkin terjadi -- suatu saat kamu berada pada posisi kebimbangan untuk melanjutkan perkawinan ini atau meninggalkanku..

Wednesday, March 26, 2008

NARSIS AKUT

.
Cantik -- dan ganteng -- kata orang itu relatif. Maka kali ini mohon ijinkan saya untuk sejenak berbahagia menikmati relativitasnya.

Setelah entah kapan terakhir hal seperti ini pernah terjadi, kemarin dalam pertemuan bisnis kurang lebih satu jam, seorang perempuan memuji saya sebanyak tiga kali.

Ada juga ya cowok manis ngurusin bisnis begini.. Hihihi..
(satu)
Kok kamu beruntung banget bisa dapat partner bagus sih? I think it's because you're good looking.. Hehehe..
(dua)
Aku paksain dateng nih karena nggak enak sama oom X.. Untung ketemunya pemandangan menarik.. Hahaha..
(tiga)

Sebenarnya telinga saya agak risih mendengar logika di sela tawa si mbak ini. Dan rasanya juga kurang nyaman dipanggil 'kamu' oleh perempuan yang saya yakin tidak lebih tua dari saya. Tapi saya tidak mau merusak suasana. Ini adalah sore yang cerah dimana saya adalah remaja yang sedang berbunga-bunga karena di antara sekian (seratus? dua ratus? seribu? entahlah..) wanita, dan setelah sekian lama (lebih dari lima tahun seingat saya), akhirnya saya beruntung mendapat kesempatan bertemu dengan satu orang yang ada sesuatu di matanya hingga bisa melihat keindahan pada diri saya. Kata-kata dan bahasa tubuhnya menyenangkan. Penampilan fisik dan wangi parfumnya juga menyegarkan. Jadi mending berprasangka baik: si mbak memang humoris dan benar-benar menganggap saya masih muda.

Sampai di rumah saya melihat diri sendiri di depan cermin. Lalu saya tanya istri apakah saya ini ganteng atau tidak. "Enggaaaaak.." jawabnya dengan gaya menjengkelkan. Tapi kali ini tak mempan. Saya tetap tersenyum menikmati cermin. Saat merapikan rambut, saya tersadar bahwa uban di kepala ternyata sudah cukup banyak tersembunyi di sela-sela rambut hitam. Mana panjang-panjang sebahu mirip nenek-nenek di kampung. Waduh! "Kamu bisa nyemir rambut? Tolong dong banyak uban nih.." kata saya kepada istri. "Bisa dong." jawabnya. "Dari dulu aku tawarin kamu nggak mau. Katanya uban lambang kebijaksanaan.. hahaha.."

Hmm.. Ganteng dan bijaksana.. What a combination! Saya tersenyum puas di depan cermin sambil mengelus-elus rambut. "Kenapa nyengir sendiri? Kayak orang gila.. " kata istri. Gila? Kok saya jadi agak tersinggung ya? Atau mungkin saya memang dalam proses gila? Wong baru dipuji satu orang, itu juga belum tentu serius atau bercanda, dan bisa jadi semua cowok yang baru dikenal dia puji ganteng, lha kok sudah narsis akut merasa ganteng sekelas Brad Pitt. Ah biar sajalah. Ada kesempatan narsis kenapa harus dilewatkan. Tapi mendadak dada saya jadi deg-degan mengingat rencana pertemuan lanjutan dengan si mbak humoris dan wangi minggu depan. Mudah-mudahan deg-degan ini adalah tanda bahwa saya belum benar-benar gila. Mudah-mudahan..

Sunday, March 23, 2008

BUMI DAN MANUSIA



.
Manusia -- meski cepat atau lambat akan menemui ajalnya -- selalu berusaha memanjangkan usia. Tidakkah demikian pula kewajibannya terhadap bumi?

Seiring waktu yang berjalan lurus tak terbengkokkan oleh kesadaran, iman, agama, pemikiran, maupun imajinasi, bumi terus menua. Dan merenta. Sebagaimana penghuninya, ia adalah bagian dari kehidupan fana yang harus berujung pada kematian. Maka kecemasan, jika ada, seharusnya bukanlah sekedar naluri survivalitas, tetapi adalah bagian dari moralitas yang didasari keyakinan bahwa kematian semesta bukanlah akhir perjalanan.

