Wednesday, February 20, 2008

IRONI KARTUN NABI

.
Pemuatan kartun nabi yang dilakukan lagi oleh media cetak Denmark, dan lagi-lagi menyulut demo di Jakarta, membuat saya teringat tulisan GM yang mencerahkan tentang ini. Saya lupa judulnya, tapi saya tertarik untuk menuangkan kembali apa yang saya dapat dari membaca tulisannya.

Karikaturis Denmark yang membuat kartun itu, kemungkinan besar bukanlah orang yang mengenal tentang nabi. Dia sama sekali tak punya kapabilitas dan tak pantas bahkan untuk melakukan penghinaan. Sang nabi berada terlalu tinggi dan jauh di luar jangkauannya. Maka besar kemungkinan, karikatur itu sebenarnya adalah ekspresi rasa iri kepada kaum imigran yang berhasil di Denmark, yang kebanyakan beridentitas muslim. Jelas ini adalah isu lokal.

Tetapi jaman sudah berubah. Sebelum manusianya ikut berubah. Gambar yang tercetak di Denmark bisa segera dilihat oleh masyarakat di belahan dunia yang lain. Lalu sebagian umat muslim marah karena merasa terhina. Kemarahan yang tidak bisa dipahami oleh masyarakat Denmark dan Eropa, sebagaimana banyak umat muslim disini yang tak mampu menjangkau persoalan saudara-saudara muslim di Denmark yang justru makin tertekan dengan kemarahan itu.

Umat muslim dunia menuntut permintaan maaf. Denmark dan Eropa, negara-negara yang pernah mengalami masa-masa suram dimana dominasi agama begitu besar, memilih untuk menolak. Mereka tak mau kembali ke dalam kegelapan masa lampau dimana kebebasan manusia dikalahkan oleh kekuasaan dogma agama. Trauma ini terlalu besar untuk mampu sedikit saja peduli pada umat lain. Suatu keputusan yang tak bisa dimengerti oleh sebagian kaum muslim.

Kusut. Manusia dipermudah teknologi untuk saling berhubungan. Tetapi teknologi juga yang membuat manusia tak sempat benar-benar saling mengenal antar budaya masyarakat dan identitasnya. Dan secara naluriah, keinginan untuk dipahami akan lebih kuat diekspresikan, daripada memahami orang lain apalagi berempati.

Ironi dunia semakin menjadi ketika manusia harus selalu terburu mengambil keputusan namun waktu seolah tak ada lagi karena segera perkembangan baru bermunculan dan terasa begitu cepat. Entah kesalahpahaman seperti ini akan berapa lama bisa diselesaikan. Atau malah berkembang menjadi persoalan baru yang mengerikan untuk dibayangkan..