Monday, May 28, 2007

PUTUS

.
Putus cinta... Hanya waktu yang bisa menyembuhkannya. Apalagi sudah berlalu seabad lamanya.
Tapi ada satu hal yang mampu mengabadikannya : puisi !
Tidak perlu indah. Tapi membacanya kembali mengingatkan pada perasaan saat itu yang mengubah pelakunya menjadi tokoh dongeng yang mampu melihat rembulan merah menangis, bintang jatuh ke laut, burung terbang memanah jantung putri duyung, dan sebagainya..


PUTUS

Bila hari ini adalah saatnya
Kau mau aku meninggalkanmu selamanya
Kuharap nafasmu yang membisikkannya di telingaku

Sambil kau peluk ragaku
Kau cerabut pijar-pijar di hatiku satu-persatu
Dan senyummu melebar menyambut rintihanku
Yang melemah di setiap gerak tanganmu

Lidahmu lembut jilati madu
Di antara darah dan airmata yang mengucur lambat
Dari semangatku yang mengering

Aku adalah khayalan hampa
Menatap sayat pada hitam cahaya
Bayangan rentang sayapmu lumuri batinku sempurna
Kibas sayapmu tebarkan bulu-bulu
Yang berjatuhan mengeras menajam
Menjadi pagar besi mengurungku maya

Aku mengering
Dan kau terbang menikmati angin
Menerpa wajahmu bangkitkan gairahmu
Menutup mata butakan kelam di pangkal masa

Bila hari ini adalah saatnya
Kau mau aku meninggalkanmu selamanya
Kuharap suaramu yang menggetarkan kesadaranku

Sambil kau peluk dan kau ciumi aku
Dan kau bisikkan mantera terampuh pencabut nyalaku

Aku rebah dan mengering
Tanganku melambai kaku dan hening
Kepadamu yang bersiap untuk terbang jauh
Setelah kakimu menjejak denyut terakhir jantung jasadku..

Selesailah.
Selesai sudah
.