Bumi semakin rapuh. Potensi energinya diubah menjadi tenaga penghancur yang membakar dirinya sendiri. Kesuburannya merosot eksponensial terhadap waktu disesap akar-akar tanaman yang dikonsumsi kerakusan manusia baik secara langsung maupun melalui binatang ternak dan produksi energi alternatif. Pembabatan hutan besar-besaran menurunkan tajam produksi oksigen bersamaan dengan suhu yang memanas terjebak dalam atmosfer yang kian tercemar. Manusia mempercepat kematian bumi. Namun bisakah ini semua dihentikan? Ketika Thomas Alfa Edison -- penemu listrik -- wafat, dan dunia berniat sejenak berhenti memakai listrik untuk menghormatinya, mereka baru sadar bahwa listrik kini bukan lagi sekadar temuan melainkan alat pacu jantung bagi kehidupan masyarakat modern agar tetap bisa selalu berdenyut.

Maka bumi dan manusia memang hanya sedang menjalani takdirnya, meski ini adalah kenyataan yang tidak nyaman. Namun toh takdir tak seluruhnya misteri. Hukum Tuhan terbuka atas kemungkinan disingkap helai demi helai untuk mengintip secuil kemungkinan masa depan. Bahkan anjingpun bisa lebih dulu lari sebelum anak-anak mengayunkan batu ke arahnya, dan monyet bisa menghindarkan kepalanya dari buah kelapa yang jatuh ditarik gravitasi ke tanah. Oleh karenanya manusia -- saya dan anda --berkewajiban untuk terus berupaya menawar takdir waktu kematian. Baik kematian diri maupun generasi penerus. Juga kematian bumi yang diinjak bersama. Bukan untuk keabadian, sama sekali bukan. Tapi lebih kepada mengejawantahkan dan mengoptimalkan rasa syukur atas segala kenikmatan, dan pertanggungjawaban iman kalau-kalau nanti Sang Pencipta mempertanyakan.

Stop global warming. Keep mother nature green. For our children.

Wednesday, March 19, 2008

AGAMA PARA SAHABAT

.
Sudah sangat lama saya mengenalnya. Mungkin sejak saya mengenal diri saya sendiri. Ia ada dalam diri kawan-kawan kecil sepermainan, ada juga sebagian saudara. Tapi seingat saya, saat itu tak pernah saya serius memikirkan perbedaan itu kecuali dalam kacamata riang. Bermain air wudu bersama, tidur-tiduran di masjid yang adem, sewa komik ramai-ramai sambil menunggu buka, dan ikut-ikutan antri kolak. Tak ada yang bertanya. Dan tak ada pula yang saya tanyakan.

Hingga saat SMA, sahabat saya seorang arab keturunan Yaman bertanya. "Menurut agamamu, aku bisa masuk surga nggak?". Saya jawab bercanda,"Asal kamu nggak kebanyakan baca cerita porno dan nonton BF, ya aman lah..". Tapi dia masih serius. "Sebaiknya kamu masuk Islam." katanya setelah beberapa saat. "Kenapa?". "Karena dengan beragama Islam, kedua agama akan menyetujui kamu bisa masuk surga". Saya bingung. Logika yang aneh. Tapi saya tak sempat memikirkannya. Waktu itu saya belum tertarik surga akhirat. Surga buat saya adalah liburan atau bolos sekolah, main basket, genjrang-genjreng main gitar ramai-ramai, boncengan naik motor bersama teman perempuan, nonton bioskop, dan sesekali nonton BF, ramai-ramai juga. Kelak saya akan mengetahui bahwa keraguan sahabat saya itu tak akan pernah mampu mengubah pikiran keagamaannya yang moderat dan tidak sekaku itu. Demikian juga banyak teman-teman muslim yang lain. Disisi lain, nanti saya akan menyadari bahwa logika tersebut ternyata sama sekali tidak lebih aneh dari logika sebagian umat yang berkeyakinan sama dengan saya.

