Monday, November 26, 2007

PASRAH

.
Apa yang akan kau putuskan, saat hal-hal yang kau takutkan untuk terjadi, terasa terus berjalan menuju ke arahmu dengan langkah pasti dan tegap berderap seirama denting waktu tak peduli apapun yang kau pikirkan dan kau perbuat?

Setiap detik upaya menghindar dan mencari lubang celah jalan keluar bahkan bagai genderang yang mengatur irama barisan mereka selempang ayunan dan penyemangat untuk melangkah tepat ke arahmu.

Akankah engkau tetap melawan sekuat tenaga membabi buta tanpa hiraukan apa yang akan segera terjadi? Atau menjadi panikkah engkau? Lalu tak kuasa menolak dorongan jiwamu untuk kau panggil Tuhan agar terlibat dalam masalahmu meski di bawah sadar engkau tahu bahwa memang sudah seharusnya Tuhan telah terlibat dari awal sampai akhir tanpa menunggu persetujuanmu?

Lalu kau akan mulai bernegosiasi denganNya. Kau ajukan beberapa permintaan sesuai skenariomu yang menurutmu paling indah, sambil kau tawarkan hal-hal yang bisa kau bayar kepadaNya atas terkabulnya keputusan takdir yang sesuai maumu.


Sejenak aku merasa tenang. Tuhan ada dalam genggaman..


Namun apakah selalu begitu? Negoisasimu denganNya selalu berakhir saling menguntungkan dan terjadi kesepakatan? Bagaimana jika detik berlalu dan gaung derap langkah mereka justru terdengar makin mengeras menutupi samar doa-doa yang kau daras? Ketegaranmu mengupayakan akal dengan pegangan doa ternyata hanya sementara. Dan suara barisan mereka terus menggema dengan arah tak berubah menuju satu titik tujuan yaitu engkau!



Kepanikan yang sejenak mereda datang kembali. Aku bimbang menebak masa depan dan kelanjutan keyakinan awalku tentang doa pada Sang Tuhan namun tetap saja Dia tak berani kutinggalkan..


Lalu kau mulai berdamai dengan ketakutanmu. Perlahan dan dengan hati yang terus memenuh kau upayakan, kau belajar meyakini bahwa takdir Tuhan sedang melaju dan tak ada yang bisa menghindar. Kau telaah satu persatu sambil menguatkan keyakinan bahwa nanti saat terjadi seburuk apapun akan sanggup engkau tanggung karena semua sudah tertulis rapi dan jeli terajah di atas kanvas nasibmu buatan Sang Tuhan, dan kau merasa sah berharap bahwa apapun itu pasti akan berakhir pada terminal keindahan. Sebagaimana keyakinanmu bahwa Tuhan adalah Sang Maha Dalang yang tidak akan menetapkan lakon melebihi kekuatan si wayang.


Kemudian lahirlah kepasrahan. Kekuatan tanpa wujud namun mampu membuang ketakutan terlempar di pinggir jalanan. Dan aku terus melaju dengan tenang..


Kepasrahan, jika tanpa melalui proses perenungan dan pencerahan bisa jadi hanyalah secuil kata indah yang menutupi keputusasaan sebagai makna sebenar. Dan asa yang tak kunjung putus, adalah makna sejati dari kepasrahan akan takdir Tuhan yang sebenar-benarnya tak mampu kau elakkan.

Sementara Tuhan.. Selalu diam tak kunjung kelihatan tak juga menjelaskan namun selalu berhasil dirasai dan dimaknai sebagai Sang Yang Terdalam..


Tuhan, terimalah kekagumanku yang mungkin saja salah..