Monday, July 28, 2008

GERIMIS DI MUSIM PANAS

.

Gerimis ini membuat udara musim panas tidak terlalu menyengat. Begitu kata temanku. Menurutku malah masih bisa dibilang sejuk. Namun mungkin disini sinar matahari yang hangat disambut lebih meriah dibanding di tempat dimana dia selalu muncul sepanjang musim.

Orang-orang berpakaian lebih segar. Banyak gadis-gadis muda dan belia memakai rok mini dan celana super pendek. Tak ada tatapan jalang, meski ada juga sesekali curi-curi pandang mengambil kesempatan. Di masyarakat yang tulus menghormati hak-hak individu, martabat perempuan sangat dihargai jauh diatas hasrat laki-laki. Maka laki-laki terhormat akan merasa malu untuk menunjukkan naluri tak sopannya di muka publik, apalagi menyalahkan pakaian perempuan.

Sepulang kerja, dalam sore yang masih benderang dan bertitik-titik hujan, kami berjalan-jalan berkeliling sambil berpayung satu-satu, melihat keramaian pusat kota dan mencari tempat makan malam.
Kamu orang Indonesia pasti tidak boleh makan babi. Tebak temanku.
Oh, kebetulan saya boleh. Kadang-kadang saya makan daging babi, meski tidak terlalu sering.
Tapi akhirnya kami memilih makan sup ayam ginseng hangat.

Sambil bersantap temanku bercerita tentang pengalamannya berkunjung ke Yaman beberapa bulan sebelumnya. Ia heran melihat orang disana menyantap otak kambing.
Aku tertawa. Apanya yang aneh? Saya juga kadang-kadang makan otak kambing kok.
Gantian temanku yang tertawa. Kamu yang aneh, katanya. Segala sesuatu kamu makan.
Hahaha.. Kami tertawa bersama. Pertemuan dua budaya mengajarkan bahwa kata "aneh" adalah sekedar hal baru, antara yang biasa dan tidak biasa.

Kami lalu melanjutkan perjalanan. Jalan kaki, meskipun melelahkan, adalah sarana transportasi satu-satunya yang menyenangkan untuk melihat keseluruhan suasana pusat kota ini. Dan tak ada alasan untuk malas, jika semua orang melakukan hal yang sama. Pusat kota dimana-mana menurutku terasa sama. Mungkin bedanya hanya pada tingkat kebersihannya. Lampu terang benderang di setiap toko-toko yang menawarkan produknya, tak lupa dilengkapi dengan angka-angka prosentase diskon. Lalu gambar-gambar menu makanan dan harganya dipajang di depan pintu masuk restoran-restoran. Ada pertunjukan musik dan tari modern di beberapa sudut jalan. Aku lebih suka mencoba beberapa makanan yang digelar di kaki lima.

Tanpa terasa waktu sudah menunjuk jam 11 malam waktu setempat. Tempat ini masih ramai. Laki-laki dan perempuan.
Apakah tidak ada kejahatan disini?
Selama ini tidak ada. Tempat ini aman sekali. Asal kamu tidak menyentuh orang, no problem. Kamu tak perlu berurusan dengan pihak keamanan.
Barusan saya menyentuh kepala orang tuh. Tapi orang itu masih anak-anak. Gurau saya.
Menyentuh satu dua kepala anak-anak, no problem. Tapi kalau sudah sepuluh anak atau lebih, itu problem.
Hahaha.. lumayan aneh juga guyonan temanku ini.

Di dekat stasiun bus kami akan berpisah. Setelah saling berjabat tangan dan mengucapkan terima kasih sambil sedikit membungkukkan badan, kami saling melambaikan tangan. Kulihat ia melambaikan tangan sambil memasuki bus kota. Kututup payung untuk sejenak menikmati tetesan hujan di wajah. Di depanku adalah jalan raya yang ramai, namun lancar tanpa kemacetan. Tak heran, karena di bawah jalan raya ini terdapat jalur metro subway untuk mengangkut ribuan orang yang hilir mudik tanpa perlu menjejali jalanan dengan kendaraan pribadi. Ya, jalur metro subway tersedia di bawah hampir sepanjang seluruh jalan raya di kota ini.

Di dalam metro menuju hotel aku membayangkan. Kapan negaraku tercinta, yang hari kemerdekaannya tak jauh beda dengan negara ini, akan punya fasilitas publik yang sangat bermanfaat, rapi, dan bersih seperti ini. Tapi tak ada banyak waktu untuk merenung, karena metro segera berhenti di stasiun terdekat dengan hotel tempatku menginap. Sebelum melangkah keluar, aku tak sengaja beradu pandang dengan seorang perempuan manis yang mungkin baru pulang kerja, terlihat dari cara berpakaiannya. Ia tersenyum. Aku membalas senyumnya sebelum turun dari metro. Sejenak - benar hanya sejenak - aku berharap sore ini adalah suatu sore di tahun-tahun masa mudaku. Belasan tahun yang lalu..