Dalam proses menuju pendewasaan, saya mulai mengamati bahwa perdebatan-perdebatan soal agama memang riuh adanya. Sesekali saya tertarik mengikuti. Ikut belajar. Kadang-kadang merenung mengapa bisa saya tetap yakin dua-duanya benar, jika beberapa perbedaannya nampak begitu nyata? Meski akhirnya saya bosan. Terutama karena perdebatan tanpa akhir tersebut tidak ada relevansinya dengan perjalanan hidup saya yang mengajarkan bahwa kebenaran ada pada perbuatan, bukan sekedar hapalan atau identitas si pelaku.

Namun yang mengharukan, beberapa sahabat benar-benar menaruh perhatian kepada saya, dan mengajak saya mengikuti agamanya. Bukan karena ego dan kesombongan. Saya yakin sama sekali bukan. Melainkan benar-benar atas dasar rasa sayang dan cinta, untuk menyelamatkan saya dari api neraka. Ada yang meminta saya membaca buku Dialog Masalah Ketuhanan Yesus, ada yang sesekali ngomong terang-terangan "Jadi Islam itu enak lho Niel..". Tapi yang paling berkesan adalah gadis SMA yang tinggal di depan kos saya waktu saya mahasiswa, yang beberapa kali mengirim surat cinta untuk saya. Saat perpisahan tiba, dia berkata bahwa setiap kali mendengar ajaran tentang non-muslim yang dipastikan akan berakhir di neraka, ia selalu mengkhawatirkan saya. "Memang kamu nggak punya teman lain yang non-muslim?". "Ada. Tapi aku nggak peduli. Mas aja yang aku pikirin..". Ingin sekali rasanya saya memeluknya erat-erat. Tapi percakapan itu berlangsung di teras depan rumahnya. Saya tidak mau menanggung resiko tiba-tiba ayahnya keluar sambil mengacungkan parang..

Hari ini saya sampai pada kesimpulan bahwa perdebatan agama tak akan pernah berakhir, karena memang tidak ada agama yang sempurna. Ia bisa dimaknai dari berbagai sisi, dan semuanya tidak bisa dibilang disalahpahami, karena saya tidak pernah yakin ada yang bisa setepat-tepatnya paham benar dan tak terbantah oleh semua orang. Ketidaksempurnaan membuat debat tak kunjung henti. Bandingkan dengan derajat kesempurnaan dari keindahan matahari pagi di lereng gunung dingin dimana kilau sinarnya terpantul dari bunga-bunga warna-warni yang berhias bening titik-titik embun, siapa yang akan mendebat keindahannya? Bandingkan pula dengan derajat kesempurnaan esensi udara segar dan air jernih yang menyehatkan sekaligus menyejukkan jiwa raga setiap umat manusia yang menghirup dan menikmatinya, siapa yang tidak akan bersepakat?

Antony de Mello pernah menulis, ada dua metode manusia belajar agama. Yaitu seperti belajar ilmu psikologi, dan ilmu kesehatan. Saat mempelajari sifat-sifat manusia, orang yang sedang belajar ilmu psikologi akan serta merta mencari orang-orang di sekitarnya yang sifatnya sesuai dengan yang dia pelajari. Berbeda dengan mempelajari ilmu kesehatan, orang yang belajar tersebut terutama akan melihat ke diri sendiri, apakah dia juga merasakan gejala-gejala sakit sebagaimana tertuang dalam informasi tentang penyakit yang ia baca.

Maka belajar agama, sebaiknya adalah seperti belajar ilmu kesehatan. Membandingkan dengan diri sendiri akan lebih bermanfaat daripada sibuk menuding orang lain. Jika ada ayat tentang ciri-ciri orang kafir, maka yang penting adalah bagaimana diri kita sendiri bisa senantiasa waspada dari perilaku kekafiran. Karena kitab suci selayaknya adalah panduan untuk mengenal apa kemauan Tuhan, bukan panduan untuk menjadi Tuhan atas orang lain.

Dalam suatu diskusi agama di sebuah milis, ada seorang yang tampak begitu membenci umat lain karena dia yakin telah digariskan Tuhan bahwa umat tersebut tidak akan pernah ridha sebelum orang lain mengikuti agama mereka. Menganalogikan dengan kebijaksanaan nabi yang paling saya teladani, saya berkomentar. Siapa yang sudah benar-benar yakin dirinya seratus persen ridha dengan perbedaan, silakan menjadi orang pertama yang menuding orang lain.

