Friday, March 7, 2008

KILAU PERMATA

.
Apa yang tersembunyi di balik hal-hal yang berkilau?

Kira-kira sebulan lalu, istriku punya cerita baru. Tentang permata. Teman dari sahabatnya, istri seorang pejabat, adalah seorang kolektor dan pebisnis permata. Yang membuat istriku terkagum-kagum bukan hanya karena keindahannya, tetapi juga bagaimana istri pejabat itu bisa memperlihatkan kesan bahwa bisnis permata itu seenteng jualan kacang goreng. Ini bahasa dan analogi dari istriku dan sahabatnya, bukan aku.

"Sudah berapa lama ia berbisnis?"
"Aku nggak tahu itu"

"Apa bisnis keluarga? Atau dari keluarga kaya?"
"Aku nggak tahu juga"

"Memangnya suaminya pejabat dimana sih? Jabatannya apa?"
"Nggak tahu ah! Kamu tuh kalau diceritain pasti nanyanya aneh-aneh deh!"

Aku tertawa. Bukan karena ada yang lucu. Hanya untuk meredam suasana agar istriku nggak marah karena kebiasaanku yang banyak bertanya setiap kali dia bercerita. Kadang-kadang aku sendiri tersadar kalau pertanyaanku berlebihan. Tapi aku juga heran, mengapa sering dia sudah cukup puas mendapatkan informasi yang cuma sepotong. Mengapa keingintahuannya tidak terpancing saat mendengar cuilan informasi yang menurut dia menarik. Tapi ya sudahlah. Berdebat juga cuma seperti menyetel ulang rekaman kaset lama.

"Eh, dia ngajak kita ikut bisnis dia"
"Hmm.. Menarik.. Asal kamu bisa. Dan nggak perlu modal besar"

"Hahaha.. Mana ada bisnis permata nggak modal besar.."
"Hehehe.. Ya sudah nggak usah cerita"

Lalu kami ngobrol tentang kekayaan. Aku sampaikan cerita dari temanku tentang orang kaya di Jakarta yang mendatangkan batu kali dari Italia seharga miliaran rupiah hanya untuk dinding luar bagian belakang rumahnya. Mungkin karena tak mau kalah dengan tetangga yang sudah lebih dahulu melapis sekeliling dinding luar rumahnya dengan batu kali lokal. Dan tentang pengacara sukses yang berbangga karena kekayaan yang menempel di badan saja juga sudah bernilai miliar rupiah karena produk-produk bermerek yang dikenakan maupun asesoris-asesoris berlapis emas permata. Kekayaan seringkali sebanding dengan gengsi. Tapi mengapa terkadang berbanding terbalik dengan akal sehat?

Sebulan berlalu, agaknya cerita permata belum selesai.

"Kamu ingat nggak temen yang bisnis permata yang kemarin aku ceritain?"
"Kenapa?"

"Dia ternyata istri jaksa yang ketangkap basah terima suap uang enam miliar itu! Sekarang ditelepon dia nggak mau angkat lagi"
"Hah?!"

Aku jadi ingat beritanya di surat kabar. Saat tertangkap dia mengaku itu adalah kegiatan sampingannya yaitu bisnis permata. Hmm.. Bisnis sampingan yang berkilau dan membuat silau..