Thursday, October 18, 2007

PEKA

.
Mengapa rasaku kini tak lagi peka?
.....

Menangis anakku melihat televisi
Menayang kisah tentang anak kecil sedih tak beribu lagi
Dimintanya aku memanggil anak itu
Untuk ikhlas rela bersamanya berbagi ibu

Aku terpesona
Sebuah empati murni tiada tara
Meski kusadar anakku belum memahami dan menimbang sepenuhnya
Tetap saja sebuah spontanitas tulus yang luar biasa

Anakku seingatku tak pernah kau kuajari
Mungkin setiap bayi dilahirkan satu paket dengan kelembutan hati
Lalu aku sendirian bertanya
Mengapa rasaku kini tak lagi peka?

Cemas aku membayangkan
Bagaimana dunia mengguncang jiwa belahanku di masa depan
Televisi dan media masa menjejalkan kesedihan sekedar hiburan
Simpati dan berbagi tak lebih dari iklan

Pendidikan mencetak generasi penghapal
Tak peduli kreasi cerdas kritis konsistensi ilmu dan amal
Berlomba-lomba mencetak sertifikat dan kecakapan membual

Agama menjadi pengeras hati tak lagi melembutkan
Makin beragama makin egois setengah mati tak lagi rahmatan
Identitas adalah kunci iman angkuh pembeda dengan sang liyan
Aku dan kamu tak pernah sama dan harus selalu berhadapan
Menguap sudah kepekaan bercermin pada sesama melihat diri sendiri dan Tuhan

Menangis anakku melihat televisi
Menayang kisah tentang anak kecil sedih tak beribu lagi
Lalu cemas aku sendirian bertanya
Mengapa rasaku kini tak lagi peka?

Tuhan jangan Kau diam saja
Tak usah pikirkan aku terlanjur jadi produk jaman apa mau dikata
Tapi setidaknya bantu aku berfikir keras menyelamatkannya