Salam damai.

Tuesday, March 18, 2008

HARI-HARI BADUY

.
Senja di sudut dunia.

Matahari merendah hingga di titik akhir kehadirannya. Menaburkan redup sisa cahaya kuning aneh yang mengisi celah-celah rimbun dedaunan. Gelap beranjak meluas. Seiring dingin yang bergerak teratur menghampiri. Gemerisik pohon-pohon raksasa makin nyata terdengar bergantian dengan munculnya suara-suara binatang malam entah apa saja jenisnya.

Suasana lengang. Keramaian suara peralatan tenun sederhana dan tawa riang anak-anak bertelanjang kaki bermain bersama siang tadi hanya meninggalkan gema di rekaman ingatan. Kini manusia-manusia penghuni hutan ini nampaknya sepakat untuk diam, seolah-olah menunggu dan mempersilakan sang senja menuntaskan diri di tengah hutan yang terasa begitu berkuasa.

Aku berada di dalam rumah panggung lapang tak bersekat beralas dan berdinding kayu, menatap bayangan hitam tubuh yang bergoyang senada jilatan pijar api dari obor kecil yang terpancang di tengah ruangan. Pemandangan rumah tetangga yang berjarak sekitar seratus langkah ibarat lukisan sephia berpigura kusen pintu yang lebar menganga.

Ketika malam telah sempurna melingkupi, dan gelap hanya dilawan oleh sinar bulan temaram dan obor dari rumah-rumah yang berjarak pepohonan dan semak-semak, mulai terdengar bunyi kentongan bersahutan dari berbagai penjuru kampung. Intensitas dan frekuensi yang beraneka, dalam keteraturan ketukan yang menjadikan musik mistis menusuk kalbu dan akal.

Disini, waktu coba dilawan. Coba dihentikan. Mereka orang-orang sederhana. Namun aku yakin mereka digerakkan oleh kekuatan cerdas, dan kesadaran merdeka yang datang lebih awal dari kaum sebangsanya yang kini tinggal di lembah-lembah dan perkotaan. Mereka percaya Tuhan adalah udara. Adalah air. Adalah alam lingkungan dan kebijaksanaan nenek moyang yang menghidupi, menjaga, dan harus dijaga kelestariannya. Agamanya tak memerlukan nabi. Untuk apa? Bahkan kitab sucipun cukup dirajah dalam mental dan kesadaran. Pahala adalah kewajaran tanpa kesombongan. Dosa adalah rasa malu, dan rasa malu adalah siksaan terkejam.

Dunia disini terlalu sempurna. Seorang jaro dengan postur tubuh tegap kasar dan garis muka tajam memancar kewibawaan menjelaskan bahwa jalan hidup ini adalah pilihan. Mempertahankan prinsip dengan sebisa mungkin mengisolasi diri dari kemajuan jaman yang membawa kepongahan. Sampai kapan? Tak ada yang bisa memastikan.

Temanku bercerita, diperlukan waktu bertahun-tahun hingga akhirnya paku bisa masuk ke kampung ini, menggantikan akar-akar pohon untuk mengikat tiang-tiang rumah dari kayu dan bambu. Itu cerita 15 tahun yang lalu. Sore ini, aku lihat seorang baduy berdandan khas dengan ikat kepalanya berterima kasih kepada operator selular karena sinyal kuat di kampungnya. Dadaku berdesir. Ada rasa kehilangan. Aku tak tahu apa.



(kenangan berhari-hari menginap di kampung baduy bersama Gola Gong, Pipiet, Nanang, Iyus, Ferry (alm), Febri, dan Hera. Baduy? Teu hayang-hayang deui..!! hehehe..)

Sunday, March 16, 2008

10,000 BEFORE GOD VERSES

(refleksi setelah nonton film Ayat-Ayat Cinta dan 10,000 BC)

.
Apakah seluruh keputusan dalam hidup harus selalu memenangkan ayat dari rasa? Benarkah suara Tuhan hanyalah apa yang didengar dan dibaca dari luar? Tidakkah seharusnya bisikanNya senantiasa hadir di dalam lubuk hati setiap manusia?

