Wednesday, March 26, 2008

NARSIS AKUT

.
Cantik -- dan ganteng -- kata orang itu relatif. Maka kali ini mohon ijinkan saya untuk sejenak berbahagia menikmati relativitasnya.

Setelah entah kapan terakhir hal seperti ini pernah terjadi, kemarin dalam pertemuan bisnis kurang lebih satu jam, seorang perempuan memuji saya sebanyak tiga kali.

Ada juga ya cowok manis ngurusin bisnis begini.. Hihihi..
(satu)
Kok kamu beruntung banget bisa dapat partner bagus sih? I think it's because you're good looking.. Hehehe..
(dua)
Aku paksain dateng nih karena nggak enak sama oom X.. Untung ketemunya pemandangan menarik.. Hahaha..
(tiga)

Sebenarnya telinga saya agak risih mendengar logika di sela tawa si mbak ini. Dan rasanya juga kurang nyaman dipanggil 'kamu' oleh perempuan yang saya yakin tidak lebih tua dari saya. Tapi saya tidak mau merusak suasana. Ini adalah sore yang cerah dimana saya adalah remaja yang sedang berbunga-bunga karena di antara sekian (seratus? dua ratus? seribu? entahlah..) wanita, dan setelah sekian lama (lebih dari lima tahun seingat saya), akhirnya saya beruntung mendapat kesempatan bertemu dengan satu orang yang ada sesuatu di matanya hingga bisa melihat keindahan pada diri saya. Kata-kata dan bahasa tubuhnya menyenangkan. Penampilan fisik dan wangi parfumnya juga menyegarkan. Jadi mending berprasangka baik: si mbak memang humoris dan benar-benar menganggap saya masih muda.

Sampai di rumah saya melihat diri sendiri di depan cermin. Lalu saya tanya istri apakah saya ini ganteng atau tidak. "Enggaaaaak.." jawabnya dengan gaya menjengkelkan. Tapi kali ini tak mempan. Saya tetap tersenyum menikmati cermin. Saat merapikan rambut, saya tersadar bahwa uban di kepala ternyata sudah cukup banyak tersembunyi di sela-sela rambut hitam. Mana panjang-panjang sebahu mirip nenek-nenek di kampung. Waduh! "Kamu bisa nyemir rambut? Tolong dong banyak uban nih.." kata saya kepada istri. "Bisa dong." jawabnya. "Dari dulu aku tawarin kamu nggak mau. Katanya uban lambang kebijaksanaan.. hahaha.."

Hmm.. Ganteng dan bijaksana.. What a combination! Saya tersenyum puas di depan cermin sambil mengelus-elus rambut. "Kenapa nyengir sendiri? Kayak orang gila.. " kata istri. Gila? Kok saya jadi agak tersinggung ya? Atau mungkin saya memang dalam proses gila? Wong baru dipuji satu orang, itu juga belum tentu serius atau bercanda, dan bisa jadi semua cowok yang baru dikenal dia puji ganteng, lha kok sudah narsis akut merasa ganteng sekelas Brad Pitt. Ah biar sajalah. Ada kesempatan narsis kenapa harus dilewatkan. Tapi mendadak dada saya jadi deg-degan mengingat rencana pertemuan lanjutan dengan si mbak humoris dan wangi minggu depan. Mudah-mudahan deg-degan ini adalah tanda bahwa saya belum benar-benar gila. Mudah-mudahan..