Fahri, tokoh utama dalam film Ayat-Ayat Cinta, yang harus mengutip ayat-ayat suci untuk membela orang kafir di angkutan umum, bisa tiba-tiba memutuskan menikah dengan perempuan yang baru dilihat wajahnya dalam acara taaruf tanpa merasa wajib memberitahu Maria, teman yang mencintainya. Mungkin mahluk sepolos dan sealim Fahri tak mampu mengenali sinyal asmara yang dikirim oleh Maria. Atau mungkin asmara baginya terlalu duniawi yang merendahkan nilai-nilai Illahi.

Kemudian ketika datang keadaan yang diyakini sebagai kehendak Tuhan memantapkannya untuk menikahi Maria (dalam film itu diceritakan bahwa Maria sakit keras dan hanya bisa sembuh bila disentuh Fahri sementara Fahri hanya bisa menyentuh jika sudah menikah. Aisha istri pertamanya pun ikhlas Fahri menikahi Maria karena kesembuhan Maria akan menyelamatkan Fahri dari ancaman penjara), lalu hadir begitu saja rasa cinta Fahri kepada Maria yang menyembuhkan perempuan itu. Mungkin karena ayat-ayat cinta. Demi ayat-ayat Tuhan.


Bandingkan dengan 10.000 tahun sebelum nabi Isa ketika ayat-ayat Tuhan belum ada. Setidaknya di peradaban-peradaban muda dimana manusia masih sangat bergantung pada alam, dan Tuhan hanya hadir melalui harapan yang diraba dari ramalan-ramalan takdir. Pengalaman hidup melahirkan nilai-nilai moralitas sederhana. Kesetiaan, keberanian, pengorbanan, kejujuran, dan cinta. Diceritakan dalam film 10,000 BC, D'leh, seorang pemuda yang mencintai gadis cantik bernama Evolet, bersandar pada kekuatan cinta dan nilai-nilai moral sukunya untuk menyatukan segenap bangsa membebaskan diri dari penindasan oleh suatu peradaban lebih maju yang merasa menjadi Tuhan penguasa umat lain.

Saya terpesona dengan film 10,000 BC yang indah mengolah nilai-nilai kemanusiaan untuk merasakan hal-hal adi kodrati, tetapi tak juga mampu memahami film Ayat-Ayat Cinta, yang saya anggap menertawakan rasa manusia demi tafsir ayat-ayat suci. Mungkin karena saya belum membaca novelnya. Mungkin pula benar kata istri saya yang memaksa saya menyaksikan film Ayat-Ayat Cinta karena dia yang lebih dahulu nonton terharu biru dengan keikhlasan Aisha untuk dimadu. "Kamu kafirun sih ya jadinya nggak ngerti.." katanya sambil tertawa puas. Saya lempar bantal kepalanya tapi tak juga berhenti tawanya. Memang nasib saya berjodoh dengan perempuan kurang ajar. Segera saya jawab "Kasih aku kesempatan kawin lagi, mungkin aku baru bisa ngerti.."

Lalu gelap datang sesaat ketika bantal yang tadi saya lempar kembali ke wajah saya dengan kecepatan melebihi ukuran bercanda. Kali ini giliran saya yang tertawa lebih keras..

Thursday, March 13, 2008

HENING

.
Pada mulanya adalah ketiadaan. Kemudian pengalaman menyebutnya sebagai Tuhan. Ketergesaan menjadikannya bangunan; kokoh namun bungkam. Bertahta di dalamnya kebanggaan -- sekaligus juga kecemasan -- yang dinamakan agama.

Serasa berabad perjalanan ini bagaikan diam, hingga kehampaan tak lagi memerlukan perenungan. Kepastian menertawakan pencarian dan melihat ke dalam adalah tindakan celaka.

Tetapi adakah penjara untuk jiwa dan nurani? Keraguan -- meski dalam tekanan, atau bahkan karena tekanan -- akan mampu menemukan lorongnya. Walaupun terkadang pencarian yang sejatinya adalah demi pencarian itu sendiri, seringkali pencapaiannya menjadi kemenangan yang harus dirayakan dan pantas untuk menjadi kesimpulan yang seragam bagi semua orang. Dan jika kemenangan menjadi segalanya, adakah ayat-ayat yang mampu ditafsir untuk tersenyum pada saat-saat yang dianggap sebagai kekalahan?

Suasana selalu nampak riuh rendah. Dan pekaknya berdampak macam-macam. Ada yang mengkristal dan menjadi tuli kecuali pada kepuasan diri, ada yang terus mencair dan terus menerus berusaha mengalir, ada pula yang mentertawakan sekaligus menangisi ketika ia memakan korban.

Dan sang hening tetaplah hening. Yang tak terpindai di dalam keramaian, namun segera muncul ketika lelah datang dan membungkam segala nafsu kepongahan. Demikianlah waktu tak lagi bermakna, karena perjalanan maupun diam tak lagi menjanjikan masa depan. Hingga kesadaran tiba. Menghadirkan hening..

Wednesday, March 12, 2008

KEPUTUSAN DAN KEBERANIAN

.
Kemarin setelah berbincang-bincang berjam-jam dengan seorang kawan lama, aku teringat cerita perumpamaan yang pernah kubaca. Mungkin karena aku mencoba menganalisa temanku itu. Dan diri sendiri tentu saja.

Dua ekor katak tinggal di tepi danau yang luas dan indah. Daya hidup yang dipancarkan oleh danau itu senantiasa disesap oleh keduanya, membuat mereka menikmati hidup yang nyaman damai dan bahagia. Hingga suatu hari ketika salah satu katak -- sebut saja katak A -- berjalan-jalan menyisir sepanjang danau, ia menemukan pipa panjang yang menyalurkan cairan pekat ke dalam danau. Pipa itu nampaknya coba disamarkan dalam rimbunan semak ilalang. Sebelum ia bisa menyimpulkan arti cairan tersebut, didengarnya dua orang manusia yang sedang berbicara dengan berbisik-bisik bahwa kerusakan total habitat di daerah danau dan sekitarnya akan terjadi dalam waktu kurang dari tiga bulan, akibat pencemaran limbah beracun yang disalurkan ke dalamnya.

Katak A tak tahu siapa manusia-manusia itu. Tapi ia mencium bencana. Dan ia harus secepatnya mendiskusikan dengan sahabatnya, katak B. Segera setelah bertemu, katak A langsung menceritakan temuannya dan mengajak katak B untuk segera meninggalkan danau itu. Namun tak diduga, katak B menolak. Ia beralasan bahwa danau ini adalah rumahnya, adalah hidupnya. Sudah bertahun-tahun ia hidup dari sini, dan keyakinannya mantap bahwa dalam tahun-tahun mendatang danau ini akan tetap menghidupinya. "Aku tak akan pindah. Aku tetap disini." tegas katak B.

Meski katak A berkali-kali mencoba meyakinkannya, katak B tetap pada pendiriannya. "Tak ada tempat yang lebih nyaman daripada danau ini. Dunia luar lebih kejam dari yang bisa kau bayangkan.". Katak A berkata, "Baiklah jika itu keputusanmu. Aku menghargainya. Aku sendiri akan segera mempersiapkan diri untuk mencari tempat yang baru yang lebih aman.". "Silakan.. Dan jaga dirimu baik-baik.." jawab katak B sambil tersenyum. Dan demikianlah akhir diskusi mereka. Sementara waktu tetap berjalan, hari berganti, sampai akhirnya tanpa terasa waktu tiga bulan telah terlewati..

Katak mana yang mati karena tingginya kadar racun di dalam danau? Betapa aneh karena keduanya mati bersamaan. Katak B mati karena memutuskan untuk tetap bertahan, katak A mati karena tak juga punya keberanian untuk pergi meskipun ia sudah memutuskan untuk pindah.

Aku pernah menjadi katak B. Tapi mukjijat kesempatan kedua memberiku nafas baru untuk berpikir dan memutuskan ulang. Dan cerita ini membuatku harus selalu waspada untuk tidak terjebak menjadi katak A. Karena selain aku bosan dengan kekalahan, juga kesempatan ketiga terlalu gamang untuk diandalkan..